Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
SIRKULASI siklonik yang terpantau di Perairan Barat Aceh, Samudra Hindia Barat Lampung, Laut Jawa, Selat Makassar, Perairan Utara Papua dan Papua, membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Laut Andaman hingga Pesisir Utara Aceh.
Berikut, Kalimantan Selatan hingga Pesisir Utara Jawa, Laut Sulawesi hingga Selat Makassar, Papua hingga Laut Arafuru bagian Utara. Lalu, Perairan Utara Papua, serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di perairan barat Aceh-Sumatera Utara, di Samudra Hindia Barat Sumatera.
Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan bahwa adanya sirkulasi siklonik mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah sekitar. Berikut, sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Baca juga: BMKG: Siklon Tropis 93S Berpotensi Timbulkan Cuaca Ekstrem
"Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung dan Banten," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (14/11).
"Kemudian, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua," imbuhnya.
Intrusi udara kering (dry intrusion) di Belahan Bumi Selatan (BBS) melintasi wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa, yang mampu mengangkat massa udara basah di depan batas intrusi. Sehingga, menjadi lebih hangat dan lembab, yaitu di Perairan Selatan Jawa.
Baca juga: BMKG Minta Warga Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Selama Sepekan ke Depan
Menurutnya, seluruh provinsi di wilayah Indonesia akan berpotensi terjadi hujan lebat, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. "Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulayan Bangka Belitung dan Lampung," jelas Miming.
"Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua," sambungnya.
Sementara itu, untuk wilayah Nusa Tenggara Timur diprakirakan berpotensi mengalami hujan, yang dapat disetai dengan kilat/petir dan angin kencang.(OL-11)
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah penyebaran informasi kebencanaan melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk operator seluler dan televisi.
Selain gempa dan tsunami, layanan distribusi informasi peringatan dini berbasis televisi digital tersebut juga memungkinkan untuk bencana, seperti kebakaran hutan, aktivitas vulkanik.
ADANYA potensi gempa dan tsunami megathrust membuat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diminta agar merawat sistem peringatan dini di daerah.
Power supply menjadi hal yang paling mendasar dan esensial yang harus diperkuat pemerintah untuk membuat sistem SNPDK dapat berjalan efektif.
Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari mengatakan pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur berupa power supply guna memaksimalkan pemberian informasi kebencanaan.
Pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana perlu ditingkatkan
Musim hujan bukan halangan untuk diet. Temukan 5 makanan hangat rendah kalori namun bergizi tinggi.
Tips aman berkendara saat musim hujan: jaga keselamatan di jalan! Kurangi risiko kecelakaan, periksa kendaraan, dan waspadalah terhadap aquaplaning. Baca
Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serang, Kabupaten Kulon Progo, resmi rampung 100%
Musim hujan sering kali dikaitkan dengan rentetan perubahan suasana hati yang cenderung negatif.
Musim hujan meningkatkan risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
PERUBAHAN pola cuaca semakin nyata di Indonesia. Peneliti BRIN Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa musim hujan saat ini tak lagi berjalan secara reguler.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved