Rabu 19 April 2023, 07:30 WIB

Korban Perundungan Butuh Layanan Konseling.

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Korban Perundungan Butuh Layanan Konseling.

Medcom
Ilustrasi

 

KORBAN perundungan membutuhkan layanan konseling yang tepat untuk memulihkan diri. Hal itu dikatakan Sekretaris Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atmajaya Nanda Rosalia.

Sebagaimana dikutip dari siaran pers, Rabu (19/4), Nanda menjelaskan konseling bagi korban maupun saksi dan pelaku perundungan dapat dilakukan dengan teknik ABC, yang mencakup upaya mengenali pikiran negatif dan kemudian mengubahnya menjadi keyakinan rasional yang dapat mengubah cara untuk menyikapi kejadian negatif.

"Untuk membantu korban perundungan, seorang konselor harus memberikan konseling yang tepat dan dibutuhkan oleh korban dengan mengenali pikiran negatif apa yang dimiliki oleh korban sehingga dampak buruk dari perundungan dapat dihindari," kata Nanda.

Baca juga: Tenaga Pendidik Diharapkan Berikan Konseling Tepat kepada Korban Bullying

Pendiri Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) Ruth Andriani juga menyampaikan pentingnya pendampingan psikologis bagi korban perundungan.

 

"Perundungan membawa dampak psikologis bagi korban sehingga peran tenaga pendidik sangatlah penting dalam membantu dan mendampingi korban melalui teknik konseling yang tepat," katanya.

Data Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan 41,1% siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan.

Baca juga: Cegah Cyberbullying, 4.000 Siswa SMA Ikuti Gerakan Literasi Digital

Pada tahun yang sama, Indonesia menempati posisi kelima dalam daftar 78 negara dengan banyak catatan kasus perundungan di lingkungan sekolah.

Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja, yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2018 menunjukkan dua dari tiga anak remaja pernah mengalami kekerasan dan tiga dari empat kasus kekerasan terjadi di antara teman sebaya.

Perundungan dapat menimbulkan dampak merugikan yang berkepanjangan seperti stres, depresi, trauma, masalah kesehatan, dan penurunan performa akademis pada korban.

Ruth menekankan pentingnya memutuskan mata rantai perundungan di lingkungan sekolah.

"Kami harap kita tidak hanya bisa mengobati, namun ke depannya kita semua dapat bersama-sama mencegah dan memutus mata rantai perundungan, khususnya di lingkungan sekolah, serta menjadikan sekolah sebagai ruang aman dan nyaman bagi anak untuk belajar dan mengembangkan diri," katanya. (Ant/Z-1)

Baca Juga

MI/Amir

3.028 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2023

👤Theofilus Ifan Sucipto 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 07:25 WIB
BNPB mengungkapkan periode 1 Januari - 30 September terjadi 3.028 bencana alam di...
Ist

Lulusan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Diminta Selalu Berinovasi

👤Media Indonesia 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 06:36 WIB
Direktur SKSG UI Athor Subroto menyampaikan dengan adanya penguatan ilmu agama yang didapatkan di pesantren menjadi pondasi baik untuk...
Ist

Kaji Cara Cegah Kebakaran TPA, Menteri LHK Siti Nurbaya Kunjungi Tiga Provinsi

👤Media Indonesia 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 00:54 WIB
Kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya untuk menyelidiki penyebab kebakaran beberapa TPA dan mengkaji cara...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya