Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Krisis Pangan dan Energi Ancam Dunia, Pakar: Bioteknologi Solusinya

Dinda Shabrina
25/8/2022 08:15
Krisis Pangan dan Energi Ancam Dunia, Pakar: Bioteknologi Solusinya
Bibit padi antihipertensi hasil kultur jaringan Universitas Jember.(Antara)

TERDAPAT tiga bidang ilmu yang akan mewarnai abad milenial ke depan, yaitu teknologi informasi, nanoteknologi, dan bioteknologi. Dari ketiga bidang itu, pemanfaatan bioteknologi berjalan lambat karena sempat mandeg karena regulasinya belum lengkap.

Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Teknologi Pengujian BRIN, Bambang Prasetya menyampaikan hal itu dalam orasi ilmiahnya di Sarwono Memorial Lecture 2022, pada 23 Agustus 2022 lalu. Menurutnya, bioteknologi menjadi cara untuk menjadikan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia sebagai kekuatan baru.

"Di balik kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati ini, ada genetik yang bisa diteliti dan dimanfaatkan menjadi bioteknologi. Ini momentum yang bagus sekaligus juga tantangan. Apalagi saat ini sudah ada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memfasilitasi secara terbuka, serta regulasi yang mendukung. Sehingga negara tidak lagi tergantung terhadap impor, dan bisa menjadi pengekspor," bebernya.

Bioteknologi merupakan penerapan teknologi yang menggunakan sistem biologis, organisme hidup, atau turunannya, untuk membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan khusus. Salah satunya diterapkan melalui bioteknologi tanaman yang memberikan peluang di alam untuk mendapat varietas yang lebih unggul melalui mutagenesis, genom editing (GE), rekaya genetik (PRG).

"Bioteknologi telah memberikan manfaat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas, mengurangi risiko gagal panen (karena serangan hama dan bencana alam), industri bersih, penangangan pencermaran, produksi bahan kimia adi, farmasi, biofuel, biomaterial, terapi kesehatan dan lainnya," ungkapnya.

Lebih jauh, Bambang mengatakan saat ini banyak negara yang telah mencapai kedaulatan pangan adalah negara yang telah menguasai bio teknologi pangan. Selain itu, isu ini sangat tepat disampaikan saat ini mengingat kondisi global tengah menghadapi krisi pangan sebagai salah satu akibat dari adanya perang antara Rusia dan Ukraina.

"Dengan menerapkan bioteknologi yang sinkron antara riset sampai hilirisasi yang dilengkapi dengan peraturan yang lengkap. Bambang berharap Indonesia dapat mengekspor produk pertanian ke negara-negara lain," urainya.

Berkontribusi pada lingkungan
Ia menyampaikan bahwa bioteknologi menyangkut hajat banyak makhluk hidup. Tapi, di situlah ada keengganan orang untuk mengembangkan teknologi ini, khususnya yang terkait rekayasa genetik.

Di Indonesia pun demikian. Regulasinya sekian lama sempat berhenti. "Kalau yang mikroba terkait produk-produk olahan itu sudah biasa, sedangkan yang khusus tanaman, regulasinya baru lengkap di tahun 2020," bebernya.

Menurut Bambang, penelitian bidang bioteknologi di Indonesia bukan barang baru karena sudah berjalan sejak 2000-an. Sayangnya, penelitian tersebut terhambat dalam hilirisasi karena regulasinya saat itu belum sepenuhnya mendukung. Maka dari itu, setelah adanya regulasi yang lengkap, Bambang mendorong para peneliti untuk tidak perlu ragu-ragu lagi melakukan riset untuk dihilirisasi kepada masyarakat.

Pakar bidang bioproses tersebut mengatakan penggunaan dan pemanfaatan bioteknologi tidak hanya meningkatkan produktivitas. Akan tetapi juga berkontribusi terhadap pengelolan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

"Sepanjang perjalanan penggunaan bioteknologi tidak hanya meningkatkan produktivitas tapi juga kontribusi terhadap lingkungan," ungkapnya.

Bambang juga menyebutkan bioteknologi tanaman pangan yang telah dikembangkan sejak 1996 hingga 2018, telah mampu meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 822 juta ton senilai US$225 miliar, dan melestarikan keanekaragaman hayati dengan menyelamatkan 231 juta hektare lahan.

Selain itu juga menghemat 776 ribu ton penggunaan pestisida dan bahan kimia pelindung tanaman lainnya, mengurangi emisi CO2, (tahun 2018 sebesar 23 juta ton, setara dengan asap 15,3 juta mobil dalam satu tahun), hingga membantu mengentaskan kemiskinan sekitar 16-17 juta petani kecil di beberapa negara berkembang.

Dengan demikian, kata Bambang, peranan Bioethics, Biosafety dan Conformity Assesment menjadi satu kesatuan dalam pemanfaatan bioteknologi yang saat ini tengah menjadi sorotan dalam upaya mendukung ketahanan pangan.

"Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang terkait," jelasnya.

Bambang menyampaikan Bioethics (Bioetika) menjamin kelancaran adopsi berdasarkan pertimbangan etika/moral. Di sisi lain, Biosafety (Keamanan Hayati) yang diterapkan dalam pengembangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) akan menjamin keamanan masyarakat sekaligus memberikan kepastian riset dan inovasi. Sedangkan, Conformity Assessment (Penilaian Kesesuaian) menjadi standar, akreditasi, dan kalibrasi untuk menjamin ketelusuran-saling pengakuan hasil analisa laboratorium dan green house.

"Kajian bioetika dan biosafety ini berangkat dari upaya memitigasi potensi dampak negatif dari teknologi sambil menuai manfaatnya. Ini merupakan tantangan utama yang dihadapi para pembuat kebijakan saat ini. Bagaimana menerapkan risk based management dengan memitigasi dan memanfaatkan peluang untuk mendapat hasil yang baik," ujarnya.

Sejauh ini, kata Bambang, penerapan bioetika dan biosafety di Indonesia sudah berjalan. Hal itu didukung dengan adanya regulasi dan peraturan perundangan terkait bioetika. Salah satunya lahirnya PP No 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, PP No 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman yang memberikan batasan-batasan perlindungan dan juga adanya Keputusan Bersama Menristek, Menkes Dan Mentan Tahun 2004 Tentang Pembentukan Komisi Bioetika Nasional. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya