Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DOKTER spesialis anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Nastiti Kaswandani mengingatkan orangtua untuk memastikan bayi mereka tidak kekurangan cairan untuk mencegah terjadinya sakit atau kematian bayi pada kondisi perubahan suhu ekstrem.
"Kalau kita mengalami peningkatan kenaikan suhu yang cukup dramatis di lingkungan kita maka kita harus memastikan bahwa anak itu tidak kekurangan cairan. Tentu kita bisa memberikan minum yang lebih banyak dari biasanya," kata Nastiti, dikutip Selasa (9/5).
Penelitian di Kanada, kata Nastiti, menunjukkan ada hubungan antara peningkatan suhu ekstrem dengan kematian mendadak bayi terutama yang berusia 3-12 bulan.
Baca juga : NTT Diguyur Hujan Ringan, Suhu Masih 35-37 Derajat Celcius
Saat suhu meningkat maka akan terjadi penguapan atau evaporasi sehingga bayi bisa jatuh dalam kondisi dehidrasi.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu juga mengatakan cairan merupakan komponen yang penting untuk kelangsungan hidup bayi sehingga dehidrasi bisa mengancam jiwa. Hal itu juga dikaitkan dengan belum matangnya pengatur suhu di otak bayi.
"Kita tahu bahwa bayi itu masih mengalami proses tumbuh kembang termasuk organ-organ pentingnya. Jadi, mereka makin muda (baru lahir) makin sensitif terhadap perubahan mendadak lingkungan termasuk suhu," ungkap Nastiti.
Baca juga : Awas Potensi Hujan Lebat dan Panas Terik Hari ini
Nastiti juga mengingatkan ibu yang sedang menyusui untuk meningkatkan konsumsi cairan supaya produksi ASI meningkat. Jika produksi ASI meningkat, bayi juga mendapatkan cairan lebih banyak.
Konsumsi cairan pada ibu menyusui bisa didapatkan dari air putih, jus atau minuman susu.
Selain itu, untuk mengurangi paparan suhu ekstrem yang meningkat, anak perlu dibatasi aktivitas di luar ruangan jika suhu sedang panas. Beri juga tabir surya khusus untuk anak.
Baca juga : Pakai Popok yang Tepat Bisa Cegah Infeksi pada Pusar Bayi
Nastiti mengatakan suhu ekstrem yang berisiko bagi anak bukan hanya panas, melainkan juga suhu ekstrem yang rendah. Paparan suhu rendah akan menyebabkan bayi mengalami hipotermia dan bisa mengancam jiwa.
Untuk suhu ekstrem yang rendah, dia mengingatkan orangtua untuk memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian panjang dan kaus kaki.
"Untuk yang suhu yang ekstremnya rendah, kita memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian yang panjang, menggunakan kaus kaki juga mencukupkan cairannya supaya bayi tidak jatuh dalam kondisi hipotermia," ucap Nastiti.
Baca juga : Suhu Udara Cirebon Tertinggi Se-Indonesia di Akhir Oktober
Cuaca dengan temperatur yang meningkat juga bisa menimbulkan kekeringan sehingga faktor debu dan polusi juga bisa meningkat. Nastiti menyarankan orangtua untuk memberikan tindakan pencegahan dengan menggunakan masker atau menggunakan face shield (pelindung wajah).
Orangtua juga perlu memantau aktivitas anak apakah tetap aktif atau tampak mengantuk lemas dan segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami hal-hal tersebut. (Ant/Z-1)
Baca juga : Suhu di DKI Jakarta Bisa Capai 35 Derajat Celcius Hari Ini
Penyebabnya adalah keluar ASI rata-rata pada saat anak berusia 3-5 hari sehingga terjadi dehidrasi dari anak tersebut dan itu salah satu penyebab kuning.
Rasa lapar setelah bangun tidur sering disangka sebagai kebutuhan energi, namun bisa jadi tubuh hanya kekurangan cairan. Simak penjelasan ilmiahnya.
CUACA di Arab Saudi terkenal dengan kondisi yang sangat panas. Kondisi itu membuat jemaah haji yang tengah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci rentan mengalami dehidrasi.
Para calon haji diingatkan agar minum air putih setidaknya dua liter per hari.
Gitaris Carlos Santana menunda pertunjukan yang direncanakan di San Antonio, Texas pada Selasa malam (22/4) setelah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Seperti halnya manusia, kucing pun memerlukan asupan cairan yang cukup agar fungsi tubuhnya tetap optimal.
Penyebabnya adalah keluar ASI rata-rata pada saat anak berusia 3-5 hari sehingga terjadi dehidrasi dari anak tersebut dan itu salah satu penyebab kuning.
Bayi yang mengalami anemia akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Tidak memotong tali pusat selama satu sampai tiga menit ditujukan supaya aliran darah dari ibu melalui plasenta ke dalam tali pusat bayi lebih lama.
Masalah kulit bayi seperti ruam popok, kemerahan, hingga iritasi, masih menjadi keluhan umum yang sering dihadapi para orangtua.
Jangan panik bila anak anda alami kejang demam. Ini gejala dan penanganannya.
Dokter berhasil mengobati bayi dengan defisiensi CPS1, penyakit genetik langka, menggunakan terapi pengeditan gen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved