Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ancaman Gempa dan Tsunami di Selatan Jawa, Ahli: Pemda Lakukan Simulasi dan Masyarakat Sadar

Ferdian Ananda Majni
28/7/2022 20:57
Ancaman Gempa dan Tsunami di Selatan Jawa, Ahli: Pemda Lakukan Simulasi dan Masyarakat Sadar
Ilustrasi simulasi gempa bumi(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

ANCAMAN gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa hingga potensi tsunami 10 meter lebih di Cilacap menjadi perhatian BMKG. Ahli Kegempaan yang juga ketua tim dari jurusan Teknik Geofisika ITB Dr Endra Gunawan menyampaikan masyarakat daerah seharusnya aware terhadap potensi ancaman gempa dan tsunami yang dapat terjadi bahkan berdampak ke wilayahnya.

"Dari pemahaman terhadap potensi bencana itu, maka diperlukan inisiasi dari pemerintah daerah untuk melakukan simulasi saat bencana terjadi, seperti misalnya bagaimana tindakan yang dilakukan oleh masyarakat umum dan bagaimana peran pemimpin daerah saat bencana gempa dan tsunami terjadi," kata Endra kepada Media Indonesia, Kamis (28/7).

Di sisi lain, kejadian gempa di Indonesia menunjukkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang membangun suatu bangunan yang tahan terhadap guncangan gempa. Oleh karena itu, pemerintah daerah sebaiknya berkolaborasi dengan instansi terkait untuk mendidik masyarakat melalui training-training.

"Keypointsnya adalah tidak abai terhadap bencana. Ada usaha untuk survive dan bertahan saat bencana terjadi. Masing-masing komponen masyarakat terus berlatih dan melaksanakan tugas dan fungsinya saat bencana terjadi," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat akan ancaman gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa.

"Cilacap yang berada di garis Pantai Selatan Jawa menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia. Dari hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 m di pantai Cilacap, sebagai akibat dari gempa bumi dengan kekuatan M = 8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut," kata Dwikorita dalam keterangannya, Kamis (28/7).

Dwikorita menyebut prakiraan skenario terburuk itu bukan ramalan, namun hasil kajian ahli dan pakar kegempaan. Namun perihal kapan waktunya terjadi, imbuh dia, hal tersebut belum dapat diketahui, mengingat hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa.

Perhitungan skenario terburuk tersebut, lanjut Dwikorita, menjadi pijakan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi. Sehingga, andai terjadi gempa bumi dan tsunami sewaktu-waktu, diharapkan pemerintah dan masyarakat sudah siap dan tahu apa saja yang harus dilakukan, termasuk kapan dan kemana harus berlari menyelamatkan diri secara mandiri atau kelompok.

"Masyarakat harus paham apa yang mesti dilakukan dan disiapkan, termasuk sarana prasarananya, keterampilan untuk menyelamatkan diri, jalur evakuasi, tempat aman yang semua harus sudah dipersiapkan secara matang. Apalagi, khusus Kabupaten Cilacap, wilayah pantai merupakan kawasan padat penduduk, termasuk kantor pemerintahan, pusat perekonomian, dan lain sebagainya," sebutnya.

Baca juga:  BMKG Ingatkan Ancaman Gempabumi dan Tsunami Selatan Jawa

Dwikorita menyampaikan BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah , BNPB/BPBD dan multipihak terkait, rutin menggelar SLG di titik-titik rawan gempa bumi dan tsunami karena sangat bermanfaat untuk memberi edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah dalam mengelola risiko dan bencana.

"Keterlibatan pihak swasta di kawasan industri di Kab Cilacap juga sangat dinantikan dalam menguatkan Sistem Peringatan Dini Daerah yang telah dibangun dengan swadaya masyarakat dengan jumlah yang masih terbatas," ujarnya.

Mengingat kawasan industri dan perekonomian di Pantai Cilacap juga masuk dalam zona rawan gempa dan tsunami, tentunya pihak swasta/industri harus bersiap pula dengan menguatkan Sistem Peringatan Dini di kawasan industri tersebut.

"Tanpa sistem mitigasi dan peringatan dini yang andal, dampak ikutan dari gempa dan tsunami di kawasan industri berpotensi memperparah intensitas kerusakan yang diakibatkan," lanjutnya

Lewat SLG, BMKG memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempabumi dan tsunami di daerah pelaksanaan. Sejak tahun 2021, pelaksanaan workshop SLG fokus pada edukasi gempabumi dan tsunami sekaligus menjadi wadah BMKG bersama masyarakat/komunitas untuk membentuk Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) untuk lebih menguatkan Ketangguhan Desa Tangguh Bencana (DESTANA)

Pada pelaksanaan workshop SLG, BMKG juga membantu pemerintah daerah dengan memberikan Peta Bahaya Tsunami di lokasi pelaksanaan. Hal tersebut bertujuan agar sebagai acuan pemerintah daerah dalam menyusun mitigasi gempabumi dan tsunami di daerahnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya