Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PAKAR media sosial Rulli Nasrullah menilai perlu kesiapsiagaan digital dalam bentuk daya tangkal yang kuat, deteksi dini, dan resistensi untuk mencegah penyebaran paham radikal melalui konten di dunia maya.
"Karena itu membangun kesiapsiagaan digital dalam bentuk daya tangkal yang kuat, deteksi dini, dan resistensi terhadap konten radikalisme di media sosial sangat penting untuk ditanamkan kepada generasi bangsa," kata Rulli atau Kang Arul seperti dikutip Antara di Jakarta, Senin (7/8).
Dia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif, tidak hard selling, sehingga ketika pengguna sudah merasa nyaman, maka ditanamkan ide, video dan pendekatan secara perlahan.
Setelah itu, menurut dia, langkah selanjutnya adalah dimasukkan dalam grup-grup diskusi seperti WhatsApp, Telegram, atau layanan pesan yang lain, dan kemudian informasi yang lebih personal.
Kang Arul menekankan bahwa karakter dan tingkat literasi media individu berperan penting untuk menyaring referensi yang dibaca, karena algoritma dalam internet cenderung akan memberikan referensi sesuai dengan apa yang sering dibaca.
"Jika seseorang suka dengan konten konten keras, radikal terorisme dan kebencian maka dengan sendirinya referensi yang muncul akan konten konten sejenis. Namun terkadang, individu itu sendiri yang kurang cakap untuk menyaring filter yang negatif," ujarnya.
Karena itu, dia menilai pentingnya komunikasi orangtua kepada anak, adik kepada kakak, atau sesama teman untuk saling mengingatkan dan mendorong penggunaan media sosial dalam hal yang positif.
Baca juga: Makna dan Nilai Luhur dalam Perumusan Pancasila bagi Bangsa Indonesia
Menurut dia, komunikasi itu untuk meyakinkan bahwa di media sosial merupakan pasar ide bebas, sehingga bisa mendapatkan banyak hal, mulai dari yang positif dan negatif.
Dia juga menilai kondisi emosional seseorang berperan penting terhadap referensi yang dilihatnya, sehingga terkadang orang yang mengakses media sosial dalam situasi yang tidak normal dengan logika waktu cepat, tidak dapat memfilter atau melakukan verifikasi informasi terhadap orang lain atau media massa.
"Ketika sudah mengakses suatu konten, maka seolah-olah itu adalah informasi yang benar, itu yang membuat maraknya hoaks dan misinformasi. Pulang kerja lelah dan ada masalah, jadi ketika mengakses, emosinya lagi tinggi, dapat dengan situasi seperti itu," ujarnya.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga mengapresiasi kehadiran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Duta Damai dan Duta Damai Santri yang tersebar di 18 provinsi.
Menurut dia, langkah ini perlu dikembangkan ke seluruh provinsi Indonesia agar dapat mengisi ruang digital dengan pesan damai dan hal yang positif.
Kang Arul menyampaikan, setiap relawan Duta Damai maupun Duta Santri mampu memberikan aura terhadap teman-teman, keluarga dan lingkungannya sehingga mampu mendukung tiga unsur penting dalam literasi digital.
Ketiga kecakapan digital tersebut adalah pertama, kecakapan dalam penggunaan media digital, kedua, kecakapan dalam budaya digital, dan
ketiga, kecakapan dalam keamanan digital. (Ant/I-2)
Melalui platform online seperti Shopee, brand kecantikan lokal semakin berkembang dan memperluas pasar dengan berbagai fitur dan program yang ditawarkan.
Kehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Perubahan ini tidak hanya mencakup penggunaan kata-kata, tetapi juga pada pola komunikasi secara keseluruhan
Slogan pick me mengarah kepada perilaku atau sikap seseorang yang berusaha mendapatkan perhatian dan penerimaan dengan cara menonjolkan diri sebagai pribadi yang berbeda.
BUDAYAWAN Banten Uday Suhada mengecam eksploitasi perempuan Badui yang kini marak dilakukan oleh para konten kreator ke media sosial (medsos).
FPHW secara tegas menolak berkembangnya organisasi masyarakat yang teridentifikasi dan menganut paham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Pancasila dan khilafah tidak bisa hidup berdampingan di Indonesia. Salah satunya harus dikorbankan.
SOSOK Prof Yudian Wahyudi menjadi salah satu lulusan pesantren yang berhasil di dunia akademik. Dari Pesantren Termas di Pacitan, Jawa Timur.
KARENA Indonesia negara multikultural, munculnya potensi radikalisme menjelang pilkada serentak 9 Desember 2020 masih sangat tinggi.
Paham radikalisme tumbuh subur di masyarakat karena tidak sedikit orang yang baru belajar agama tidak mampu menafsirkan ilmu itu dengan baik.
Kelompok teroris tersebut bahkan telah melakukan penggambaran untuk serangan tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved