Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PENGURUS PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan PP Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Iqbal Mochtar menilai masih banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri karena berbagai alasan, tidak semua orang yang memilih berobat ke luar negeri berdasarkan kebutuhan dokter spesialis.
Keputusan masyarakat berobat ke luar negeri bukan hanya karena faktor medis seperti dokter spesialis, kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih bagus, alat-alat yang digunakan lebih bagus karena itu memutuskan memilih berobat ke luar negeri. Ada banyak alasan lainnya yang bisa diperhatikan oleh pemerintah.
"Tetapi ada juga orang yang berobat ke luar negeri karena biaya perawatan. Jadi mereka ingin mendapatkan biaya perawatan lebih murah," kata Iqbal saat dihubungi, Senin (6/3).
Baca juga: Presiden Sesalkan Warga yang Berobat ke Luar Negeri, Rp165 Triliun Terbang
Ia mencontohkan di India tindakan lasik pada mata biayanya hanya sekitar Rp2-4 juta saja, sementara di Indonesia biayanya bisa sampai Rp20 juta. Kemudian alasan lainnya adalah ada juga orang yang ingin melakukan pengobatan alternatif yang disediakan di China dan India.
Ada juga yang berdasarkan tingkat kepercayaan, bagaimana keputusan seseorang berobat di luar negeri berdasarkan kepercayaan karena fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit luar negeri jauh lebih bagus.
"Jadi kepercayaan, dan kepercayaan ini sulit diubah," ucapnya.
Ada juga orang yang berobat di luar negeri sekaligus untuk liburan. Iqbal mencontohkan jika biaya operasi di luar negeri sama biayanya seperti di Indonesia maka mereka lebih memilih di luar negeri untuk sekalian liburan.
"Nah ini dulu yang semestinya pemerintah harus tahu apa sih penyebab orang berobat ke luar negeri," jelasnya.
Sementara itu, ada dokter spesialis atau pun sub spesialis yang tidak banyak di Indonesia. Namun, Iqbal menilai hal itu bukan lah alasan absolut karena kekurangan dokter spesialis juga terjadi di seluruh negara bukan hanya di Indonesia.
"Jika di Inggris untuk bertemu dengan dokter umum saja bisa sampai menunggu 10-30 hari. Kalau untuk bertemu dengan dokter spesialis tertentu harus 3-6 bulan," katanya.
Baca juga: Presiden Minta Menkes Atasi Kekurangan Dokter Spesialis
Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat bahwa untuk bertemu dengan dokter spesialis kulit bisa menunggu sampai 2-3 bulan. Padahal kedua negara tersebut sudah sangat maju mulai dari fasilitas, layanan, hingga sistem tapi masih ada waktu tunggu yang lama karena kekurangan dokter spesialis merupakan masalah universal.
"Jadi tidak bisa kita jadikan alasan untuk mempercepat dokter spesialis. Karena pendidikan dokter spesialis membutuhkan waktu tertentu, ketrampilan tertentu sehingga tidak bisa tiba-tiba mempercepat dokter spesialis," pungkasnya. (Z-7)
Barang bawaan penumpang yang dibatasi oleh Bea Cukai terdiri dari 5 jenis jumlah muatannya, yaitu alat elektronik, barang tekstil, alas kaki, tas, dan sepatu.
KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) mulai memberlakukan Perdagangan (Permendag) Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Usaha jastip akan semakin terbatas.
Pada tahun 2023, volume permohonan visa Indonesia telah melampaui level sebelum pandemi.
Data menunjukkan bahwa 40% konsumen Indonesia yang disurvei menduduki peringkat tiga di Asia Pasifik dalam hal menghadiri konser pada tahun 2023 lalu.
Seminar ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang manfaat layanan apostille atau pengesahan keaslian dokumen publik dalam mempermudah proses legalisasi dokumen publik.
MANTAN Direktur Utama (Dirut) Transjakarta M Kuncoro Wibowo dicegah ke luar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KETUA Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto mengatakan, melatih dokter umum untuk melakukan operasi caesar pada ibu hamil bisa menjadi opsi terakhir.
Program ini membahas topik-topik penting seperti keilmuan dan teknologi medis terbaru serta strategi lanjutan untuk perawatan karies dan penyakit pulpa periapikal.
MENTERI Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sangat gandrung menarasikan bahwa negeri ini kekurangan dokter.
Menkes Budi Gunadi Sadikin setuju dengan rencana Presiden Prabowo Subianto yang disebut akan mendatangkan profesor hingga dokter spesialis dari luar negeri termasuk India untuk mengajar.
Kemenkes akan berkolaborasi dengan LPDP untuk mengadakan program beasiswa agar dapat meningkatkan jumlah dokter spesialis bedah anak.
Isu-isu mendasar dalam kesehatan nasional, seperti pemerataan layanan kesehatan, akses obat-obatan, dan peningkatan fasilitas medis, masih jauh dari harapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved