Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ANGKA kematian jemaah pada penyelenggaraan haji tahun ini melaju cukup kencang. Dalam sepekan terakhir, rata-rata jemaah yang wafat tiap harinya di atas 16 orang.
Angka kematian kumulatif jemaah haji hingga hari ke-52 penyelenggaraan haji, atau sampai dengan hari ini, Jumat (14/7), mencapai 616 jiwa. Angka itu berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) sampai dengan pukul 11.36 waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 15.36 WIB.
Dengan laju kematian setinggi itu, dalam tiga hari ke depan, angka kematian kumulatif jemaah haji akan menempati angka kematian tertinggi kedua sejak Tragedi Mina pada 1990. Pada tagedi tersebut, lebih dari 600 jemaah haji Indonesia tewas.
Baca juga: Pneumonia Meningkat Pasca-Armina, Jemaah Diimbau Disiplin Pola Hidup Bersih dan Sehat
Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) berupaya menekan angka kesakitan dan kematian sepanjang sisa penyelenggaraan haji tahun. Penerbangan terakhir jemaah haji Indonesia ke Tanah Air akan berlangsung pada 4 Agustus mendatang atau 21 hari dari sekarang.
Untuk itu, KKHI Madinah kembali menggelar Medical Check Up (MCU) terhadap jemaah haji risiko tinggi (risti) gelombang 2 yang telah tiba di Kota Madinah. MCU dilaksanakan secara bertahap mulai Selasa (11/7) lalu.
Baca juga: Petugas Siapkan Ribuan Dokumen Kepulangan Jemaah Haji dari Madinah
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dokter Thafsin Alfarizi mengatakan MCU ini merupakan salah satu strategi bidang kesehatan Madinah untuk menekan angka kesakitan dan kematian jemaah haji.
Selain itu, MCU dilakukan sebagai skrining tanazul yang akan dilaksanakan oleh KKHI Madinah. Tanazul merupakan upaya pemulangan jemaah haji lebih awal atau lebih lambat daripada kelompok terbang (kloter) asalnya. Jemaah haji yang ditanazulkan digabubgkan dengan kloter lain dengan memanfaatkan kursi kosong penerbangan.
“Selain untuk menekan angka kesakitan dan kematian jemaah haji di Madinah, MCU ini kami jalankan untuk seleksi jemaah haji yang membutuhkan program tanazul melalui Bandara Madinah," ucap dokter Alfarizi, di Madinah, Jumat.
Menurut dokter Alfarizi, Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) sebelumnya telah menyeleksi jemaah haji risti yang akan menjalani MCU. Seleksi ini sudah dilakukan setiap hari oleh TKHK melalui pemeriksaan rutin yang dilaksanakan di kloter.
“Seperti MCU pra-Armina (puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina), jemaah haji risti yang akan melaksanakan MCU sudah hasil seleksi TKHK melalui pemeriksaan rutin yang mereka lakukan di kloter masing-masing,” tutur dokter Alfarizi.
Jemaah haji akan melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah, pengukuran EKG, dan pengukuran kimia darah.
Selanjutnya hasil pengukuran tersebut akan diberikan rekomendasi oleh dokter spesialis di KKHI. Layanan MCU lainnya meliputi poli jantung, paru, penyakit dalam, dan psikiatri.
Dalam pelaksanaan MCU, KKHI Madinah bekerja sama dengan Emergency Medical Team (EMT) di sektor-sektor pemondokan jemaah. Jemaah haji difasilitasi EMT dalam mobilisasi dari penginapan ke KKHI Madinah hingga pengembalian pasca-MCU.
Dari Mekah, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dokter M Imran kembali mengingatkan jemaah haji agar memperketat perlindungan diri dari penularan penyakit. Berdasarkan pendataan KKHI, mayoritas jemaah haji yang dirawat di KKHI maupun rumah sakit Arab Saudi menderita pneumonia atau radang paru.
Untuk mencegah penularan, jemaah haji diimbau memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, serta tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
Kasus pneumonia meningkat drastis pascapuncak ibadah haji atau fase Armina. Pneumonia adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja, terutama yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti jemaah lanjut usia (lansia) dan jemaah yang memiliki komorbid.
“Selanjutnya kondisi ini dipicu oleh kelelahan terutama fase puncak ibadah haji di Armina. Oleh karena itu kasus pneumonia pasca Armina meningkat drastis,” ungkap dokter Imran.
Kasus pneumonia atau radang paru diawali dengan gejala batuk dan pilek. Gejala khas pada kasus pneumonia adalah demam dan sesak napas.
Pada lansia, gejala pneumonia yang timbul tidak khas sesak napas dan demam, namun berupa batuk, pilek, dan penurunan napsu makan. Tidak spesifiknya gejala yang timbul di jemaah haji lansia, lanjut dokter Imran, perlu dijadikan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
"Jika tidak segera ditangani, jemaah haji sakit pneumonia dapat berkembang infeksinya ke arah sepsis yang jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kematian," kata dokter Imran.
Menurut data Siskohat, saat ini total ada 363 jemaah yang menjalani perawatan. Sebanyak 165 di antaranya dirawat di KKHI Mekah maupun Madinah. Kemudian, 198 jemaah dirawat di RS Arab Saudi. (Z-10)
SEORANG jemaah haji asal Banjarnegara, Jawa Tengah, Daimah binti Suwaryo meninggal di Tanah Suci dinyatakan meninggal setelah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah
KEMENTERIAN Agama menegaskan jemaah haji reguler asal Indonesia yang wafat pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M mendapatkan asuransi jiwa.
Kementerian Agama, mencatat, sampai hari ini, Minggu (7/7/2024), ada 394 jemaah wafat, terdiri atas 376 jemaah haji reguler dan 18 jemaah haji khusus.
Sekitar 83% jemaah haji yang meninggal selama musim haji 2024 adalah tidak resmi atau yang menggunakan visa nonhaji.
Jjemaah haji wafat yang dicatat KKHI hingga Rabu (19/6) pukul 16.00 WAS mencapai 40 orang.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten KH Hamdi Ma'ani Rusydi meninggal dunia di Jeddah
Tantangan terberat adalah kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang membatasi layanan medik oleh tim rombongan haji perubatan dalam penanganan jemaah yang sakit ataupun rentan.
Kementerian Kesehatan berkomitmen menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji tahun 1446 H/2025 M yang prima, terstandar, dan mudah diakses.
Ada 295 jemaah haji dibadalkan lantaran tidak mampu melanjutkan ibadah hajinya karena sakit atau wafat pada musim haji tahun ini.
kebijakan murur berhasil menekan jumlah jemaah yang sakit atau pun angka kematian akibat serangan gelombang panas yang melanda kawasan Mekah dan sekitarnya selama prosesi puncak haji.
KKHI pos Arafah memaksimalkan upaya penanganan jemaah. Diharapkan seluruh pasien bisa kembali ke kloter masing-masing untuk jalani prosesi puncak ibadah haji.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved