Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEBAGIAN orangtua mungkin kesal melihat anak mereka mencorat-coret tembok, meskipun banyak juga yang mengerti dan mendiamkannya. Lalu, bagaimana orangtua seharusnya menyikapi perilaku anak yang seperti itu?
Animator Indonesia, yang juga pendiri HelloMotion Academy, Wahyu Aditya berbagi tips bagi orangtua dalam memfasilitasi anak yang gemar corat-coret sebagai bentuk ekspresi.
"Memberi ruang mereka berekspresi dengan tidak memarahi ketika coret-coret tembok, atau diarahkan ke media gambar yang murah seperti kertas dan alat gambar yang ada, misalnya krayon dan spidol," kata Wahyu Aditya, yang akrab dipanggil Wadit, dikutip Senin (6/11).
Baca juga: 1.000 Anak Akan Ikuti Lomba Mewarnai di Kopi In Town Pasar Pagi Mangga Dua
Sebagai penggerak di bidang animasi dan kreativitas Indonesia, Wadit percaya setiap imajinasi merupakan sebuah ide yang perlu dikembangkan dengan kreativitas agar nantinya dapat menjadi suatu kenyataan.
Pada masa usia anak 2-3 tahun, anak sering berekspresi dengan gambar atau mencoret-coret. Hal itu, kata Wahyu, merupakan perwujudan dari asal usul nenek moyang yang dulu berkomunikasi lewat gambar.
Sehingga, menggambar bisa menjadi salah satu bentuk mengekspresikan diri. Tugas orangtualah untuk membangun kembali seni yang ada pada diri anak.
Baca juga: Kanker Anak Terus Meningkat, YKAI Akan Bangun Rumah Paliatif Anak
Wahyu juga menyarankan untuk membebaskan anak bereksplorasi dengan gambarnya dan tidak harus selalu diarahkan untuk mengikuti les dan menjadi seniman.
Selain itu, dunia teknologi yang berkembang saat ini, juga menjadi sarana bagi orangtua bisa memperkenalkan seni melalui media digital.
"Karena itu saling melengkapi dan punya output yang berbeda, jadi sebaiknya dikenalkan keduanya, manual, tradisional maupun digital," ucap Wahyu. (Ant/Z-1)
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Coretan atau doodle telah menjadi bagian dari sejarah manusia dan kini juga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri sekaligus meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan.
Pulau-pulau besar seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Papua terletak di berbagai wilayah yang menunjukkan keragaman geografis dan budaya.
Bergabung dengan komunitas bisa memberikan tambahan ilmu baru tentang menggambar hingga memperluas relasi dengan bertemu orang yang memiliki hobi serupa.
Amanda Caesa, memiliki banyak hobi, seperti bermain musik dan menggambar, memutuskan menekuni dunia tarik suara dengan sukses.
Tidak semua orang familiar dengan konsep dan teknik yang terlibat dalam menciptakan gambar perspektif yang memukau.
Itu bisa terlihat jika anak gemar menggambar atau membuat cerita yang menarik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved