Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
PAKAR media sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Rulli Nasrullah mengimbau masyarakat untuk menghindari hoaks dengan membangun budaya tabayun dan saring sebelum membagikan (sharing).
Rulli mengatakan memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum Serentak 2024, masyarakat dihadapkan pada maraknya informasi bohong atau hoaks, ujaran kebencian, dan berbagai narasi kebencian lain yang dapat memecah belah persatuan.
Menurut dia, informasi bohong tersebut kerap sengaja diproduksi untuk membangun pembunuhan karakter (character assassination) terhadap seseorang maupun kelompok.
"Hal ini terjadi karena orang atau kelompok tersebut tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk bersaing secara sehat," kata Rulli seperti dilansir Antara di Jakarta, Jumat (12/5).
Lebih lanjut, dosen sekaligus penulis buku 'Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia)' itu menyebutkan ada tiga alasan mengapa hoaks bisa berkembang.
"Pertama, banyak pengguna media sosial itu berpikir memakai logika waktu cepat. Jadi, logika waktu cepat itu adalah informasi yang dipublikasikan itu main ditelan saja, tanpa melakukan konfirmasi, tanpa melakukan check and recheck terhadap media-media mainstream," jelasnya.
Kedua, tambahnya, adanya friendvertising yaitu iklan atau informasi yang disampaikan oleh sesama. Menurut Rulli, relasi pertemanan terkadang membuat masyarakat percaya terhadap seseorang, sehingga mudah untuk menerima dan menyebarkan informasi yang belum tentu benar.
"Apalagi sahabat, ternyata nge-share ke kita, masa hal-hal yang hoaks, gitu. Jadi, nggak mungkinlah teman-teman itu ngirimin hoaks segala macam," katanya.
Baca juga: Kemenkominfo Ajak Para Siswa SMA di Bogor Melek Digital
Adapun yang ketiga adalah kondisi psikologis seseorang yang tidak sadar. Hal itu terjadi karena lingkungan sosial dan konten yang diakses adalah konten serupa, sehingga secara naluri seseorang tidak punya pilihan lain selain mempercayai informasi dari konten tersebut.
"Karena temannya ngomong seperti itu, terus dia buka akun yang lain juga, (lingkungannya) juga nge-share juga seperti itu; kemudian setiap hari dia juga mengakses informasi yang sama," kata Rulli.
Untuk mengatasi hal itu, menurut dia, masyarakat perlu membangun budaya tabayun. Mengutip buku 'Akidah Akhlak' yang diterbitkan Kementerian Agama, tabayun dijelaskan sebagai budaya untuk mencari kejelasan hingga terang benderang.
Dia menjelaskan bahwa membangun budaya tabayun dapat dimulai dari diri sendiri. Setiap individu bisa menyaring teman di media sosial, sehingga tercipta pertemanan yang dapat meminimalkan persebaran hoaks maupun ujaran kebencian.
"Ketika teman-teman saya sudah ngomongin politik, sudah bahasanya kasar, saya langsung mematikan notifikasi status-status dia di media sosial. Ada beberapa yang saya langsung unfriend, kenapa? Karena dimulai dari situ, kita memilih siapa teman kita," tuturnya.
Dia juga menegaskan pentingnya kesadaran diri untuk meningkatkan literasi dan verifikasi melalui berbagai informasi dan platform yang tersedia. Masyarakat bisa memanfaatkan kanal cek fakta atau lainnya. Melalui cara itu, menurut Rulli, seseorang akan memiliki kehati-hatian dalam menerima atau meneruskan informasi.
Dalam perspektif agama, Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi itu juga mengungkapkan pentingnya ber-tabayun dalam Islam yang tercantum dalam Surat Al Hujurat ayat 6.
"Ketika datang informasi kepada dirimu, maka harus bertabayun, mengecek gitulah, ini cek nih siapa yang menginformasikan, siapa ini asalnya dari mana, isinya apa, jadi jangan buru-buru ditelan," ujar Rulli. (Ant/I-2)
Media sosial adalah teknologi berbasis internet yang memfasilitasi komunikasi dua arah, membangun komunitas, dan berbagi konten antara individu atau kelompok secara real-time.
Dalam video tersebut, istri Arief Muhammad ini memperlihatkan sang suami sebagai sosok ayah dan suami yang penuh kasih sayang kepada keluarga.
Penampilan Hokky Caraka yang dianggap kurang optimal memicu ribuan komentar dari netizen di media sosial.
SAAT berada di masa sulit, sejumlah orang memilih meminta bantuan. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh putra dari musisi Ahmad Dhani dan Maia Estianty, Dul Jaelani.
Presiden Prabowo Subianto menyoroti maraknya perilaku masyarakat yang merasa paling tahu segalanya, terutama soal isu-isu politik dan pemerintahan.
RAMAI di media sosial tentang trend (tren) baru yaitu garis merah di atas kepala atau disebut S-Line. Kemunculan tren ini diawali dengan viralnya drama Korea terbaru yang berjudul S-Line.
PT Eratex Djaja Tbk, produsen tekstil yang memasok untuk merek global seperti Uniqlo dan H&M, membantah kabar yang menyebut perusahaan tengah menghadapi permohonan PKPU
Dosen Komunikasi Universitas Dian Nusantara ini memaparkan hoaks kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana jadi contoh nyata disinformasi bisa memicu gejolak di tengah publik.
Burhanuddin menganggap hoaks itu sebagai isu miring biasa. Saat ini, Jaksa Agung tetap bekerja memberikan arahan kepada bawahannya.
Masyarakat diimbau agar selalu melakukan double cross check dan tidak mudah mengklik link yang mencurigakan.
MK memutuskan tindakan penyebaran informasi atau dokumen elektronik yang memuat pemberitahuan bohong atau hoaks dapat dipidana jika menimbulkan kerusuhan di ruang fisik. UU ITE
Perempuan di Indonesia masih merasa malu atau enggan membicarakan topik seputar menstruasi atau gangguan reproduksi yang berakibat pada kesehatan di masa mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved