Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PSIKOLOG klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum mengatakan stereotipe gender maskulinitas, yang mengandaikan laki-laki sebagai sosok kuat dan tangguh, dapat membuat seorang laki-laki korban pelecehan seksual memilih untuk bungkam bahkan takut melaporkan kasusnya.
"(Laki-laki) diasumsikan seperti itu (harus kuat dan tidak lemah) sehingga ketika laki-laki mengalami pelecehan, mereka (masyarakat) menganggap 'nggak mungkin ada, harusnya laki-laki itu lawan balik, dong'," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, dikutip Senin (24/7).
Nirmala menjelaskan stereotipe gender tersebut sebetulnya dibentuk oleh masyarakat. Padahal, kata dia, laki-laki juga tetap merupakan manusia biasa yang bisa merasa takut dan cemas apabila mengalami pelecehan bahkan kekerasan seksual.
Baca juga : Pelecehan Seksual Juga Bisa Dialami Laki-Laki
Stereotipe laki-laki harus kuat yang diamini masyarakat dapat membuat stigma pada korban pelecehan seksual menjadi lebih berat. Laki-laki yang mengalami pelecehan pun akhirnya memilih bungkam dan tidak berani melaporkan kasusnya.
"Di negara-negara yang cenderung masih lebih konvensional atau pemikirannya patriarki, pembedaan peran gender masih didikotomikan antara masukulin dan feminin, itu tentu makin sulit untuk laki-laki andaikata mengalami pelecehan untuk melaporkan (kasusnya)," kata Nirmala.
Psikolog sekaligus Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Livia Istania DF Iskandar mengatakan budaya dengan kecenderungan menyalahkan korban yang sudah terjadi di masyarakat juga membuat korban pelecehan seksual dalam posisi semakin dirugikan.
Baca juga : Wagub Ungkap Pembatalan Pemisahan Penumpang Pria dan Wanita di Angkot
"Pada laki-laki yang mengalami kekerasan seksual, bebannya menjadi lebih berat, label negatifnya itu, karena ada sterotipe di masyarakat kalau, misalnya, laki-laki itu bukan korban, tetapi, kebanyakan pelaku," kata Livia saat dihubungi secara terpisah.
Libia menilai laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual lebih sulit mengungkapkan peristiwa yang mereka alami karena mungkin ada rasa takut dengan anggapan masyarakat tentang korban, apalagi laki-laki dewasa yang dianggap bisa membela diri.
Menurut Livia, laki-laki dewasa yang memohon perlindungan kepada LPSK untuk melanjutkan kasusnya ke ranah hukum juga sangat minim. Stigma yang masih langgeng di masyarakat kemungkinan membuat korban laki-laki enggan untuk menindaklanjuti kasus pelecehan seksual yang dialaminya.
Baca juga : Pelaku Pedofilia Diberi Grasi, Presiden Hongaria Mengundurkan Diri
Sementara itu, Nirmala mengatakan sebagai psikolog, dia kerap menemukan trauma yang terpendam akibat pelecehan seksual saat laki-laki tersebut melakukan sesi konseling pada usia dewasa atau dalam rentang waktu yang cukup lama dari saat peristiwa pelecehan itu terjadi.
"Mereka baru datang (ke psikolog) dan awalnya bukan datang untuk urusan itu (kasus pelecehan seksual), biasanya datang untuk hal yang lain misalnya relasi dengan pasangan, atau orientasi seksual, atau apapun. Dan dalam proses, akhirnya ketahuan bahwa mereka pernah mengalami pelecehan dan itu buat mereka masih membekas," kata Nirmala.
Nirmala pun mengingatkan pentingnya setiap individu dalam masyarakat untuk belajar menerima bahwa pelecehan dan kekerasan seksual memang terjadi, bahkan laki-laki juga dapat menjadi korban.
Baca juga : Cak Imin: Kekerasan terhadap Perempuan Solusinya Perlindungan, bukan Makan Siang Gratis
Selain itu, penting pula untuk senantiasa belajar mendengarkan dan mempercayai korban terlebih dahulu, serta belajar membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada di lingkungan sekitar.
"Kita perlu bersama-sama untuk mencegah itu (pelecehan seksual). Bukannya ketika ada yang melapor kita kasih stigma. Cegah bareng-bareng karena kalau (pelecehan seksual) didiamkan terus, justru makin besar. Pada akhirnya, yang tidak aman kita sendiri, lho, sebenarnya," pungkas Nirmala. (Ant/Z-1)
Baca juga : Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Junya Ito Tinggalkan Timnas Jepang
Sebanyak 12% remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24% menggunakan rokok elektronik.
Memilih warna pakaian yang tidak sesuai kerap membuat tampilan kita menjadi gelap atau kusam
TIDAK sedikit laki-laki, bahkan usia muda, yang terkena masalah disfungsi ereksi. Apa saja penyebab persoalan itu?
Mengoptimalkan kondisi sperma bisa dilakukan dengan memperbaiki faktor risiko seperti tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi serta memperbaiki pola hidup tidak sehat.
Faktor gaya hidup menjadi penyebab yang paling mempengaruhi penyebab kemandulan pada pria. Misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol.
Kebanyakan kita mengetahui bahwa laki-laki saleh yang masuk surga akan mendapatkan sejumlah bidadari. Pertanyaannya, wanita yang saleha akan memperoleh apa di surga?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved