Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Dinamika atmosfer yang terjadi beberapa waktu ke belakang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia hingga 1 Desember 2023 mendatang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan setidaknya ada lima fenomena atmosfer yang terpantau cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
Pertama, fenomena madden julian oscillation (MJO) yang saat ini mulai memasuki wilayah Indonesia bagian barat dan diprediksi dapat terus aktif hingga periode Dasarian I Desember 2023. Itu dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
“Fenomena skala regional lainnya adalah gelombang Equatorial Rossby (ER) yang terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur hingga periode akhir Dasarian III November 2023,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan resmi, Minggu (26/11).
Baca juga: Hujan Angin, Menara Masjid Setinggi 20 Meter Ambruk
Fenomena lain yang terjadi ialah adanya penguatan monsun Asia. Itu terlihat dari adanya indikasi penguatan angin lapisan atas dari wilayah Laut China Selatan hingga lebih dari 25 knot (47 km/jam).
Di samping itu, muncul Bibit Siklon Tropis 99W di Laut Natuna Utara dan Sirkulasi Siklonik di barat Sumatra dan Selat Karimata yang memicu pembentukan daerah pertemuan dan perlambatan angin.
Baca juga: Kenaikan Suhu Laut Cina Selatan Sebabkan Cuaca Ekstrem di Tanah Air
“Bibit Siklon Tropis 99W tersebut memiliki kecepatan angin maksimum hingga 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1006 hPa dengan pergerakan sistem ke arah Barat,” ucap Guswanto.
Terakhir, anomali positif suhu muka Laut di wilayah Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi hingga 3 derajat celcius menjadi sumber uap air dalam pembentukan awan hujan.
Menurut Guswanto, berdasarkan kondisi itu sebagian wilayah Indonesia berpotensi diguyur hujan sedang sampai lebat hingga 1 Desember 2023 mendatang. Wilayah itu meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Papua Barat dan Papua.
Selain hujan lebat, terdapat potensi bencana banjir pesisir rob. Adanya fenomena fase jarak terdekat dengan bumi berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia, di antaranya pesisir Sumatra Utara, pesisir Bandar Lampung, pesisir barat dan selatan Banten, pesisir utara Jakarta. Selain itu pesisir Jawa Tengah dan pesisir Maluku.
Untuk menghadapi cuaca ekstrem itu, Guswanto mengimbau pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan. Di antaranya memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Selain itu melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
“Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang, serta papan reklame/baliho agar tidak roboh tertiup angin kencang,” ucapnya.
Guswanto meminta semua pihak terkait menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi.
“Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi,” kata Guswanto .
Masyarakat juga diminta untuk terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia melalui kanal resmi BMKG. (Z-11)
Banjir monsun telah menyapu bersih seluruh desa, memicu tanah longsor, dan menyebabkan banyak orang hilang.
Sejumlah wilayah diprediksi mengalami kondisi berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir, pada Rabu, 20 Agustus 2025.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kepulauan Riau mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem pada Selasa (19/8).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca terbaru untuk Selasa, 19 Agustus 2025. Sejumlah wilayah Indonesia diprediksi mengalami cuaca ekstrem.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat beberapa kejadian bencana di pekan kedua bulan Agustus 2025. Data tersebut dihimpun pada periode 11 hingga 12 Agustus 2025
CUACA ekstrem berpotensi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Senin (12/8), hujan ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar daerah sehingga diminta warga untuk waspada
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi angin kencang yang dapat terjadi pada empat pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau 2024 akan mundur di sebagian besar wilayah Indonesia.
DEPARTEMEN Meteorologi India (IMD) telah merilis prakiraan musim hujan monsun India mulai mundur dari barat laut pada Senin (25/9).
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan tidak akan terjadi serentak di berbagai wilayah di Indonesia.
SEDIKITNYA 49 orang tewas, sembilan di antaranya dalam reruntuhan kuil, dan puluhan lainnya dikhawatirkan hilang setelah hujan deras yang memicu banjir dan tanah longsor di India.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved