Relawan di Masa Covid-19, Sebuah Catatan Pembelajaran

RELAWAN menjadi aktor penting dalam penanggulangan pandemi covid-19 ketika negara pada kondisi tak berdaya. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satgas Covid-19 2020-2022 Andre Rahadian.

Ia mengatakan, penanganan di awal pandemi covid-19 pada 2020 lalu harus menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini, sehingga lebih siap ketika berhadapan dengan pandemi serupa di masa depan.

"Rekurtmen hingga tugas relawan harus sudah terstruktur rapi dan bisa menjalankan tugas melakukan penanggulangan," kata Andre dalam webinar Leadership Sharing Forum 4 dari ILUNI UI, Sabtu (26/3).

Andre menilai langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah dan antusias masyarakat dalam penanggulangan pandemi covid-19 sudah tepat. Seperti halnya membuka pendaftaran relawan, membatasi mobilitas penduduk, dan menyusun strategi.

Ditambah lagi sikap dermawan masyarakat Indonesia ketika pandemi untuk membantu sesama menjadi peranan penting untuk saling merangkul menghadapi pandemi ini.

Orang Indonesia, menurut data The World Giving Index (WGI) Indonesia menempati urutan ke dua dari 3 kategori yakni menyumbang pada orang asing/tidak dikenal, menyumbang uang dan kegiatan kerelawanan/volunteer data tersebut diambil pada 2019-2021. Sikap kedermawanan yang tinggi ini, kata Andre, menjadi modal penting di masa bencana nonalam seperti pandemi.

"Apa yang dilihat dengan sarana terbatas pada awal pandemi atau PSBB masyarakat masih semangat untuk siap bantu dan menggerakkan kawan-kawan di ormas baik komunitas mobil, artis, perempuan berkebaya dan sebagainya," imbuhnya.

Antusias masyarakat pada awal pandemi sangat tinggi, Andre menceritakan dalam waktu 2-3 bulan sudah bisa merekrut 60 ribu relawan padahal iklan relawan hanya melalui televisi.

Seiring waktu penanganan relawan covid-19 terus dilakukan sehingga pelatihan, konsolidasi data, hingga merekrut ormas kebencanaan menjadi koordinasi relawan covid-19 menjadi kuat.

Tidak mulus
Namun penanganan covid-19 terutama pada relawan tak selamanya mulus, seperti halnya pembagian sembako yang mengalami perbedaan data di KTP. Banyak orang yang terdampak covid-19 namun KTP di luar daerah sehingga tidak semua orang bisa masuk.

"Relawan membantu hal ini dengan dibantu komunitas mengumpulkan data dan bersama gugus tugas menggerakkan resource yang ada sehingga mengumpulkan data menjadi satu," ujarnya.

Executive Director Indorelawan Marsya Nurmaranti menjelaskan relawan di masa pandemi tentunya memiliki tugas utama yakni pendataan terkait obat. Indorelawan sendiri melakukan pendataan pasien di IGD, ketersediaan obat, oksigen, vaksinasi, dan sebagainya.

"Sehingga relawan ini bertugas data kolektor dan verifikator. Relawan kami bekerja sama dengan pihak IGD terkait pasien, bed, obat dan sebagainya dan disambungkan ke pemerintah," ujarnya.

Pada saat itu, ungkap Marsya, terjadi kesimpangsiuran di publik sehingga masyarakat menuntut data yang real time untuk menjawab hal itu dan mengetahui kondisi sebenarnya

"Sehingga teman-teman relawan ini mempercepat data dengan update 3 jam sekali jadi kita bantu kerja di rumah sakit juga. Antusiasnya juga luar biasa di mana sampai 7 ribu orang padahal yang dibutuhkan 3 ribu orang," ujarnya. (H-2)