Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SAAT menghadapi tantangan dan kesulitan, melakukan perubahan ialah keniscaan. Demikian juga bagi kampus dan dunia pendidikan yang kini digempur oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat di era disrupsi digital. Alhasil, tidak sedikit lulusan sarjana yang kesulitan memperoleh pekerjaan.
Menghadapi fenomena tersebut, Rhenald Kasali selaku pakar dan pendiri Rumah Perubahan menekankan bahwa kampus idealnya segera melakukan perubahan.
Utamanya ketika kampus ada dalam posisi mapan, punya uang, dan belum menghadapi puncak dari tantangan disrupsi. Karena untuk melakukan perubahan, membutuhkan uang dan tenaga yang tidak ringan.
"Sayangnya, pada saat (perguruan tinggi) punya banyak resources, banyak yang tidak punya keinginan melakukan perubahan. Tapi saat anda tidak punya resources, semua orang bilang saatnya berubah, padahal sudah tidak ada energi. Inilah contoh kampus yang tidak lama lagi akan terdisrupsi, mana mau mahasiswa mendaftar," ungkap Rhenald Kasali dalam Executive Forum SEVIMA, Kamis (31/08).
Executive Forum SEVIMA menghadirkan ratusan rektor, pejabat, serta pakar pendidikan. Di antaranya Rhenald Kasali (Pendiri Rumah Perubahan), Mahir Bayasut (Ketua Forum CSR Nasional dan Ketua Kedaireka Kemendikbud Ristek), Akhwanul Akhmal (Ketua Umum Perkumpulan Politeknik Swasta se-Indonesia), Laksamana Madya Purn Agus Setiadji (Ketua STIE Bisnis Indonesia dan mantan Sekjen Kementerian Pertahanan), dan masih banyak lagi.
Mereka merumuskan langkah-langkah konkret melakukan perubahan kampus agar tidak ketinggalan teknologi dan lulusannya tetap siap menghadapi tantangan dunia pekerjaan di masa yang akan datang.
Berikut Strategi yang Dirumuskan Executive Forum SEVIMA:
Kampus di Indonesia dalam pandangan Rhenald Kasali, kini telah mengenal baik pendekatan Outcome Based Education (OBE). Pendekatan ini menekankan bahwa ilmu dan pendidikan di kampus harus melampaui sekadar hafalan. Tetapi juga harus mampu diaplikasikan dan dipraktikkan dalam menciptakan sesuatu yang baru.
Perkenalan terhadap OBE, menurut Rhenald Kasali seharusnya bukanlah hal baru. Karena sejak tahun 1930 konsep OBE mulai diperbincangkan. Sehingga sudah menjadi sebuah keharusan bagi kampus untuk segera melakukan transformasi.
Jangan sampai menurutnya orang Indonesia sudah memiliki ilmu dan kemampuan untuk melakukan perubahan, namun kekurangan rasa percaya diri, sehingga membuat para dosen lebih banyak menjadi konsumen ilmu daripada pencipta.
"Aspek yang perlu diangkat di Indonesia adalah kepercayaan diri atau confidence. Percaya diri, mau dan mampu berubah! Selama ini, karena kita tidak punya confidence maka kita hanya jadi pembeli dan pengikut," ujar Rhenald.
Transformasi tidak bisa dilakukan seorang diri. Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa perubahan membutuhkan dukungan semua pihak, baik dari institusi pendidikan, tenaga pendidik, mahasiswa, dunia industri, pemerintah, maupun masyarakat luas. Karena menurutnya pendidikan bukan hanya tentang penyerapan informasi, melainkan juga tentang memberdayakan individu untuk menjadi pencipta, inovator, dan pemimpin dalam menciptakan ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan bangsa dan dunia.
Hal ini juga senada dengan paparan Himmatul Aliyah, Anggota DPR-RI Komisi Pendidikan, dan Mahir Bayasut selaku Ketua PMO Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Menurut keduanya, supply (penawaran) dan demand (permintaan) pendidikan tinggi dan dunia usaha belum terjalin dengan maksimal.
Tips yang terakhir dari Executive Forum SEVIMA, menekankan betapa pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mengubah kualitas pendidikan tinggi ke arah yang lebih baik. Sugianto Halim, CEO dan Founder SEVIMA menjelaskan, kehadiran sistem akademik terintegrasi "SEVIMA Platform" dapat menjadi pintu masuk bagi dunia pendidikan tinggi dalam memanfaatkan transformasi digital di dunia pendidikan.
Executive Forum SEVIMA pada kali ini juga secara langsung meluncurkan Modul OBE, untuk memfasilitasi keharusan kampus memanfaatkan teknologi secara mudah, terdigitalisasi, dan terintegrasi. Terlebih, pengguna SEVIMA Platform sudah lebih dari 950 kampus se-Indonesia dengan total 3 juta mahasiswa dan dosen di dalamnya.
"Modul OBE dalam SEVIMA Platform memberikan profil yang lebih lengkap dan mendalam, yang mencakup hard skills dan soft skills. Ini memberikan peluang bagi lulusan untuk menonjolkan keahlian khusus yang dimiliki, sehingga lebih mudah menarik perhatian perusahaan," tandasnya. (Medcom/H-3)
Di masa depan, bidang farmasi sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi informasi.
IKATAN Pustakawan Indonesia (IPI) menyelenggarakan Kongres XV dan Seminar Ilmiah Nasional di Surabaya, Jawa Timur pada 1 - 4 November 2022.
Beberapa kendala yang ditemui antara lain kurang maksimalnya guru dalam memanfaatkan penggunaan teknologi,
"Kalau jurnalis mau sustain, jagalah good content, good jurnalism. Konten jurnalisme yang standar itulah cara hidup yang berkelanjutan,"
"Memang secara global kemajuan teknologi tidak mungkin kita hindari.Maka kita menggunakan teknologi untuk membuat hidup kita lebih baik, bukan malah merusak," kata Yessy Gusman
Kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
Universitas Widyatama (UTama) memberikan kesempatan kepada hampir 1.000 siswa SMA dan SMK dari sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) ikuti program Trial Class “Satu Hari Menjadi Mahasiswa”.
Wisuda kali ini diikuti 272 peserta dari empat fakultas.
Universitas yang sudah berdiri sejak 1958 itu terus memacu diri untuk meningkatkan kapasitas dan kualitasnya
Kegiatan yang baru pertama kalinya digelar ini bertujuan untuk membangun konektivitas antara perguruan tinggi dengan masyarakat umum
Disaat senat Universitas Siliwangi Tasikmalaya menggelar deklarasi damai jelang Pemilu 2024, BEM mendukung senat untuk bersikap kritis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved