Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SALAH satu potensi wisata heritage di JawaTimur adalah situs purbakala penemuan fosil manusia purba Homo Wajakensis di Desa Wajak, Tulungangung, Jawa Timur.
Wisata heritage atau wisata pusaka merupakan kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya, kesenian, serta filosofi.
Wisata heritage juga dapat didefinisikan sebagai perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini.
Baca juga: Ini Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia
Lalu, apa yang dimaksud dengan Homo wajakensis? Bagaimana ciri-cirinya? Berikut adalah penjelasan lengkap yang dirangkum dari berbagai sumber.
Homo wajakensis atau Manusia Wajak adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia.
Fosil Homo wajakensis ditemukan Van Rietschoten pada 24 Oktober 1888 (Theunissen, 1989 dalam Storm, 1995) di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Dilansir dari Wikipedia, pada 31 Oktober 1888 C.Ph. Sluiter menerima surat dari Van Rietschoten yang kemudian dibacakan dalam pertemuan Koninklijke Natuurkundige Vereniging (Royal Society of Natural Sciences) pada 13 Desember 1888.
Van Rietschoten menjabarkan bahwa fosil tengkorak tersebut ditemukan saat eksplorasi pertambangan marmer, meskipun kondisi tengkorak hancur, terdapat empat gigi geraham yang masih menempel di rahang.
Pada 21 Desember 1888, Sluiter mengirim surat tentang kabar penemuan fosil tersebut ke Eugene Dubois, yang pada saat itu sedang melakukan penelitian di Sumatra.
Pada 11 April 1889, Sluiter membacakan reaksi Dubois terhadap kabar tersebut pada pertemuan Royal Society of Natural Sciences. Dubois menyebutkan Manusia Wajak lebih mirip ke tipe Papua daripada tipe Malay.
Dubois kemudian berangkat ke Jawa dan, pada 9 Juni 1890, Dubois melakukan ekskavasi di lokasi penemuan tengkorak Manusia Wajak oleh van Rietschoten (Wajak-1).
Hasil ekskavasi tersebut hanya menemukan tulang hewan yang diduga merupakan rusa. Ekskavasi dilanjutkan pada akhir September 1890 hingga Oktober 1890 dan Dubois berhasil menemukan spesimen Manusia Wajak (Wajak-2) serta fragmen-fragmen dari berbagai jenis mamalia.
Temuan Wajak menunjukkan bahwa, sekitar 40,000 tahun yang lalu, Indonesia sudah didiami Homo sapiens, yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, hingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri.
Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Javanese Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.
Menurut laman Kemendikbud, fosil Homo Wajakensis ditemukan pertama kali oleh B.D. van Rietschoten pada 1889, di Desa Wajak, Tulungagung. Temuan manusia purba jenis ini juga tercatat sebagai yang pertama di Asia.
Fosil Homo Wajakensis yang ditemukan terdiri dari tengkorak, rahang bawah, serta beberapa bagian tulang leher. Fosil tersebut dideskripsikan berjenis kelamin perempuan, dengan usia sekira 30 tahun.
Setahun berselang atau pada 1890, Dubois menemukan fosil manusia purba jenis serupa, juga dilokasi yang sama. Fosil temuan Dubois terdiri dari tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang paha, serta tulang kering.
Penelitian menyimpulkan bahwa fosil Homo Wajakensis temuan Dubois berjenis kelamin laki-laki, dan terindikasi memiliki otot yang terlihat jelas.
Susunan gigi fosil temuan Dubois diklaim dapat menyentuh tekstur atas dan bawah saat menutup mulut. Mengacu fosil tulang pahanya, disimpulkan bahwa Homo Wajakensis kedua memiliki tinggi sekira 173 cm (Sejarah Indonesia, 2014:27).
Homo Wajakensis setelah berevolusi memang disebut punya kemiripan dengan ras Mongoloid, sub-ras Melayu Indonesia. Tidak hanya itu, Homo Wajakensis juga turut dikaitkan dengan terbentuknya keturunan ras Austroloid.
Berikut ciri-ciri Homo Wajakensis, dikutip dari laman Kemendikbud:
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAM Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved