Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama perkumpulan Telapak Sumatera Selatan dan Spora Institut Palembang, ditemukan fakta bahwa kini Sungai Musi tercemar mikroplastik.
"Dalam air dan kami menemukan dalam 100 liter air sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik" ungkap Direktur Eksekutif Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Prigi Arisandi dalam keterangan resmi, Senin (18/7).
Lebih lanjut alumni Biologi Universitas Airlangga Surabaya ini menyebutkan bahwa jenis mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80% jenis mikroplastik lainnya adalah granula, fragmen dan filamen.
Mikroplastik, phospat, logam berat dan klorin termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon, sehingga keberadaanya di sungai akan mengganggu proses pembentukan kelamin ikan.
"Senyawa pengganggu hormon seperi mikroplastik dianggap ikan sebagai hormon esterogenik sehingga dimungkinkan terbentuk lebih banyak ikan dengan jenis kelamin betina dibandingkan Jantan, sayangnya jantan inipun tidak bisa membuahi telur ikan bentina akibatnya terjadi penurunan populasi ikan" ungkap Prigi.
"Tim ESN menemukan permukaan sungai Musi dipenuhi sampah plastik sekali pakai dan keluhan para nelayan dan penjual ikan yang mengeluhkan merosotnya jumla ikan tangakapan dan ukuran ikan yang makin mengecil," ucap dia.
Prigi menyatakan, air Sungai Musi menjadi muara dari puluhan anak-anak sungai Di Sumatra Selatan, tingginya aktivitas alihfungsi lahan di hulu, aktivitas tambang tanpa ijin, perkebunan sawit dan pencemaran industri menimbulkan pencemaran di Sungai Musi, padahal air Sungai Musi digunakan sebagai bahan baku air minum.
"Tingginya tingkat pencemaran bahan-bahan kimia pengganggu hormon memicu gangguan reproduksi ikan yang menurunkan populasi ikan dan punahnya ikan-ikan yang tidak toleran terhadap kadar polutan yang meningkat" ungkap Prigi.
Lebih lanjut peneliti ESN dalam pengambilan sampel air menunjukkan tingginya kadar logam berat Mangan dan Tembaga yang mencapai 0,2 ppm dan 0.06 ppm (standar tidak boleh lebih dari 0,03 ppm).
"Kadar Klorin dan pospat cukup tinggi yaitu untuk klorin 0,16 mg/liter seharusnya tidak boleh lebih dari 0,03 mg/liter sedangkan pospar juga tinggi mencapai 0.59 mg/L, tingginya kadar klorin dan phospat sangat mempengaruhi sistem pernafasan ikan dan mempengaruhi pembentukan telur ikan" ungkap Prigi. (OL-12)
Munculnya jerawat pada wajah dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya makanan yang dikonsumsi.
Mencegah polutan di rumah bisa dimulai dengan mengidentifikasi sumbernya dari mana sehingga bisa dihilangkan.
Buah yang mengandung banyak air, seperti semangka dan jeruk, sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien anak-anak.
Jangka pendek, bahaya timbel bisa masuk ke tubuh melalui inhalasi atau ingesti yang dihirup atau pun melalui makanan yang terserap oleh darah dan mengganggu fungsi organ.
Risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek.
Kemajuan di bidang kedokteran estetika menghasilkan terapi yang dapat memperbaiki kondisi kulit, termasuk menyamarkan tanda-tanda penuaan di wajah.
Dalam prakiraan indeks kualitas udara (AQI) kota Bandung, dari Rabu (15/5) sampai Jumat (17/5), tingkat polusinya tidak sehat.
Limbah busa cukup lama bertahan karena adanya perbedaan level permukaan air dengan pintu air.
Limbah busa terjadi akibat tingginya kadar fosfat di dalam air serta gemericik yang terjadi di pintu air memicu timbulnya busa.
Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat penghuni rusun untuk memberikan pemahaman soal jenis-jenis limbah B3 dan dampak negatifnya.
KEPALA Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat, Apung Hadiat Purwoko, menyatakan perubahan sangat dirasakan di tujuh kecamatan di Bandung Barat yang langsung bersentuhan dengan Sungai Citarum.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved