Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
DOKTER spesialis anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Nastiti Kaswandani mengingatkan orangtua untuk memastikan bayi mereka tidak kekurangan cairan untuk mencegah terjadinya sakit atau kematian bayi pada kondisi perubahan suhu ekstrem.
"Kalau kita mengalami peningkatan kenaikan suhu yang cukup dramatis di lingkungan kita maka kita harus memastikan bahwa anak itu tidak kekurangan cairan. Tentu kita bisa memberikan minum yang lebih banyak dari biasanya," kata Nastiti, dikutip Selasa (9/5).
Penelitian di Kanada, kata Nastiti, menunjukkan ada hubungan antara peningkatan suhu ekstrem dengan kematian mendadak bayi terutama yang berusia 3-12 bulan.
Baca juga : NTT Diguyur Hujan Ringan, Suhu Masih 35-37 Derajat Celcius
Saat suhu meningkat maka akan terjadi penguapan atau evaporasi sehingga bayi bisa jatuh dalam kondisi dehidrasi.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu juga mengatakan cairan merupakan komponen yang penting untuk kelangsungan hidup bayi sehingga dehidrasi bisa mengancam jiwa. Hal itu juga dikaitkan dengan belum matangnya pengatur suhu di otak bayi.
"Kita tahu bahwa bayi itu masih mengalami proses tumbuh kembang termasuk organ-organ pentingnya. Jadi, mereka makin muda (baru lahir) makin sensitif terhadap perubahan mendadak lingkungan termasuk suhu," ungkap Nastiti.
Baca juga : Awas Potensi Hujan Lebat dan Panas Terik Hari ini
Nastiti juga mengingatkan ibu yang sedang menyusui untuk meningkatkan konsumsi cairan supaya produksi ASI meningkat. Jika produksi ASI meningkat, bayi juga mendapatkan cairan lebih banyak.
Konsumsi cairan pada ibu menyusui bisa didapatkan dari air putih, jus atau minuman susu.
Selain itu, untuk mengurangi paparan suhu ekstrem yang meningkat, anak perlu dibatasi aktivitas di luar ruangan jika suhu sedang panas. Beri juga tabir surya khusus untuk anak.
Baca juga : Pakai Popok yang Tepat Bisa Cegah Infeksi pada Pusar Bayi
Nastiti mengatakan suhu ekstrem yang berisiko bagi anak bukan hanya panas, melainkan juga suhu ekstrem yang rendah. Paparan suhu rendah akan menyebabkan bayi mengalami hipotermia dan bisa mengancam jiwa.
Untuk suhu ekstrem yang rendah, dia mengingatkan orangtua untuk memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian panjang dan kaus kaki.
"Untuk yang suhu yang ekstremnya rendah, kita memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian yang panjang, menggunakan kaus kaki juga mencukupkan cairannya supaya bayi tidak jatuh dalam kondisi hipotermia," ucap Nastiti.
Baca juga : Suhu Udara Cirebon Tertinggi Se-Indonesia di Akhir Oktober
Cuaca dengan temperatur yang meningkat juga bisa menimbulkan kekeringan sehingga faktor debu dan polusi juga bisa meningkat. Nastiti menyarankan orangtua untuk memberikan tindakan pencegahan dengan menggunakan masker atau menggunakan face shield (pelindung wajah).
Orangtua juga perlu memantau aktivitas anak apakah tetap aktif atau tampak mengantuk lemas dan segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami hal-hal tersebut. (Ant/Z-1)
Baca juga : Suhu di DKI Jakarta Bisa Capai 35 Derajat Celcius Hari Ini
Semangka kaya vitamin A, C, likopen, dan antioksidan. Buah rendah kalori ini bantu hidrasi, jaga kesehatan jantung, kurangi peradangan, dan baik untuk kulit.
Batu ginjal, yang sebelumnya lebih sering terjadi pada orang dewasa usia paruh baya, kini semakin umum ditemukan pada generasi muda, termasuk Gen Z.
Penyebabnya adalah keluar ASI rata-rata pada saat anak berusia 3-5 hari sehingga terjadi dehidrasi dari anak tersebut dan itu salah satu penyebab kuning.
Rasa lapar setelah bangun tidur sering disangka sebagai kebutuhan energi, namun bisa jadi tubuh hanya kekurangan cairan. Simak penjelasan ilmiahnya.
CUACA di Arab Saudi terkenal dengan kondisi yang sangat panas. Kondisi itu membuat jemaah haji yang tengah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci rentan mengalami dehidrasi.
Para calon haji diingatkan agar minum air putih setidaknya dua liter per hari.
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved