Rabu 02 November 2022, 19:52 WIB

IDAI Sempat Frustasi Cari Penyebab Gangguan Ginjal Akut pada Anak

M. Iqbal Al Machmudi | Humaniora
IDAI Sempat Frustasi Cari Penyebab Gangguan Ginjal Akut pada Anak

Antara
Petugas mengumpulkan obat jenis sirop yang dilarang sementara.

 

IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa mereka sempat frustasi untuk mencari tahu penyebab dari kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal pada Anak (GGAPA). Pasalnya, gejala dan ciri yang muncul tidak biasa.

Adapun gejala dari GGAPA seperti didahului demam, gejala saluran cerna, saluran pernapasan, serta tanpa ada episode dehidrasi. Kemudian, ciri yang membuat tidak biasa ialah didominasi kalangan balita dan anak sehat tanpa komorbiditas.

Berikut, memperoleh pengobatan simptomatik, lalu saat datang ke rumah sakit sudah dengan kondisi anuria. Ketika di rumah sakit, anak kehilangan kesadaran, padahal sudah dilakukan cuci darah. Nafas terhenti meski sudah dilakukan intubasi dan akhirnya tetap meninggal.

Baca juga: BPOM: Impor Bahan Baku Obat Penyebab Gagal Ginjal Akut Lewat Izin Kemendag

"Saat itu, kami dokter anak cukup frustasi menghadapi kasus ini, karena aneh tidak seperti biasanya. Kalau kasus gagal ginjal biasanya dilakukan cuci darah, anaknya selamat. Ini dilakukan cuci darah, anaknya malah meninggal," papar Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso di Komisi IX DPR, Rabu (2/11).

Awalnya, IDAI menduga kasus ini disebabkan peradangan multi organ, karena sesuai kriteris MIS-C. Namun saat terapi MIS-C, pasien juga tidak membaik. Selain itu, ada juga dugaan akibat infeksi lain, namun tidak konklusif karena hasilnya negatif.

Baca juga: Konsumsi Pangan Alami untuk Cegah Anak Gagal Ginjal Akut

"Kasus kematian sangat tinggi, jadi teman-teman (dokter) mengatakan stres sendiri. Anak itu masuk ke rumah sakit meninggal. Kami juga bingung pakai obat apalagi, sampai kemudian ada temuan kasus serupa di Gambia Afrika," imbuhnya.

Lalu, IDAI melakukan diskusi dengan tim klinis dengan para dokter di Gambia. Ditemukan bahwa profil pasien sama seperti gejala yang dialami pasien di Indonesia. Sehingga, baru dikerucutkan mengarah pada intoksikasi atau keracunan obat.

"Bagi dokter anak, nyawa satu anak itu sangat berharaga. Apalagi yang mennggal sampai ratusan dan sudah ditetapkan kejahatan kemanusiaan. Kami menuntut untuk diproses hukum seadil-adilnya. Jangan sampai 5 tahun, kalau seandainya ada bukti," pungkas Piprim.(OL-11)
 

Baca Juga

CFDS UGM

CfDS UGM Bedah Revolusi Digital Menuju Transformasi Dunia Kerja Berkeadilan

👤Media Indonesia 🕔Selasa 03 Oktober 2023, 18:25 WIB
Digitalisasi mengakibatkan efek samping dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai pekerja, seperti turunnya kepercayaan, alienasi,...
Dok Hokben.

Hokben Gandeng Dua Startup Olah kembali Limbah Produk Makanan

👤Naufal Zuhdi 🕔Selasa 03 Oktober 2023, 18:15 WIB
Hokben punya program sustainability khususnya mengajak konsumen mengumpulkan kembali limbah produk makanannya. Dari limbah itu lantas...
Dok MI

BAZNAS Raih Tiga Penghargaan Marketing Award 2023

👤Syarief Oebaidillah 🕔Selasa 03 Oktober 2023, 18:13 WIB
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) meraih tiga penghargaan pada ajang Marketing Award 2023:Show Your Leadership yang diinisiasi oleh...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya