Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Tekanan untuk Terus Bahagia Berakibat Buruk bagi Kesejahteraan Psikologis

Basuki Eka Purnama
01/3/2022 08:22
Tekanan untuk Terus Bahagia Berakibat Buruk bagi Kesejahteraan Psikologis
Ilustrasi(Pexel)

PENELITIAN terbaru menemukan bahwa tekanan untuk selalu merasa bahagia memiliki efek yang buruk pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Istilah toxic positivity atau kondisi yang memaksa seseorang untuk berusaha dan berpikir positif dalam keadaan apapun, belakang lebih sering dibicarakan khususnya selama pandemi covid-19.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Tilburg Belanda, tekanan masyarakat untuk mengejar kebahagiaan ironisnya memiliki efek buruk pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Baca juga: Tips Memahami, Mencintai Diri Sendiri Dalam Kehidupan Berkeluarga

Hal itu terutama terjadi di negara-negara yang mendapat skor tinggi pada Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Index) dan memiliki standar kebahagiaan yang lebih tinggi.

"Ada hubungan yang kuat antara perasaan perlu bahagia dan sejauh mana orang benar-benar mengalami perasaan seperti kesedihan, kesuraman, kelelahan atau kecemasan," tulis penelitian tersebut dilansir Indian Express, Senin (28/2).

Penelitian lintas budaya itu dilakukan dengan melibatkan lebih dari 7.400 peserta di 40 negara. Penelitian itu menguraikan hubungan antara tekanan masyarakat untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis.

Studi tersebut mengamati bahwa di Belanda (urutan kelima dalam WHI 2021), hubungan antara tekanan untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis untuk sebagian besar indikator sekitar dua kali lebih kuat dibandingkan dengan Uganda atau Ukraina (menempati 119 dan 110 dalam WHI 2021).

Kepala Departemen Kesehatan Mental, Fortis Memorial Research Institute, Gurgaon, India Kamna Chibber mengatakan penting untuk memusatkan perhatian pada penerimaan situasi dalam kehidupan. Mengalami masalah dan kesusahan dengan kondisi tertentu adalah hal yang normal.

"Sangat penting untuk menekankan bahwa meskipun tujuannya adalah untuk mengalami kegembiraan, tetap positif dan optimis, hal tersebut juga harus termasuk merangkul pengalaman dan emosi yang sulit dan tidak terus-menerus berusaha untuk menolak atau menyangkal kehadiran mereka," ujar Chibber.

Chibber menjelaskan penerimaan membutuhkan seseorang untuk hadir dan tidak berpaling dari situasi. Menyangkal, menjaga jarak dan meninggalkan kesedihan tidak akan membantu dalam menemukan resolusi.

"Sebaliknya, merangkul situasi dan mengakui apa yang terjadi pada Anda, emosi dan pikiran Anda, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Anda sangat penting untuk bisa bergerak maju," katanya.

Pada saat yang sama, untuk mempertahankan sikap positif, mengenali ketidakkekalan pikiran, perasaan dan bahkan situasi serta menggunakannya sebagai cara untuk menghargai kebaikan yang ada, dapat membantu dalam memelihara keadaan kebahagiaan/kepuasan. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik