Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
SAMPAI saat ini angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi yakni 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal itu bisa disebabkan banyak faktor seperti ibu yang mengalami anemia atau hamil di usia muda.
"Angka kematian ibu sampai sekarang masih belum ada solusinya. Angkanya masih fluktuatif, kadang naik kadang turun, tetapi targetnya di 2024 diturunkan menjadi 186 per 100 ribu kelahiran hidup," kata Sekjen PB IDI Dr Ulul Albab, SpOG, di Gedung PB IDI, Jakarta Pusat, Kamis (2/3).
Penanganan masalah kematian ibu dan anak perlu kolaborasi yang bisa menjadi faktor pendukung. Soalnya, sering kali ditemukan kasus bahwa kasus kematian ibu terjadi karena terlambat dalam memutuskan, terlambat rujukan, dan terlambat mendapatkan penanganan.
"Selain itu, sering kali terlambat dalam mendeteksi komplikasi. Makanya, kita tahu bahwa saat ini ada 162 ribu dokter umum di Indonesia sehingga bisa menjadi kontribusi dalam penanganan angka kematian ibu dan anak," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Sekretaris Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting (PAKIAS) di Perhimpunan Obstetri Ginekolog Indonesia (POGI) Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) menjelaskan masih banyak ditemukan kasus ibu di Indonesia yang masih berusia 21 tahun bahkan ada yang lebih muda dari itu. Sedangkan kehamilan remaja menjadi salah satu penyebab prematur. Karena sekitar 30%-40% kehamilan pada usia remaja akan berakhir pada prematur.
"Prematur menyumbang dua setengah kali lipat kejadian stunting. Belum lagi ibu usia remaja ini mengalami anemia juga. Angka anemia ibu hamil kita mencapai di atas 20%," kata Ocvi.
Anemia atau kekurangan sel darah merah dalam tubuh sangat berisiko untuk kelahiran. Jika ibu hamil yang masih remaja dan mengalami anemia, risiko stuntingnya tujuh setengah kali lipat. (OL-14)
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Pemkot Bengkulu mencatat angka kematian inu meningkat menjadi empat kasus dan angka kematian bayi naik signifikan dari 65 kasus menjadi 82 kasus pada 2024.
Target 2024 adalah 60 kasus per tahun dan pada 2029 turun menjadi 48 kasus per tahun.
Kemen PPPA mendorong penguatan untuk Pokja PUG (Pengarusutamaan Gender) di Kabupaten Garut.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia on track mencapai target RPJMN 2024 yaitu 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan 16 per 1000 KH.
Berdasarkan data Kemenkes, kematian bayi paling tinggi diakibatkan karena bayi mengalami kelahiran secara prematur sebelum pekan ke-37 kehamilan.
Masih tingginya kasus anemia akibat kekurangan zat besi pada anak Indonesia menjadi tantangan menuju Generasi Emas 2045.
Kekurangan zat besi pada balita bukan hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kecerdasan anak.
Program Cek Kesehatan Gratis ini tidak sekadar layanan medis, tapi sebuah upaya mengubah pola pikir masyarakat terhadap kesehatan.
KESEHATAN gigi dan anemia masih menjadi gangguan kesehatan yang sering ditemukan dalam program cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Baturaden.
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
Bayi yang mengalami anemia akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved