Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PADA Jumat (2/9) lalu, kantor Badan Kesehatan Dunia (WHO) regional Amerika menerima pemberitahuan bahwa telah ditemukan klaster terdiri dari 6 orang dengan radang paru yang sebabnya tidak diketahui (pneumonia of unknown etiology) di Tucuman Argentina.
Hal ini mengingatkan apa yang terjadi pada 31 Desember 2019 di kantor WHO Tiongkok ketika mendapat informasi adanya kasus radang paru yang sebabnya tidak diketahui (pneumonia ounknown etiology) di kota Wuhan yang kemudian berkembang menjadi pandemi COVID-19.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan penemuan legionella mirip seperti ditemukannya Covid-19 yang telah menjangkiti manusia di seluruh dunia.
Baca juga: Dosen Vokasi UI Edukasi Pengembangan Desa Wisata Pulau Rinca
Tjandra menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang penyakit ini. Legionella merupakan bakteri yang mempunyai nama lengkap Legionella pneumophila. “Ini bakter bukan virus,” kata Tjandra, Selasa (6/9).
“Bakterinya diberi nama Legionella karena pertama terjadi di tahun 1976 yang menyerang para peserta pertemuan Legiun Veteran Amerika di Philadelphia,” imbuh Tjandra.
Tjandra mengatakan saat ia menjadi Dirjen Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan tahun 2011, ia pernah memimpin penyelidikan epidemiologi mendalam di Bali karena ada laporan warga Australia yang positif Legionella sesudah pulang dari Bali.
“Team kami bersama WHO turun ke lapangan dan mengecek kemungkinan kontak dan juga lingkungan di beberapa hotel dan tempat yang dijunjungi warga Australia tersebut, dan semuanya negatif Legionella,” ujar Tjandra.
Cara penularan yang utama dari legionella adalah melalui inhalasi aerosol yang terkontaminasi bakteri, dimana aerosolnya terbentuk karena adanya semprotan uap air atau juga semacam air mancur buatan.
“Penularan juga dapat terjadi melalui aspirasi air atau es yang terkontaminasi, khususnya pada pasien rentan atau risiko tinggi di rumah sakit, yang tentu perlu analisa kenapa petugas kesehatan yang relatif baik kesehatannya juga tertular,” terang Tjandra.
Karena penyakit ini pernah terjadi sebelumnya, Tjandra mengatakan pengobatan yang bisa dilakukan ketika ada yang positif ialah dengan antibiotik.
“Dan patut di analisa juga kenapa kasus-kasus di Tucuman sampai meninggal dunia padahal tentunya sudah mendapat penanganan optimal, khususnya karena mereka adalah petugas kesehatan di klinik atau rumah sakit setempat. Kita tentu tetap harus waspada dengan adanya outbreak berbagai penyakit menular ini,” tandasnya. (H-3)
KABUPATEN Sumenep, Jawa Timur menetapkan Kasus Luar Biasa (KLB campak) karena kasus yang mulai menunjukkan grafik meningkat. Per 21 Agustus 2025 terdeteksi 1.035 kasus campak di Sumenep.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) tengah mengejar target eliminasi kasus campak di Sumenep, Madura. Saat ini telah ditetapkan status Kejadian Luar Biasa campak (KLB Campak) di Sumenep.
Kasus Raya, anak yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi dengan cacing di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, seharusnya bisa dicegah jika keluarga dan lingkungan sekitar saling mengingatkan.
Jika diabetes menyerang di usia muda, tubuh akan terpapar kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu panjang, sehingga risiko komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan lainnya meningkat
KEMENTERIAN Kesehatan bersama MSD Indonesia resmi meluncurkan kampanye nasional edukasi kesehatan “Tenang untuk Menang 2025" di Kota Bandung, Kamis (14/8).
PEMERINTAH memastikan tunjangan khusus bagi dokter spesialis, utamanya yang bertugas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) segera direalisasikan.
Peneliti mengembangkan terapi kanker baru dengan memanfaatkan bakteri untuk menyembunyikan dan mengantarkan virus langsung ke sel tumor.
Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biologi kelautan, yakni Shana Gofferdi yang berasal dari Occidental College, mencatat bahwa laba-labat laut tidak hanya mampu bertahan hidup saja
Setelah satu dekade misteri, ilmuwan mengungkap bakteri Vibrio pectenicida sebagai penyebab sea star wasting disease di Pantai Barat Amerika Utara.
Jangan buru-buru injak kecoa! Temukan 6 alasan ilmiah mengapa membunuh kecoa hingga hancur berbahaya dan cara aman membasminya di rumah.
Apabila keringat berlebih dari aktivitas tersebut bertemu dengan bakteri di ketiak, maka muncullah bau ketiak.
Aplikasi bakteri pereduksi nitrat terpilih yang memiliki aktivitas mereduksi N2O tinggi dapat menurunkan emisi N2O di lahan sawah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved