PENCEMARAN oleh plastik dan rusaknya ekosistem telah menjadi salah satu permasalahan di dunia. Teknologi nuklir bisa menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah tersebut.
“Pada 2017 polusi sampah plastik di beberapa negara mencapai 40% dari total 65,8 juta metrik ton sampah. Di Indonesia. hal ini disebabkan tingginya permintaan, terutama kemasan sekali pakai dari industri makanan dan minuman,” ungkap Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN, Edy Giri Rachman Putra dalam National Stakeholder Meeting on Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic) di Jakarta.
Dijelaskan teknologi nuklir dapat memberikan solusi dalam mengurangi sampah plastik untuk digunakan sebagai bahan produk baru untuk produk lain yang bermanfaat, yaitu dengan aplikasi pengolahan radiasi.
Sementara itu perwakilan dari IAEA, Jane Gerardo Abaya menyampaikan bahwa plastik menjadi salah satu tantangan besar. Bukan hanya generasi sekarang, tetapi juga generasi yang akan datang. Masalah global yang membutuhkan upaya bersama dari semua orang untuk menyelamatkan umat manusia dan peradaban.
“Di masa depan bisa saja jumlah sampah plastik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan di lautan, Telah dilaporkan bahwa pada 2050, akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada ikan,” jelas Jane.
Menurut Jane hal ini menjadi kesempatan bagi semua orang untuk melakukan sesuatu bersama-sama dan menjadi dasar kegiatan kali ini. “Kegiatan ini menyatukan para pemangku kepentingan dalam menemukan solusi dari tantangan polusi plastik. Tujuannya untuk memperkuat kemitraan dan melibatkan pemangku kepentingan nasional dalam mengatasi masalah tersebut,” ujarnya.
Jane menjelaskan bahwa pada 2021 IAEA telah diluncurkan Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastics) sebagai solusi sampah plastik yang hingga saat ini sudah menjalankan 29 program di beberapa negara.
Dalam kesempatan ini Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) - BRIN, Rohadi Awaludin memaparkan gagasan penggunaan iradiasi dalam mengatasi masalah sampah plastic, terutama dalam proses daur ulang. “Dalam proses pendayagunaan plastik dapat menggunakan teknologi radiasi sinar gamma dan elektron sebagai pelengkap dari metode daur ulang mekanis dan kimia. Jenis sampah plastik tertentu dapat dimodifikasi, oleh karena itu digunakan kembali atau didaur ulang,” jelasnya. Dengan iradiasi, plastik sampah dapat digabung dengan bahan lain untuk membuat suatu produk yang lebih tahan lama. Bisa juga kita buat menjadi bahan bakar atau bahan baku lainnya melalui proses radiolysis.
Narasumber dari IAEA, Denis Subbonitskiy menjelaskan program NUTEC Plastics di 2022 ini telah memasuki tahap ketiga. “Tahap pertama sudah dimulai pada 2019 yaitu harmonized protocol, penyesuaian protokol. Tahap kedua transfer of knowledge, penyampaian pengetahuan. Tahap ketiga Establishment of a Reference Laboratory, penyesuaian referensi laboratorium,” jelasnya. Di 2023 ditargetkan memasuki tahapan keempat, yaitu building a network of laboratories, membangun jaringan laboratorium di berbagai negara.
Di tengah kegiatan ini juga dilakukan penandatangan kerja sama antara BRIN dengan Universitas Indonesia terkait riset pengelolaan limbah plastik, khususnya pengembangan compatibilizer berbahan dasar limbah plastik pada pembuatan WPC dengan menggunakan teknologi nuklir. (H-1)