Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Mengendalikan Risiko Kehamilan Sebelum Terlambat Sangat Penting

Basuki Eka Purnama
26/10/2022 14:30
Mengendalikan Risiko Kehamilan Sebelum Terlambat Sangat Penting
Ilustrasi(MI/RAMDANI)

DOKTER dari Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat Ambiyo Budiman menyebutkan bahwa mengendalikan risiko kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kondisi yang dapat menghambat proses persalinan.

"Kalau kita mengendalikan risikonya dulu itu jauh lebih baik dibanding nanti sudah terlambat karena menyepelekan risikonya," kata Ambiyo dalam acara bincang-bincang kesehatan, dikutip Rabu (26/10).

Ia menjelaskan semua kehamilan sebenarnya berisiko, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Ada tiga kategori risiko yang bisa dialami oleh ibu hamil, yakni risiko rendah, tinggi, dan sangat tinggi.

Baca juga: Asupan Vitamin Penting yang Harus Dipenuhi Ibu dan Anak untuk Mencegah Stunting

"Jika hamil saja itu risiko rendah. Kalau ibunya punya penyakit, risikonya jadi  tinggi, dan jika sampai komplikasi dan mengancam nyawa ibu dan anak itu masuk risiko sangat tinggi," ujarnya.

Adapun penyakit-penyakit yang membuat kehamilan menjadi berisiko tinggi, kata dia, adalah penyakit yang diderita ibu sebelum hamil seperti hipertensi, diabetes, dan anemia.

Sedangkan kondisi yang membuat kehamilan berisiko sangat tinggi di antaranya hipertensi kronis yang tidak tertangani yang mengakibatkan preeklamsia atau tekanan darah tinggi disertai adanya protein dalam urine.

"Yang ditakutkan adalah komplikasi menjadi eklamsi, yaitu saat ibu hamil bisa mengalami kejang. Itu adalah risiko yang sangat tinggi," imbuhnya.

Untuk mengendalikan risiko kehamilan, Ambiyo mengatakan ibu perlu memeriksakan kondisi kesehatan terlebih dahulu. Jika ditemukan memiliki risiko seperti anemia misalnya, maka ibu dapat segera berkonsultasi dengan ahli gizi.

Ia melanjutkan, pemeriksaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, bahkan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat satu seperti puskesmas. 

Jika ibu baru melakukan pemeriksaan untuk pertama kali, maka akan dilakukan skrining dan antenatal care (ANC).

"Skriningnya itu ada triple eliminasi. Jadi ibu akan diberikan surat pengantar laboratorium untuk memeriksakan hepatitisnya, sifilisnya, dan HIV. Setelah hasilnya keluar, baru konsultasi dengan dokter umum, ahli gizi, dan dokter gigi," kata Ambiyo.

"Untuk ANC, Permenkes nomor 21 itu minimal enam kali kunjungan. Yaitu, di trimester pertama yaitu 0-12 minggu, itu satu kali. Kemudian di atas 12 minggu itu dua kali, dan di trimester tiga ini tiga kali sampai nanti dia melahirkan," imbuhnya.

Namun, lanjut dia, jika ibu hamil memiliki risiko tinggi dan sangat tinggi, pemeriksaan sebaiknya dilakukan lebih sering. Misalnya, jika ibu mengalami anemia maka harus diperiksa setiap bulan.

Selain melakukan pemeriksaan kesehatan, Ambiyo juga mengatakan mengendalikan risiko kehamilan dapat dilakukan dengan pola makan yang sehat. Ibu hamil harus mencukupi kebutuhan nutrisi mulai dari vitamin, asam folat, dan kalsium.

"Sedangkan untuk risiko tinggi atau sangat tinggi, itu tergantung penyakitnya. Misalnya dia diabetes, otomatis gula atau takaran karbohidratnya akan diukur dulu oleh ahli gizi. Kemudian yang darah tinggi, kurangi garam," pungkas Ambiyo. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya