Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Kenali Penyakit Paru Bronkiektasis

Dinda Shabrina
08/7/2022 07:18
Kenali Penyakit Paru Bronkiektasis
Ilustrasi(Dok.MI)

SEJUMLAH penyakit dapat menyerang paru, antara lain covid-19, tuberkulosis, pneumonia, asma bronkial dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kanker paru, dan ada penyakit "Bronkiektasis".

Bronkiektasis merupakan penyakit berupa saluran napas lebar berlebihan sehingga ada penumpukan lendir (mukus) dengan segala akibatnya, mulai dari infeksi berulang sampai ke gangguan fungsi paru dan bernafas,  disabilittas dalam jangka panjang dan bahkan kematian. 

Ketua Majelis Kehormatan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan penyakit bronkiektatis ini belum banyak dikenal luas. Karena itu mulai tahun ini, setiap 1 Juli diperingati sebagai Hari Bronkiektasis sedunia.

Baca jugaIni Tips Mengumpulkan Dana Darurat dari Financial Planner

Baca jugaEdukasi Pertahanan Diri Bisa Cegah Pelecehan Seksual

“1 Juli adalah tonggak sejarah penting. Peringatan organisasi kesehatan paru di berbagai negara (termasuk Perhimpunan Dokter Paru Indonesia - PDPI) untuk meningkatkan kesadaran kita tentang penyakit ini, dan merupakan advokasi ke penentu kebijakan publik termasuk Kementerian Kesehatan agar memberi perhatian pada bronkiektasis, selain penyakit paru lain,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis, pekan lalu.

Saat ini, Tjandra menyebut 40% kasus bronkiektasis di dunia belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tjandra mengharapkan agar penelitian harus terus digalakkan, termasuk di Indonesia. Belum ada data epidemiologi yang pasti tentang jumlah pasien Bronkiektasis. Diperkirakan ada ratusan ribu kasus di dunia termasuk di Indonesia dan angkanya diprediksi terus meningkat.

Tjandra menjelaskan ada beberapa yang bisa dicurigai sebagai gejala bronkiektasis. “Batuk berdahak kental, sesak nafas, nyeri dada, sering radang paru, badan lemah, demam tak jelas penyebabnya, penurunan berat badan,” ungkap Tjandra.

Diagnosis ditegakkan kata Tjandra dilakukan dengan pemeriksaan "high-resolution computed tomography (CT) scan" paru. “Bronkiektasis kini ditangani dengan dua cara. Pertama, membersihkan tumpukan lendir di saluran napas (bronkus) di dalam paru, atau "airway clearance", a.l dengan semacam fisioterapi, obat dan alat tertentu, aerobik dan minum air yang banyak sehingga lendir di paru jadi lebih encer sehingga lebih mudah dibatukkan keluar,” jelas dia.

“Cara kedua adalah pencegahan dan pengobatan infeksi paru. Untuk itu perlu di identifikasi apa penyebab infeksi, bisa bakteri, jamur, mikobakteria dll dan kemudian diberi obat yang sesuai,” pungkas dia. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya