Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kepala daerah dan instansi terkait bahwa potensi kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2023 akan lebih besar dibanding 2022. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, hal itu disebabkan karena curah hujan tahunan 2023 diprediksi umumnya pada kategori normal, dan akan sedikit lebih rendah dibanding tahun 2022.
Berdasarkan kondisi iklim hingga Juni 2023, secara umum potensi rendah untuk kejadian titik api. Perlu diwaspadai kemarau 2023 (Agustus-September) yang dapat lebih besar potensi karhutlanya dibanding saat kemarau basah di tahun 2020-2022.
"Secara khusus, perlu diwaspadai potensi karhutla di wilayah utara Sumatera, yaitu Sumut, Riau dan Aceh pada Februari 2023," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Kamis (29/12).
Untuk menghadapi ancaman karhutla ke depan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengingatkan kembali kepada jajarannya untuk mengedepankan lima instrumen berkaitan dengan solusi permanen pengendalian karhutla. Yaitu sistem pemantauan hotspot dan operasi, teknologi modifikasi cuaca (TMC), operasi lapangan, landscape management gambut dan law enforcement serta livelihood dan kesejahteraan masyarakat.
"Terima kasih kepada semua pihak, baik di pusat maupun daerah, bahwa pada tahun 2022 kita sudah melalui dengan baik. Masih ada catatan kejadian karhutla, tetapi masih dapat diatasi dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan, berdasarkan satelit Terra/Aqua (NASA) dengan confident level diatas 80%, terdapat 1.297 titik hotspot pada 1 Januari-28 Desember 2022). Pada periode yang sama tahun 2021 jumlah hotspot sebanyak 1.278 titik. "Terdapat kenaikan jumlah hotspot sebanyak 19 titik atau 1,49 persen," katanya.
Sementara, luas karhutla periode tahun 2022 terdapat penurunan akumulasi luas karhutla sebesar kurang lebih 154.180 hektare (42,96%) dibanding periode tahun 2021. (OL-13)
Baca Juga: BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi di Laut Jawa Hingga Akhir Tahun 2022
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melakukan sejumlah langkah mitigasi untuk mendukung upaya pemerintah mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
secara nasional, sejak 1 Januari hingga 22 Mei 2025, terjadi 179 kejadian kebakaran lahan di sejumlah provinsi.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mendorong pemerintah daerah berkolaborasi dengan para pelaku usaha untuk bersiaga mencegah kebakaran lahan.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengimbau segenap pelaku industri sawit saling berkoordinasi serta melakukan konsolidasi dengan Gapki.
Dalam kurun waktu sepekan terakhir, ada lima lokasi telah dilalap api. Salah satunya kebakaran lahan di Jalan Bumi Ayu Gang Aswari, Kecamatan Baamang pada Rabu (12/2).
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan pendakian menuju Gunung Rinjani melalui jalur pendakian Senaru, Kabupaten Lombok Utara, ditutup sementara.
Camat dan Lurah diminta melakukan sosialisasi kepada RT dan RW agar mengingatkan warga tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Pada 2 Juni 2025, Gubernur Riau, Abdul Wahid, menyampaikan rencana program 100 hari kerja.
Usulan ini didasarkan pada data BMKG yang memprediksi puncak musim kemarau akan berlangsung pada Juli-Agustus mendatang
Penurunan luas karhutla dimulai sejak 2015 seluas 2,6 juta hektare, menjadi 1,6 juta hektar (2019), 1,1 juta hektare (2023), dan 24.154 hektare pada 2024.
Selain kebakaran hutan dan lahan (karhutla), ancaman kekeringan juga menjadi perhatian serius.
Agustan Saining mengatakan persemaian ini dibangun oleh Pemprov Kalteng melalui Dinas Kehutanan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved