Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Pelari Diingatkan Segera Tangani Cedera Agar Sakit tidak Berlanjut

Basuki Eka Purnama
09/9/2022 06:00
Pelari Diingatkan Segera Tangani Cedera Agar Sakit tidak Berlanjut
Ilustrasi--seorang pelari maraton memasuki garis finis.(ANTARA/Fauzan)

DOKTER spesialis kedokteran olahraga Antonius Andi Kurniawan menyarankan agar pelari yang mengalami cedera untuk tidak menunda-nunda proses penanganan dan pemulihan sehingga tidak menjadi cedera berlanjut serta bisa kembali berkompetisi.

"Ketika kita cari tahu dan kita diberikan penanganan yang tepat, kita tidak membuang-buang waktu sehingga akhirnya kita bisa kembali berlari lagi dan bisa kembali berkompetisi," kata dokter lulusan spesialis kedokteran olahraga Universitas Indonesia (UI) itu, dikutip Jumat (9/9).

Riset yang diterbitkan di jurnal PLOS One pada 2015 mencatat rata-rata 19%-79% pelari atau 8 dari 10 pelari mengatakan pernah mengalami cedera.

Baca juga: Ini Jenis Cedera yang Paling Sering Dialami Pelari

Jurnal Sports Medicine pada 2014 juga menunjukkan jenis cedera yang paling sering dialami yaitu overuse injury atau cedera karena penggunaan berlebihan, yang muncul dari akumulasi mikrotrauma dan disebabkan oleh ketegangan berulang.

Andi menjelaskan cedera sebelumnya yang tidak tertangani dengan benar merupakan faktor risiko terbesar pada cedera lari. Kebanyakan fenomena, terutama pada pelari bukan atlet, menurut pengamatan Andi, cenderung membiarkan cedera sehingga dapat menjadi sakit berlanjut.

"Seorang pelari itu sering banget cedera sebelumnya, tapi terus tidak ditangani sehingga akhirnya jadi cedera atau ditahan-tahan karena mau maraton, ikut Berlin Marathon, Chicago Marathon, dan segala macam," kata Andi.

Banyak pelari yang cedera sebelumnya merasa khawatir tidak bisa menjalankan latihan menjelang jadwal kompetisi maraton yang semakin dekat sehingga cenderung memaksakan diri untuk berlatih tanpa pedoman.

"Mereka itu selalu berpikiran, 'Kalau saya tidak lari sekarang, nanti saya larinya tidak personal best, nih, di Berlin Marahon atau segala macam'. Jadi akhirnya mereka menunda-nunda (penanganan cedera), dan akhirnya menjelang seminggu atau dua minggu tidak tertahankan dan akhirnya sakit. Itu yang sering terjadi,' ujar Andi.

Ketika mengalami cedera, pelari perlu mengetahui proses penanganan pertamanya, mulai dari melindungi bagian yang cedera, istirahat selama dua atau tiga hari pertama, kompres cedera dengan es, balut cedera, serta tinggikan posisi kaki yang cedera.

Apabila penanganan pertama tidak kunjung memberikan pemulihan, Andi menganjurkan agar pelari segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

"(Penanganan dari dokter) misalnya krioterapi supaya peradangannya berkurang. Ketika untuk lari sakit, kami kasih latihan sepeda supaya kardionya tetap terjaga tapi risiko cederanya tidak berlebihan. Ada juga latihan kekuatan otot, dikuatkan otot-otot yang lemah supaya dia (pelari) bisa kembali berlari," terangnya.

Sebelum mempersiapkan latihan menuju kompetisi, Andi juga menyarankan agar pelari memastikan dan bertanya kepada diri sendiri, apakah dirinya benar-benar berada dalam kondisi sehat dan bugar.

Menurutnya, kondisi tubuh yang sehat merupakan hal yang paling penting untuk dipastikan terlebih dahulu sehingga di kemudian hari pelari bisa mencetak personal best atau capaian waktu terbaik dalam lari jarak tertentu.

"Yang paling penting kita sehat dulu, baru kita bisa personal best. Sama juga dengan atlet. Atlet itu yang penting sehat, baru dia
bisa juara. Kalau tidak sehat, bagaimana mau juara," pungkas Andi. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya