Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Polusi Udara Kian Buruk, Masyarakat Diimbau Jaga Kesehatan

Alfredo Sitompul
27/9/2023 08:45
Polusi Udara Kian Buruk, Masyarakat Diimbau Jaga Kesehatan
Lanskape gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi udara di Jakarta(MI/Usman Iskandar)

GUNA meningkatkan wawasan dan kesiapan dari masyarakat guna melindungi diri dari dampak buruk polusi udara yang dapat memengaruhi kesehatan. Sebuah platform digital pemantau kualitas udara, yakni Nafas berkolaborasi dengan Halodoc. 

Kolaborasi ini menjadi salah satu inisiatif strategis bagi kedua pihak, mengingat urgensi dari topik seputar kualitas udara yang sedang menjadi perhatian besar publik. 

Laporan studi gabungan Nafas dengan Halodoc mengungkapkan terjadinya peningkatan kasus penyakit pernapasan sebesar 34% pada saat terjadi kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 mikrog/m3 pada periode Juni-Agustus 2023.

Baca juga: Lima Aktivitas yang Bisa Tekan Polusi Udara di Jakarta dan Sekitarnya

Nafas bersama Halodoc memberi edukasi atas dampak polusi PM2.5 hingga memberi rekomendasi upaya langkah-langkah yang tepat untuk masyarakat agar selalu terjaga dalam kesehatannya di tengah polusi udara yang sedang buruk.

Polusi udara yang kini menjadi perhatian publik sejak dari pertengahan tahun ini karena kondisi udara yang kian memburuk dan meningkatkan rasa khawatir pada kalangan masyarakat karena memberi dampak yang kurang baik bagi kesehatan. 

Halodoc juga menerima keluhan dari masyarakat karena dampak dari polusi udara yang sedang tidak sehat ini, seperti batuk, pilek, hingga demam selama beberapa bulan terakhir. Kondisi udara pada wilayah Jabodetabek saat ini didominasi sebagai tingkat kualitas udara yang buruk.

Baca juga: Polusi Jabodetabek Naikkan Kasus Penyakit Pernapasan 34%

Isu kualitas udara merupakan suatu tanggung jawab seluruh elemen masyarakat supaya dapat teratasi, apalagi hal ini dapat mengganggu kesehatan. Kolaborasi yang dilakukan Nafas bersama Halodoc merupakan salah satu upaya mendukung masyarakat dalam menghadapi risiko kesehatan akibat dari kondisi udara yang selalu berubah setiap saat.

Nafas dan Halodoc mendapatkan temuan utama dari hasil studi yang dilakukan selama periode Juni-Agustus 2023, berikut hasil temuannya:

  1. Adanya peningkatan keluhan penyakit pernapasan di Halodoc sebesar 34 persen pada Juni, pada saat terjadi kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 mikrog/m3.
  2. Polusi meningkat, persentase keluhan penyakit pernapasan setiap kecamatan daerah Jabodetabek meningkat hingga 41 persen.
  3. Semakin sering kejadian polusi tinggi (PM2.5 di atas 55 mikrog/m3), terdapat potensi tinggi akan risiko terjadinya keluhan penyakit pernapasan dalam jangka waktu 12 jam.
  4. Keluhan terkait sinusitis dan asma mengalami kemunculan sebagai kasus tercepat dalam jangka waktu 3 hingga 48 jam. Sementara itu,  keluhan mengenai asma dan bronkitis terjadi peningkatan sebagai kasus tertinggi menjadi 5 kali lipat.
  5. Peningkatan kasus penyakit pernapasan tertinggi terjadi pada kelompok yang sensitif, sebesar 48 persen untuk kalangan usia di atas 55 tahun dan sekitar 32 persen pada usia 0-17 tahun.

Sebagai pusat layanan kesehatan digital, Halodoc berkomitmen untuk terus memberi kesehatan bagi masyarakat Indonesia terlebih lagi pada kondisi udara tengah memburuk saat ini.

“Di tengah kondisi udara saat ini, kami melihat adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan yang tercermin dari tren meningkatnya konsultasi terkait gangguan pernapasan di Halodoc. Oleh karena itu, akses telemedisin seperti Halodoc menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk dapat berkonsultasi dengan dokter terpercaya, khususnya sebagai deteksi awal gejala gangguan pernapasan, sebelum berkembang menjadi penyakit yang serius," kata Chief of Medical Halodoc Irwan Heriyanto.

Irwan juga menyatakan, dengan kolaborasi Halodoc dan Nafas, dirinya berharap masyarakat dapat mencegah agar tidak menimbulkan penyakit akibat dari polusi udara yang buruk sesuai dengan mengikuti arahan kemenkes RI.

Halodoc secara gamblang mengajak masyarakat untuk tetap peduli pada kesehatan dan segera konsultasi dengan dokter apabila terdapat gejala awal pada gangguan pernapasan.

Nafas bersama Halodoc memberi 5 upaya dalam menjaga kesehatan di tengah kondisi polusi udara yang saat ini sedang memburuk, yaitu:

  1. Selalu pantau kualitas udara secara rutin di aplikasi Nafas.
  2. Efek polusi nyata, lebih baik di rumah saja saat polusi tinggi.
  3. Harap menggunakan masker jika terpaksa keluar ruangan.
  4. Asupan vitamin dan olahraga rutin untuk jaga imunitas.
  5. Tanya Halodoc bila mengalami gejala keluhan pernapasan.

Nafas menilai bahwa diperlukan lebih banyak lagi kajian lokal untuk menghadirkan temuan yang lebih relevan terkait polusi PM2.5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Jabodetabek.

"Nafas dengan bangga dapat berkolaborasi dengan Halodoc untuk dapat menyajikan data-data terkait polusi udara serta keterkaitannya dengan penyakit pernapasan yang saat ini tengah banyak melanda masyarakat. Harapannya, melalui laporan studi ini, masyarakat dapat lebih memahami risiko kesehatan akibat polusi udara yang dampaknya dirasakan mulai dari jangka pendek, tidak hanya jangka panjang saja. Saat ini kami juga terus berkomitmen memperluas jaringan pemantauan kualitas udara yang saat ini sudah terpasang di lebih dari 180 titik lokasi pemantauan di berbagai kota," ujar Co-founder & Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski.

Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Anas Ma'ruf mengapresiasi tindakan yang dilakukan Halodoc dan Nafas terhadap rasa kepeduliaan kepada masyarakat untuk tetap selalu menjaga kesehatannya pada fenomena yang sedang terjadi saat ini. 

Ia mengimbau masyarakat untuk selalu peduli dengan lingkungan guna mencegah dampak dari polusi saat ini 

"Apresiasi kami bagi Halodoc dan Nafas sebagai platform digital yang telah bersama-sama menaruh kepedulian pada isu polusi udara ini. Kami mengimbau masyarakat untuk terus rajin menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi efek buruk dampak polusi udara," ucap Anas .

Anas juga menghimbau masyarakat untuk menerapkan dua hal penting untuk mencegah dampak dari polusi udara yang saat ini semakin memburuk, yaitu dengan selalu memakai masker medis ketika beraktivitas di luar ruangan dan segera periksakan diri pada fasilitas kesehatan apabila mengalami gangguan pernapasan.

Ia juga menyatakan bahwa masyarakat dapat membantu menjaga lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor berbahan fosil, tidak melakukan pembakaran sampah, hingga mengurangi emisi dari rumah tangga seperti asap rokok dan lainnya.

"Saat ini, Kementerian Kesehatan RI juga tengah mengembangkan sistem peringatan dini bagi masyarakat yang terintegrasi dengan Aplikasi SatuSehat agar masyarakat dapat lebih waspada mengenai kondisi polusi udara di sekitar mereka,” pungkasnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya