Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Gaya Hidup Sehat dari Lemak Cokelat

Fathurrozak
21/7/2022 07:30

PASANGAN Farhaniza Farhan dan Zulfikar telah lama menanti buah hati. Keduanya sudah berikhtiar melalui berbagai cara. Mulai konsultasi ke klinik dan dokter yang ahli di bidang fertilitas hingga mencoba untuk bergaya hidup lebih sehat telah dilakukan. Hal terakhir itu malah keterusan hingga sekarang. Mereka memutuskan mengonsumsi produk-produk perawatan tubuh yang baik, bukan saja bagi diri mereka, melainkan juga pada lingkungan.

Keputusan itu didapat setelah keduanya mendapat wawasan mengenai produk-produk perawatan tubuh yang biasa ditemukan di pasaran yang sebenarnya mengandung material berbahaya bagi tubuh. Bahan-nahan itu dapat memengaruhi kondisi hormon jika digunakan terus-menerus dalam jangka waktu lama.

Salah satu yang sempat dicoba Farhaniza ketika itu ialah produk natural yang mengandung lemak cokelat (cocoa butter) produksi luar negeri. Namun, karena pertimbangan produknya yang kurang mengedepankan prinsip keberlanjutan, ia pun memilih untuk bereksperimen dengan memproduksinya sendiri.

Namun, Farhaniza saat itu juga tidak serta-merta langsung memproses olahan lemak cokelatnya secara autodidak. Ia lebih dulu mengambil semacam pendidikan singkat dan sertifikasi formulasi bahan natural sebagai panduan di Indonesia dan Inggris. Dengan berbekal dari situ, ia juga mencoba memformulasikan lemak cokelat menjadi lebih ramah pada iklim tropis. Itu termasuk teksturnya agar tidak meleleh dan berminyak.

Dari situ, Farhaniza kemudian memulai dapur eksperimennya. Seiring dengan berjalannya waktu ia mengembangkan produk tersebut agar bisa dicoba lingkar pertemanannya. Itulah cikal bakal lahirnya Yagi Natural, produk kecantikan dan perawatan tubuh yang memanfaatkan bahan-bahan natural mulai lemak cokelat, virgin coconut oil (VCO), hingga mentega Kalimantan, tengkawang (illipe butter).

Di awal perjalanannya, karena Yagi Natural belum memiliki sertifikasi Badan POM, peredarannya pun masih dalam skala minor. Dari bazar ke bazar. “Saat itu, ya, belum menggerakkan instrumen digital seperti marketplace, website. Masih manual banget,” terang co-founder dan Head of Marketing Yagi Natural Nadia Vashti Lasrindy saat ditemui di kantor pemasaran dan distribusi Yagi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/7).

Nadia bergabung dengan Yagi pada 2016 dan turut mengembangkan produk tersebut sejak awal bersama kedua teman kuliahnya tersebut. Farhaniza bertindak sebagai CEO dan Zulfikar sebagai head of sustainability hingga sekarang.

Pada pertengahan 2018, Yagi memutuskan untuk mengembangkan produksi merek tersebut di Aceh, sebagai salah satu daerah produsen cokelat di Indonesia. Namun, sertifikasi Badan POM yang dibutuhkan sebagai jaminan keamanan produk agar bisa dipasarkan secara masif baru diperoleh Yagi pada medio 2019, setelah mendapat pendanaan dan pendampingan dari Ristek-Dikti.

Pendanaan dari Ristek-Dikti terbagi ke dalam dua tahap. Tahun pertama untuk upgrade fasilitas produksi dan tahun kedua untuk rebranding. “Setelah itu, baru bisa berjualan lebih masif karena sudah ada sertifikasi yang menjamin keamanannya. Dari situ barulah kami benar-benar menjalankan pemasaran yang lebih besar, termasuk mengaktifkan toko digital di marketplace, bikin website, dan lain-lain,” sambung Nadia.

Pada periode awal, Yagi baru bisa memproduksi sekitar 30 item produk. Kini, dengan total ada 15-an lini produk, di antaranya sabun cair, sampo, pelembap kulit, dan deodoran, setidaknya 2.000-an item terjual dalam sebulan. Omzet pun melejit. Dari yang di awal dalam sebulan hanya satu digit, kini naik 50 kali lipatnya.

Nadia mengungkapkan total produksi pada 2021 sebanyak 12 ribu unit. Total produksi tahun ini hingga Juni sebanyak 11 ribu unit.

 

Influencer

Salah satu yang juga turut mendorong eskalasi produksi dan omzet Yagi, diakui Nadia, ialah saat ini mereka sudah punya tim yang solid. Dengan sekitar total 19 karyawan, kini mereka sudah bisa mengoptimalkan mulai produksi hingga pemasaran.

Sejauh ini, lokapasar digital masih jadi kanal penjualan yang signifikan. Menurut Nadia, itu juga dipengaruhi dari preferensi pelanggan yang mendapat kemudahan berbelanja dari layanan yang ditawarkan platform lokapasar digital.

Untuk mengoptimalkan dua sisi dari produksi dan distribusi, Yagi saat ini mengandalkan dua kantor secara jarak jauh. Aceh menjadi kantor pusat sekaligus produksi, sementara Jakarta dimanfaatkan sebagai kantor distribusi agar biaya logistik ke pelanggan lebih murah. Pasar terbesar mereka ada di Jabodetabek dan Bali. Pembukaan kantor pusat di Aceh sekaligus bertujuan mendekatkan material bahan-bahan utama seperti lemak cokelat dan VCO.

“Kalau dulu itu sangat manual, sementara sekarang sudah sangat memanfaatkan digital, tentu impak yang kami rasakan adalah kami bisa mengenalkan produk ini ke ‘kolam’ customer kami. Misal dari marketplace itu memudahkan pembelian, kami bangun website untuk memberikan info yang lebih holistis dan rasanya hampir semua bisnis ada di Instagram sehingga orang mau tanya atau konsultasi juga lebih mudah,” kata Nadia.

“Ketika kami dapat kolam yang pas dan berjualan dengan mudah, itu langsung melejit banget,” tambahnya.

Beberapa strategi yang dimanfaatkan Yagi saat ini ialah peran pemengaruh (influencer) dan iklan lokapasar digital. Keduanya, bagi Nadia, tidak bisa dipisahkan jika ingin berbicara konversi total penjualan yang dicapai. Untuk kebutuhan tersebut, Yagi biasanya mengalokasikan 10%-25% bujet dari total omzet.

“Zaman sekarang tidak bisa tutup mata, mereka (influencer) ini adalah orang-orang yang membantu menyampaikan pesan secara jelas. Memang merek berusaha menyampaikan pesan, cuma terkadang tidak sampai. Influencer yang berkolaborasi dengan kami pun ada ketentuannya. Mereka memang harus mencoba produk kami. Jadi, bisa menceritakan dan merasakan manfaatnya dan mengulasnya sejujur mungkin.”

 

Kantor digital

Digitalisasi dilakukan Yagi bukan saja pada sisi penjualan dan pemasarannya. Karena punya dua kantor operasional di Aceh dan Jakarta, digitalisasi juga diterapkan secara internal. Nadia menuturkan konektivitas internet memang jadi faktor krusial. Jika sedikit saja jaringan mereka kolaps, penjualan bisa ikut terjerembap.

Beberapa instrumen yang dimanfaatkan ialah platform Gather Town, platform konferensi video yang menggabungkan fitur serupa area gim. “Kami antardivisi bisa saling ngobrol di platform itu. Misal tim marketing mau bikin materi tentang bahan produk, kami tinggal ke ruang R&D (riset dan pengembangan) di kantor virtual itu. Ini sebagai upaya kami merekatkan tim Aceh dan Jakarta. Kami juga pakai perangkat lain untuk mendukung alur kerja harian dan segala pemberkasan sudah terarsip secara digital.”

Digitalisasi juga dimanfaatkan tim produksi untuk melakukan penjadwalan hingga perhitungan bahan.

Namun, Nadia mengungkapkan di ekosistem ekonomi digital saat ini hal yang masih harus didorong ialah penyempurnaan infrastruktur yang lebih mapan oleh pemerintah, mulai jaringan listrik hingga internet. Itu termasuk akses pembelian barang elektronik yang lebih mudah.

“Sekarang ini juga dari teman-teman UMKM yang lebih baru mulai menginisiasi bisnis mereka di daerah mereka karena bisa go digital. Bayangkan kalau semua daerah bisa merasakan kemewahan itu, tentu daerah tersebut juga berkembang secara luar biasa.” (M-4)

 

Biodata

Yagi Natural

Produk perawatan tubuh dan kecantikan berbahan natural.

 

Co-founder dan Head of Marketing Yagi Natural Nadia Vashti Lasrindy

Tempat, tanggal lahir: Malang, 16 Juni 1988

 

Pendidikan

S-1 arsitektur, ITB, 2005-2010

S-2 arsitektur environmental design, University of Nottingham, 2013-2014

 

Beberapa penghargaan

Top 100 Blibli, 2019

Leaders in Innovation Fellowship, Royal Academy of Engineering, 2019

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya