Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
INDONESIA masih terus menghadapi persoalan sampah yang seakan-akan tak pernah ada habisnya. Secara global, penanganan limbah kerap disorot sebagai salah satu yang terburuk di dunia. Data terbaru dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mencatat Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Setiap tahun, sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik. Lebih buruk lagi, sebanyak 1,29 juta ton dari sampah itu harus berakhir begitu saja di perairan laut. Hal itu memantik PT. Sinar Sosro sebagai salah satu produsen minuman, kembali melanjutkan program gerakan pengelolaan sampah dengan tajuk “Dauri”
“Ini merupakan suatu gerakan yang didasari oleh pilar perusahaan kami sebagai produsen untuk menjadi ‘the good beverage company’ dalam rangka membangkitkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat agar lebih sadar dan memahami bahwa sampah itu sangat bernilai dan harus dipilah untuk membantu pelestarian alami,” ungkap Chief Marketing Officer PT Sinar Sosro, Sabrina Kharisanti di kawasan Ancol, Jakarta pada Jumat (11/10).
Baca juga: Daur Ulang Kemasan Pocky Semarakkan Kegiatan Car Free Day di Jakarta
Pada peluncuran program Sosro Dauri: Daur Untuk Negeri bertajuk “Pahlawan Untuk Lingkungan” itu, Sosro bekerja sama dengan Ancol sebagai kawasan wisata laut dan Tetra Pak sebagai perusahaan daur ulang sampah dalam mendukung pengurangan sampah nasional sebesar 30% pada tahun 2025.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Eddy Prastiyo menjelaskan telah terjadi perubahan perilaku pada Gen Z terkait minat beli terhadap produk yang berkelanjutan, sehingga penting bagi produsen untuk memperhatikan isu keberlanjutan pada produknya.
“Secara trend kedepan, kepedulian generasi Z terhadap lingkungan jauh lebih tinggi. Mereka tertarik membeli atau menggunakan jasa produk sebuah produsen yang peduli terhadap lingkungan. Walaupun harus membayar agak mahal, mereka akan memilih produk yang lebih sustain,” ungkapnya.
Sejalan dengan semakin tingginya kesadaran Gen Z terhadap lingkungan, Eddy menjelaskan kawasan wisata Ancol telah memberlakukan aturan ketat terkait penggunaan plastik sekali pakai dan menerapkan pemilahan sampah dengan menyediakan jenis tempat sampah pilah.
“Dauri ini menjadi komitmen kami untuk melestarikan lingkungan. Di ancol sudah membebaskan styrofoam, tidak lagi menggunakan sedotan sekali pakai, bahkan semua kemasan kita ganti lebih sustainable. Dari sisi pemilahan sampah, kita telah menyediakan sekitar 1.000 tong sampah pilah ukuran 120 liter yang tersebar di kawasan Ancol dari area pantai hingga ke dalam-dalamnya,” kata Eddy.
Eddy menjelaskan jumlah kuantitas sampah yang dihasilkan dari pengunjung Ancol, ternyata lebih banyak terdapat di kawasan rekreasi dibandingkan dengan kawasan pinggir pantai. Hal ini menjadi dasar bagi pihak Ancol untuk terus menambah sarana tempat sampah.
“Sampah di kawasan pinggir pantai ternyata jumlahnya tak sebanyak dengan yang ada di tempat-tempat rekreasi. Perputaran produk sekali pakai tidak hanya di pantai tapi juga di dunia fantasi. Karena itu kami coba tempatkan sarana pembuangan sampah lebih banyak di unit rekreasi daripada di pantai. Hal ini untuk menciptakan kawasan yang berkelanjutan,” jelasnya.
Sementara itu, Sustainability Associate dari PT Tetra Pak Indonesia Fatma Nur Rosana mengatakan bahwa idealnya, pengelolaan sampah tidak hanya dibebankan kepada masyarakat di hilir untuk mengolah sampah rumah tangga, tapi pemerintah harus menekan di bagian hulu, yakni pihak industri/produsen agar penggunaan plastik menjadi berkurang demi mencapai Indonesia Nol Sampah 2030.
“Tidak hanya menghimbau masyarakat untuk memilah jenis sampah dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, namun juga mendorong produsen untuk terlibat aktif dalam memastikan produk kemasannya ramah lingkungan. Gerakan Dauri ini menjadi salah satu cara untuk untuk meningkatkan kesadaran berbagai pihak yang melibatkan produsen dan masyarakat agar sejalan dengan target pemerintah untuk mengurangi 30% sampah 10 tahun mendatang,” tuturnya.
Hal itu sejalan dengan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang tertuang dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019. Aturan tersebut memberi mandat agar para produsen secara aktif terlibat dalam upaya mengurangi sampah selama 10 tahun dengan target sebesar 30 persen.
Menurut Fatma, pemerintah dan produsen perlu mengajak dan memberdayakan aktor yang berada pada posisi ‘value chance’ untuk mempercepat pengurangan sampah. Selain itu, dibutuhkan peran penting anak muda dalam menumbuhkan kesadaran untuk menjaga lingkungan.
“Kita sudah bekerjasama dengan 300 bank sampah unit di Indonesia dan bekerjasama dengan 6 aggregator mitra seperti bank sampah induk, NGO dan perusahaan yg bergerak di bidang sampah. Kita melibatkan 500 aktor yang berada di jaringan daur ulang untuk terus memperluas jaringan untuk pengumpulan dan mitra pendaur tidak hanya di Jawa dan Bali,” ungkapnya. (H-2)
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen.Â
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
Pengoperasian excavator amphibi ini menjadi bagian dari strategi panjang penanganan revitalisasi sungai di Kota Banjarmasin.
Disampaikan Wako Hendri, Gemilang Sehati ini dibagi dalam beberapa tahap. Tahap I sudah terlaksana di sekolah-sekolah di Padang Panjang.
KLH juga mendorong perusahaan untuk bertanggung jawab melalui skema Extended Producer Responsibility (EPR), sebagai produsen wajib mengelola sisa kemasan produk mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved