Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Yayasan Rahim Diluncurkan, Jadi Lembaga untuk Resolusi Konflik dan Tebarkan Perdamaian 

Mediaindonesia.com
13/4/2022 23:30
Yayasan Rahim Diluncurkan, Jadi Lembaga untuk Resolusi Konflik dan Tebarkan Perdamaian 
Peluncuran yayasan rahim(Dok. Pribadi)

SEKELOMPOK kiyai muda dan tokoh lintas-iman mengadakan Soft-Launching Yayasan Rahim: The Ibrahim Heritage Study Center For Peace sebuah lembaga yang bergerak di bidang penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik baik bersekala global maupun lokal. 

Lembaga itu hadir tepat waktu di saat dunia internasional terjadi peperangan Rusia dan Ukraina serta konflik Israel dan Palestina, dan kekerasan di ruang publik kentara di depan mata seperti persekusi dan kekerasan yang menimpa Ade Armando,. 

Pembina Yayasan Asnawi Ridwan mengatakan, peran agama dalam mengatasi konflik dapat dilakukan dengan dialog antar kelompok agama yang berbeda. Menurutnya, Perbedaan adalah cara Tuhan memberikan pesan-pesanNya kepada manusia agar saling menghargai dan menghormati. 

"Sebab sesungguhnya semua agama mengajarkan kebaikan, cinta kasih, dan keadilan bagi semua umat manusia. Agama seharusnya dijadikan sebagai pemersatu, bukan pemecahbelah. Apapun agamanya, kita masih sama-sama manusia yang saling membutuhkan manusia lain," kata Asnawi. 

Yohannes Ellias Dewanto berharap yayasan itu akan menjadi pusat penelitian, informasi dan edukasi terhadap setiap isu-isu perdamaian dan kemanusiaan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang ras, agama, etnis maupun budaya. 

"Langkah kecil ini mudah-mudahan akan terus bergulir seperti bola salju yang membawa cita-cita kita bersama, di mana  penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan perdamaian dunia akan selalu terpelihara," imbuhnya. 

Dalam momen peluncuran itu, Elisheva Dinar Prasasti Wiria Atmadja menceritakan kisah keluarganya yang multi agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, yang bisa hidup rukun damai. Sehingga menurutnya, agama bukan alasan untuk konflik atau perang. 

"Kalaupun ada konflik dan perang itu bukan karena agama, akan tetap karena kebencian kepada kemanusiaan. Karena itu, lembaga ini didirikan untuk mencapai perdamaian dan persatuan di tengah perbedaan," ujarnya. 

Ketua Umum Rahim Mukti Ali Qusyairi menekankan, Rahim merupakan lembaga penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik. Bukan lembaga politik atau pun konspirasi. Lembaga semacam ini relevan didirikan lantaran peperangan dan konflik terus terjadi tak berkesudahan. Seperti perang Rusia dan Ukraina, konflik Israel dan Palestina, dan yang lainnya. Kiyai Mukti menyatakan, 

Baca juga : Kompetisi HSC 2022 Ajak Wirausaha Muda Berinovasi dan Tawarkan Solusi

“Tim peneliti Rahim adalah dokter peradaban, yang hendak mendiagnosa penyakit peradaban berupa konflik dan perang serta meneliti penyebab-penyebabnya. Lalu memberikan resep dan obat sebagai solusi yang dapat menyembuhkan. Sebab visi Rahim adalah berikhtiar mewujudkan perdamaian dunia, dan misinya adalah mewujudkan perdamaian dengan melalui riset dan kajian perdamaian serta berkontribusi positif dalam rekonsiliasi konflik," jelasnya. 

Dalam Soft-launching Rahim juga menyampaikan resume singkat dua buku yang masih dalam proses penerbitan disampaikan Leo Agustinus Yuwono, Abigail, dan KH. Roland Gunawan.  

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengucapkan selamat dan berharap Rahim semakin sukses dalam memberikan kontribusi hasil penelitian dan kajian perdamaian kepada dunia. 

"Serta konsisten menyuarakan pentingnya hidup rukun dan damai bagi kehidupan manusia," ujarnya. 

ketua PWNU DKI Jakarta Samsul Ma'arif mengatakan, NU sebagai organisasi sosial keagamaan mempunyai harakah (gerakan). Salah satunya gerakan ishlahiyah. Ishlahiyah mengandung pengertian melakukan perobahan besar menuju kebaikan, ishlah juga mempunyai pengertian mendamaikan, baik mendamaikan keluarga yang berkonflik, masyarakat yang berkonflik, serta mendamaikan negara-negara yang sedang berkonflik. 

Tim peneliti Rahim juga menyuarakan deklarasi perdamaian untuk dunia yang berisi enam point. Yaitu; Pertama, Kami meyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia yang berbeda-beda, ras, suku, bangsa dan bahasa, tidak lain agar saling mengenali, yang diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan memuliakan. Kenyataan bahwa situasi dunia dalam setiap zamannya tidak lepas dari konflik antar ras, suku dan bangsa, merupakan tantangan nyata bagi setiap manusia untuk mewujudkan perdamaian.  

Kedua, Kami menyadari bahwa Tuhan menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi, tidak lain untuk memastikan sistem kehidupan berjalan harmonis, damai dan tenteram. Datangnya agama menjadi penerang dan sekaligus petunjuk bagi manusia untuk memiliki rasa mengasihi dan menyayangi terhadap segenap alam. Untuk itu, kami berharap kepada para pemimpin dunia baik pemimpin negara, masyarakat maupun agama, agar menjamin perdamaian dan menghindari adanya kekerasan terhadap sesama manusia. 

Ketiga, Kami menilai pentingnya dialog dan keterbukaan sebagai jalan ikhtiar rekonsiliasi konflik menuju perdamaian abadi. Segala kampanye positif perlu digalakkan secara terus menerus guna melawan narasi-narasi negatif yang membawa pada benturan peradaban, bahkan peperangan. Keempat, Kami mendorong keterlibatan segenap unsur masyarakat dunia, berperan aktif dalam membangun persaudaraan yang tulus dan adil, dalam mendukung tercapainya perdamaian dunia. Relasi antar masyarakat dapat menjadi kekuatan yang nyata dalam proses rekonsiliasi konflik dunia. 

Kelima, Kami mengambil inspirasi dari Ibrahim, bapak dan ikon pemersatu agama-agama monoteisme, menempatkan “Rumah Ibrahim” (RAHIM) sebagai rumah besar yang nyaman dan damai bagi seluruh umat manusia. Keenam, Kami sebagai warga Indonesia, yang tergabung dalam RAHIM berikhtiar membantu NKRI dalam mewujudkan perdamaian di bumi pertiwi, termasuk isu konflik regional maupun internasional, sebagai wujud kecintaan dan kesetiaan kami kepada Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik