Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kini Inovasi Baru untuk Selamatkan Penglihatan Pasien Tersedia di Indonesia

Deri Dahuri
08/11/2023 20:33
Kini Inovasi Baru untuk Selamatkan Penglihatan Pasien Tersedia di Indonesia
Konferensi pers tentang Inovasi untuk Mencegah Hilangnya Penglihatan di Jakarta, baru-baru ini.(Ist)

ROCHE Indonesia telah mengumumkan kehadiran injeksi mata faricimab untuk pengobatan neovascular age-related macular degeneration (nAMD) dan diabetic macular edema (DME), dua penyakit penyebab kehilangan penglihatan.

Faricimab adalah pengobatan pertama untuk nAMD dan DME di Indonesia yang bekerja dengan menargetkan VEGF-A dan Ang-20.

VEGF-A dan Ang-20 adalah dua penyebab utama ketidakstabilan pembuluh darah yang terkait dengan kondisi retina yang mengancam penglihatan. Mekanisme kerja ganda yang unik ini bisa dihasilkan dari keahlian Roche dalam rekayasa antibodi.

Baca juga: Hindari Kebutaan, Bayer Ingatkan Pemeriksaan Retina Rutin bagi Pasien Diabetes

“Persetujuan faricimab disambut baik oleh masyarakat Indonesia yang menderita nAMD dan DME,” kata Dr. dr. Elvioza, SpM(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan Vitreoretina dan Direktur Layanan Vitreoretina, JEC Eye Hospitals & Clinics dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (8/11).

“Sangat penting untuk memiliki pilihan dan strategi pengobatan yang dapat mengurangi beban frekuensi suntikan bagi pasien yang menderita penyakit mata yang bisa menyebabkan kebutaan," kata dr.Elvioza.

"Konsultasi yang harus dilakukan secara sering dapat menjadi tantangan bagi pasien dan perawat atau pengasuh (caregiver), terutama bagi mereka yang berada di lokasi terpencil atau memiliki mobilitas terbatas – dan akses terhadap pengobatan sangat penting untuk dapat mengatasi kehilangan penglihatan,” jelasnya

Dua Miliar Orang Alami Gangguan Penglihatan 

Hampir 2,2 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan penglihatan. Karena kurangnya akses terhadap layanan perawatan mata sederhana, setidaknya setengah dari kondisi mereka belum ditangani atau belum dapat dicegah.

Beban gangguan penglihatan semakin meningkat, dan kerugian langsungnya diperkirakan mencapai US$2,8 triliun pada tahun 2022.

Baca jugaWaspada, Anak Usia 8 Tahun ke Bawah Rentan Alami Gangguan Penglihatan

Diabetic Retinopathy dan nAMD menjadi dua penyebab M-ID-00001118-11-2023 utama gangguan penglihatan dan kebutaan.

Kondisi-kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja, terlibat secara sosial dan hidup mandiri, sehingga menyebabkan depresi dan kecemasan.

Hal ini juga meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan dan memberikan beban besar pada perawat.

Di Indonesia, terdapat sekitar 8 juta orang berusia di atas 50 tahun yang mengalami masalah gangguan penglihatan dan diperkirakan terdapat 700 ribu pasien yang terdampak oleh nAMD dan DME.

Baca juga: Kemenkes Imbau Masyarakat Lebih Peduli pada Kesehatan Mata

"Penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak,"  ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr. Eva Susanti.

"Selain itu, faktor degeneratif dan penyakit kronis juga merupakan risiko terjadinya penyakit mata lainnya seperti age-related macular degeneration (AMD) dan diabetic macular edema (DME).” ujar d. Eva Susanti.

“Dampak gangguan penglihatan terhadap kualitas hidup dan produktivitas individu tidak dapat dianggap enteng," tambahnya.

Pendekatan baru untuk mengobati kondisi retina 

“Inovasi baru menggabungkan VEGF dan Ang-2 adalah secercah harapan bagi pasien,” ujar dr. Elvioza.

Ia menjelaskan. “Menggabungkan dua inhibitor dalam satu suntikan membuka jalan baru bagi pengobatan penyakit mata. Selain manfaat klinis, faricimab menawarkan daya tahan yang lebih lama, yang berarti lebih sedikit suntikan bagi pasien."

"Terobosan ini memungkinkan pasien mendapatkan suntikan dengan selang waktu 4 bulan setelah tahun pertama, dibandingkan suntikan yang harus diberikan setiap sebulan sekali pada terapi yang sudah ada,” terang dr,Elvioza.

Faricimab dirancang untuk menghambat jalur yang melibatkan Ang-2 dan VEGF-A. Baik Ang-2 dan VEGF-A diperkirakan berkontribusi terhadap kehilangan penglihatan dengan mengganggu kestabilan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan terbentuknya pembuluh darah baru yang bocor dan meningkatkan peradangan.

Seiring penelitian tambahan terus dilakukan, penghambatan kedua jalur telah terbukti dalam studi praklinis berpotensi memberikan manfaat yang saling melengkapi, dapat menstabilkan pembuluh darah dan dengan demikian mengurangi kebocoran pembuluh darah dan peradangan. (RO/S-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya