Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BERTAMBAHNYA usia, kebutuhan tubuh mengalami perubahan beradaptasi dengan kondisi fisiologis tubuh. Hal ini lah yang menyebabkan kebutuhan gizi seimbang pada lansia berbeda dengan rentang usia lainnya.
Memenuhi kebutuhan gizi orang yang sudah lanjut usia memang menjadi tantangan tersendiri. Dilansir dari situs World Health Organization (WHO), ageing atau penuaan adalah salah satu permasalahan global saat ini, mengingat angka harapan hidup yang meningkat.
Menjadi suatu tantangan bagi kita untuk memenuhi nutrisi yang tepat bagi lansia. Populasi geriatri semakin meningkat di seluruh dunia.
Baca juga: Ibadah Haji Harus Ramah Lansia
Lantas, mengapa kebutuhan gizi pada lansia berbeda?
Ada banyak faktor yang memengaruhi perubahan kebutuhan gizi untuk lansia. Perlu diketahui juga bahwa kebutuhan setiap orang tua juga dapat berbeda, tergantung pada kondisi medis yang dimilikinya.
Baca juga: Influenza Bisa Jadi Penyakit Berbahaya Jika Menginfeksi Lansia
Hal pertama yang memengaruhi perubahan ini adalah metabolisme. Menurut H Shimokata dkk.(1993) dalam jurnal jurnal Aging, Basal Metabolic Rate, and Nutrition, usia adalah salah satu faktor terpenting dalam perubahan metabolisme energi dan tingkat metabolisme basal seseorang menurun hampir secara linier seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh penurunan massa otot yang terjadi pada tubuh lansia.
Selain metabolisme yang melambat, sistem pencernaan pada lansia juga melambat. Seiring bertambah usia, produksi air liur dan asam lambung juga menurun, sehingga membuat pencernaan lebih sulit dalam memproses vitamin dan mineral tertentu seperti vitamin B12, B6, dan asam folat
Banyak orang tua yang juga mengalami penurunan kesehatan karena berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, gangguan ginjal, dan penyakit lainnya. Kondisi seperti ini membuat orang tua membutuhkan asupan gizi yang harus disesuaikan dengan kondisi kesehatannya tersebut.
Dengan demikian berikut adalah rekomendasi untuk lansia agar menjaga gizi tetap seimbang.
1. Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga berat badan normal. Pola makan sehat diutamakan sepeti asupan makanan dan minuman yang padat gizi. Pilih BM sumber protein seperti susu dan hasil olahannya yang rendah lemak, daging has, unggas, telur, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Batasi konsumsi gula (Karbohidrat sederhana termasuk tepung-tepungan), garam dan lemak jenuh. Konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan dapat meningkatkan risiko Lansia untuk mengalami hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia, stroke, penyakit jantung dan diabetes.
3. Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium dan vitamin D, seperti ikan, susu untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. Sering terpapar sinar matahari pagi juga dapat membantu pembentukan vitamin D aktif dalam tubuh.
4. Biasakan mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk whole grain sebagai sumber serat makanan dan kalium, terutama sayuran yang berwarna hijau, merah atau orange. Serat penting bagi kesehatan Lansia karena selain untuk melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit/konstipasi, serat juga berfungsi untuk mengontrol kadar lemak dan gula dalam darah.
5. Minum air putih sesuai kebutuhan. Anjuran konsumsi air untuk Lansia adalah 1500-1600 ml (sekitar 6 gelas) per-harinya, atau 25-30 ml/kgBB/hari. Lebih sedikit dari anjuran minum untuk orang dewasa yang sebanyak 8 gelas perhari.
6. Kebutuhan gizi sebaiknya terpenuhi dari Asupan makan sehari-hari. Bila dibutuhkan, makanan yang difortifikasi dan suplemen mungkin bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan satu atau lebih zat gizi pada kondisi khusus.
7. Pola makan yang sehat harus mencegah penyakit terkait makanan (foodborne disease). Empat prinsip keamanan pangan yaitu; bersihkan, pisahkan, olah atau masak dan simpan pada suhu yang tepat, secara bersama-sama menurunkan risiko penyakit terkait makanan. Makanan setengah matang harus dihindari.
8. Tetap melakukan aktifitas fisik dan kurangi waktu untuk aktifitas sedenter. Kekakuan otot sering terjadi pada Lansia karena berkurangnya kemampauan otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Lansia dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan seperti, berjalan santai, bersepeda, berkebun, yoga atau senam Lansia. Selain menjaga kelenturan otot, aktifitas fisik tersebut dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan kebugaran tubuh. (Z-10)
Memeroleh makanan bergizi tidak harus selalu mahal, karena banyak sumber daya lokal kaya nutrisi dan menjadi alternatif yang terjangkau.
SELAMA dua tahun terakhir, Indonesia kembali menjadi importir beras, bahkan dalam jumlah yang sangat besar.
Untuk penyelesaian masalah gizi, penyelesaiannya harus sustainable dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga penyuluhan harus tepat.
Sebagaimana susu sapi, susu ikan juga mengandung alergen yang bisa memicu reaksi alergi pada orang tertentu. Jadi, riwayat alergi perlu diperhatikan saat hendak menyajikan susu ikan.
Memasak bekal bergizi seimbang untuk anak sekolah tidak perlu mahal atau sulit. Ahli gizi Esti Nurwanti merekomendasikan bahan makanan lokal yang mudah ditemukan dan terjangkau.
Para dewan pengarah yang ditempatkan pada Badan Gizi Nasional harus berasal dari kalangan ahli yang mengerti kajian gizi dan kesehatan masyarakat.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga sangat menentukan perkembangan kognitif, motorik, hingga sosial emosionalnya.
ICW menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya menjadi program untuk menghamburkan uang negara. MBG tidak memenuhi standar gizi dan justru berpotensi menjadi pemborosan anggaran.
Pelayanan gizi sebaiknya dilakukan awal sejak ditegakkan diagnosis TB karena pemberian prinsip diet setiap pasien berbeda tergantung kondisi klinis yang didapatkan pada setiap pasien.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved