Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEBANYAK 61% dari lebih dari 8 juta kematian di seluruh dunia akibat polusi udara luar ruangan terkait dengan bahan bakar fosil. Angka itu berarti sekitar 5 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Angka-angka nyata yang dipublikasikan pada malam sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab itu akan meningkatkan tekanan pada para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan nyata.
Salah satu keputusan yang harus diambil pada konferensi yang diinisiasi PBB itu menyetujui penghentian bahan bakar fosil secara bertahap.
Baca juga: Polusi Udara Bunuh Ratusan Ribu Orang Eropa sepanjang 2021
Penelitian telah menunjukkan peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih dan terbarukan akan menyelamatkan banyak nyawa dari polusi udara dan membantu memerangi pemanasan global. Namun, hingga saat ini, perkiraan angka kematian sangat bervariasi.
Sebuah studi pemodelan baru menunjukkan polusi udara, yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di industri, pembangkit listrik, dan transportasi, menyebabkan 5,1 juta kematian yang dapat dihindari setiap tahunnya secara global. Temuan ini dipublikasikan di The BMJ .
Kontribusi bahan bakar fosil setara dengan 61% dari total perkiraan 8,3 juta kematian di seluruh dunia akibat polusi udara luar ruangan dari semua sumber pada 2019. Estimasi terbaru mengenai jumlah kematian akibat bahan bakar fosil lebih besar dari nilai-nilai yang dilaporkan sebelumnya.
Baca juga: Forum Menuju Indonesia Emas 2045 Bahas Dampak Polusi Udara Terhadap Stunting
Sehingga itu menunjukkan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap mungkin mempunyai dampak yang lebih besar terhadap kematian akibat bahan bakar fosil dibandingkan perkiraan sebelumnya.
“Hasil kami menunjukkan bahwa penghapusan bahan bakar fosil secara global akan memberikan manfaat kesehatan yang besar, jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan oleh sebagian besar penelitian sebelumnya,” tulis tim peneliti global di BMJ.
Data ini mendukung peningkatan penggunaan energi bersih dan terbarukan, yang dianjurkan oleh PBB melalui tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030 dan ambisi netralitas iklim pada 2050.
Polusi udara merupakan faktor risiko kesehatan lingkungan utama yang menyebabkan penyakit dan kematian, namun hanya sedikit penelitian global yang mengaitkan kematian dengan sumber polusi udara tertentu dan hasilnya sangat berbeda.
Untuk mengatasi hal itu, tim peneliti internasional dari Inggris, Amerika Serikat (AS), Jerman, Spanyol dan Siprus, menggunakan model baru untuk memperkirakan kematian akibat polusi udara terkait bahan bakar fosil, dan untuk menilai potensi manfaat kesehatan dari kebijakan yang menggantikan bahan bakar fosil dengan bahan bakar fosil.
Mereka menilai kelebihan kematian menggunakan data dari studi Global Burden of Disease 2019, serta data partikel halus dan populasi berbasis satelit NASA, serta kimia atmosfer, aerosol, dan pemodelan risiko relatif untuk 2019.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2019, 8,3 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh partikel halus (PM2.5) dan ozon (O3) di udara sekitar, dimana 61% (5,1 juta) di antaranya terkait dengan bahan bakar fosil.
“Pengurangan emisi polusi udara secara besar-besaran, terutama melalui penghentian penggunaan bahan bakar fosil, dapat memberikan dampak kesehatan yang besar dan positif. Hasilnya menunjukkan bahwa beban kematian akibat polusi udara akibat penggunaan bahan bakar fosil lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya,” tulis para peneliti itu.
Mereka mengatakan salah satu alasan model mereka menghasilkan perkiraan yang lebih besar dibandingkan sebagian besar penelitian sebelumnya adalah karena model tersebut hanya didasarkan pada studi tentang polusi udara luar ruangan.
Ketidakpastian masih tetap ada, namun mengingat tujuan perjanjian iklim Paris untuk mencapai netralitas iklim pada 2050, penggantian bahan bakar fosil dengan sumber energi yang bersih dan terbarukan akan memberikan manfaat tambahan yang luar biasa bagi kesehatan masyarakat dan iklim. (The Guardian/Z-1)
Mencegah polutan di rumah bisa dimulai dengan mengidentifikasi sumbernya dari mana sehingga bisa dihilangkan.
Buah yang mengandung banyak air, seperti semangka dan jeruk, sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien anak-anak.
IDAI menyarankan agar orang tua memberikan banyak buah-buahan yang kaya akan air kepada anak-anak yang tinggal di perkotaan dengan tingkat polusi udara yang tinggi.
Jika manusia terpapar udara yang mengandung lima mikrogram polusi partikulat kecil per meter kubik dalam jangka panjang maka paru-paru mereka mengalami penuaan dini hingga dua tahun.
Risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek.
Ayom All Purpose Sunscreen Body Lotion. Produk yang berfungsi sebagai tabir surya sekaligus body lotion itu memiliki kandungan SPF 50
Namun, negara-negara besar di Asia, Seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia belum meneken kesepakatan itu.
Parlemen Uni Eropa (EU) pada Rabu (8/6) memutuskan larangan penjualan mobil baru berbahan bakar bensin dan diesel mulai 2035.
Menurut laporan CREA, sebagian besar bahan bakar fosil Rusia dikirim ke Uni Eropa. Ukraina pun mendesak negara Barat untuk memutuskan perdagangan dengan Rusia.
“Krisis iklim membunuh kita,” kata Sekretasi Jenderal PBB Antonio Guterres
UNI Eropa (UE) mencapai kesepakatan untuk menggandakan porsi energi terbarukan dalam konsumsi energi blok 27 negara ini pada tahun 2030.
KELOMPOK negara kaya G7 berutang kepada negara-negara miskin sekitar US$13 triliun dalam bentuk bantuan pembangunan yang belum dibayarkan sebagai dukungan dalam memerangi perubahan iklim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved