Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENGURUS Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Tubagus Haryo Karbyanto mengatakan rokok menjadi salah satu penyebab anak mengalami stunting atau tengkes baik dari asap maupun konsumsi rumah tangga yang mempengaruhi pembelian rumah tangga dan berdampak pada asupan anak.
Kondisi anak mengalami tengkes pada keluarga perokok 15,5% lebih tinggi dibandingkan dari keluarga anak yang bukan perokok. Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 mengungkapkan bahwa rokok merupakan salah satu komponen pengeluaran tertinggi kedua setelah beras pada rumah tangga yang menjadi penyebab kemiskinan.
"Jika ingin merevitalisasi belanja seharusnya konsumsi rokok ada di bawah. Meski secara data mereka sudah membeli beras tapi konsumsi anak bukan hanya beras ada protein, kalsium, dan lainnya," kata Tubagus dalam konferensi pers secara daring, Selasa (30/5).
Baca juga: DPR Minta Tembakau tidak Dikelompokkan dengan Narkotika di RUU Kesehatan
Berdasarkan Skor Indeks kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) 2021 Indonesia berada di tingkat 73 menunjukkan tingkat kelaparan yang moderat.
"Tembakau masih dianggap normal di Indonesia seharusnya tobacco control kita harus didenormalisasi terhadap rokok, meski rokok itu legal tapi itu tidak normal. Orang yang teradiksi dengan tembakau maka tidak bisa mengendalikan dirinya. Selain itu juga denormalisasi perusahaan rokok juga dilakukan meski legal tapi perusahaan tidak normal karena dalam konteks tertentu mereka menjerat dengan zat adiktif sehingga konsumen rokok tidak bisa lepas,"
Baca juga: Pemerintah Diminta Segera Terbitkan Regulasi Pengawasan Rokok Elektrik
Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr. Feni Fitriani Taufik mengatakan konsumsi rokok jadi beban ekonomi, pembelanjaan peringkat kedua pangan 19 persen dan rokok 11 persen bisa berkaitan dengan tengkes.
"Kalau kita kaitkan maka perilaku merokok di depan anak akan memberi contoh untuk meniru perilaku atau menormalisasi bahkan diadopsi sehingga terbiasa," ungkanya.
Diketahui berdasarkan data dari Riskesdas jumlah perokok di Indonesia mengalami peningkatan, pada 2011 sekitar 60,3 juta orang merokok dan 2021 menjadi 69,1 juta atau hampir 70 juta.
Selain itu, ada juga pengolahan produk tembakau yang ancam remaja termasuk vape atau rokok elektronik yang pengguna meningkat 3 persen pada 2021 kami tidak rekomendasikan untuk sarana berhenti merokok.
"Rokok konvensional dan elektronik punya bahan berbahaya begitu juga third smoke and second smoke bahaya sama kita harus sama-sama lintas sektoral edukasi masyarakat harus dioptimalkan peraturan pemerintah salah satunya penerapan KTR. Orang yang tidak merokok berhak mendapatkan kondisi sehat," pungkasnya. (Iam/Z-7)
Cairan vape juga mengandung nikotin yang dicampur dengan berbagai macam rasa yang menarik perokok untuk beralih dari rokok konvensional.
KPAI meminta agar pemerintah daerah bisa menegakkan regulasi yang terang benderang soal komitmen menjauhkan anak dari industri rokok.
Pengungkapan ini bermula dari informasi bahwa terdapat transaksi jual-beli liquid vape mengandung narkotika di wilayah Jakarta Pusat.
Produk seperti rokok elektronik atau tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
TREN rokok elektrik atau vape semakin banyak peminatnya. Padahal, risiko gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari merokok dengan vape juga tidak main-main.
Terdapat pemicu kebiasaan merokok bagi remaja penyandang disabilitas seperti gangguan emosi dan juga kesulitan belajar.
ASRP berfokus pada optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0–23 bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan, salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat.
bila dibandingkan tahun 2024 dengan 2023 maka stunting berhasil diturunkan dari 4,8 juta menjadi 4,4 juta atau berhasil menurun 357.705 balita.
DISPARITAS prevalensi stunting antara provinsi masih sangat besar. Provinsi Bali menjadi provinsi terbaik dalam hal penurunan stunting, bahkan jauh di bawah angka nasional.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Kegiatan ini menjangkau 8 titik lokasi di Kabupaten Banyuwangi dan berkolaborasi dengan tiga Puskesmas: Genteng Kulon, Singojuruh, dan Gitik.
ANGKA prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur (Jatim) berhasil mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved