Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Kondisi Laut Terancam

Atalya Puspa
08/11/2023 21:04
Kondisi Laut Terancam
Puluhan perahu layar tradisional berlayar lintas (sail pass) pada pembukaan kompetisi olahraga air di pesisir perairan teluk Manado(ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)

LAUT memiliki peran penting bagi keberlangsungan bumi. Pasalnya, sebanyak 70% permukaan bumi merupakan lauta. Oksigen yang kita hirup sehari-hari pun sebanyak 80%-nya dihasilkan oleh lautan, dari hasil proses fotosintesis fitoplankton. Selain itu, laut menyimpan 90% karbon yang ada di bumi.

Namun, saat ini laut sedang ada dalam kondisi terancam. Ocean Campaign Leader Greenpeace Indonesia Afdillah Chudiel mengungkapkan, pihaknya mengidentifikasi, ada lima kelompok masalah yang saling terkait. Pertama, industri perikanan.

“Tingginya permintaan konsumsi seafood, jumlah manusia yang bertambah dan banyak ditemukannya teknologi memungkinkan manusia menangkap ikan dengan jumlah yang luar biasa. Ini menyebabkan laut kita overfishing,” kata Afdillah dalam acara Green Press Community 2023, Rabu (8/11).

Baca juga: BTID: KKPRL terkait Pengusahaan, bukan Penguasaan Laut

Di samping itu, ia pun banyak menemui aktivitas penangkapan ikan yang merusak, di antaranya dengan bom ikan ataupun IUU fishing yang kini masih banyak dilakukan nelayan skala kecil maupun besar.

“Salah satu yang paling terdampak parah dari overfishing adalah Laut Jawa. Kehilangan biodiversitas dan kerusakan ekosistem. Nelayan mencari ikan lebih jauh dan lebih lama dengan biaya yang lebih besar dan hasil tangkap yang lebih sedikit,” beber dia.

Baca juga: PM tidak Bisa Jadi Satu-Satunya Indikator Pengukur Kualitas Udara

Selain itu, ada masalah sampah plastik laut. Ia Afdillah menyatakan, sebesar 80% sampah plastik yang masuk ke laut berasal dari daratan dan 20% dari kegiatan masyarakat pesisir. Adapun, Dalam empat tahun pelaksanaan RAN PSL, TKN PSL telah berhasil melakukan pengurangan sampah di laut sebesar 35,36% dari 615.675 ton di 2018 menjadi 408.885 pada 2022. Dengan pengurangan itu, posisi Indonesia di kebocoran sampah plastik ke laut pun berubah dari peringkat dua terbesar di dunia menjadi peringkat kelima, di bawah Filipina, India, Malaysia dan Tiongkok.

“Polusi sampah plastik merupakan kegagalan pengelolaan sampah di darat. Sampai saat ini, pemerintah belum mengatasi produsen untuk mengatasi masalah sampah produk mereka dari plastik sekali pakai jadi produk daur ulang. Itu yang jadi masalah. Kita tidak melihat upaya perusahaan untuk pengumpulan sampah mereka,” bebernya.

Di samping itu, ada masalah krisis iklim yang menjadikan suhu laut meningkat dan pengasaman. Akibatnya, biodiversitas laut terancam, di antaranya kematian koral. Selain itu, Afdillah juga menyatakan bahwa pembangunan dan investasi menjadi ancaman sendiri bagi kondisi laut.

“Ada sebanyak 20 kawasan ekonomi khusus yang sudah establish, dan 16 di antaranya ada di kawasan pesisir. Alih fungsi lahan, pengubahan landscape akan menjadi aktivitas lanjutan setelah itu,” ucap dia.

Untuk itu, Afdillah menilai, isu-isu itu perlu terus digaungkan untuk menyadarkan semua pihak akan kondisi laut yang kian terancam dan dapat mengganggu keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. (Ata/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya