Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
SEBAGIAN orang tua murid mengeluhkan kebijakan pertemuan tatap muka (PTM) 100% yang mulai diberlakukan pada hari pertama semester genap. Selain belum tersosialisasikan dengan baik, kebijakan ini dilakukan di tengah meningkatnya wabah Covid-19 varian Omikron. Namun demikian, sebagian orang tua murid dan guru hanya bisa mengeluh pasrah dengan kebijakan ini.
Demikian sebagian pendapat yang dihimpun Media Indonesia saat pelaksanaan PTM 100% dari sejumlah sekolah di Jakarta, Senin.
Bayu (46), orang tua murid di SMAN di bilangan Jakarta Selatan menyebutkan, dirinya kaget atas kebijakan yang diterapkan di sekolah anaknya. Apalagi kebijakan tersebut baru diinfokan pihak sekolah akhir pekan lalu.
“Saya pikir kebijakan ini diterapkan ke sebagian murid saja. Tidak tahunya semua,” katanya ketika ditemui di Jakarta, Senin.
Yang membuat dirinya khawatir, tambahnya, para siswa ternyata duduk relatif berdekatan di dalam kelas. Apalagi kebijakan ini diberlakukan saat hari pertama pascaliburan akhir tahun.
“Setidaknya dilihat dulu apakah kasus omikron ini meningkat atau tidak. Baru kebijakan ini bisa dicoba,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Angie (45) yang menjadi orang tua murid di SD swasta di Jakarta Selatan. Dirinya keberatan karena anaknya baru mendapatkan vaksinasi tahap pertama.
Baca juga : 34 Pasien Omikron di Indonesia Dinyatakan Sembuh
“Kan baru vaksin dan pembentukan imunitas paling nggak 30 hari. Apa tidak sebaiknya tunggu sampai pertengahan semester. Setidaknya orang tua juga mungkin bisa lebih siap,” ujarnya.
Namun demikian, ungkap Arief Budiman (45), orang tua murid di SMP di Jakarta Timur menyebutkan, walaupun khawatir dengan penularan, sebagian orang tua di sekolah anaknya setuju dengan pemberlakuan PTM 100% ini. Pasalnya, ungkap dia, orang tua murid merasa bisa menitipkan anaknya di sekolah saat mereka harus bekerja.
“Apalagi sekolah anak saya, kebanyakan orang tua merupakan buruh pabrik,” ungkapnya.
Kendati begitu, para orang tua yang tidak setuju dan juga tenaga pengajar hanya bisa pasrah dengan kebijakan PTM 100% ini.
“Kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan tidak terjadi klaster baru,” kata Arief.
Menanggapi kekhawatiran orang tua ini, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto menyatakan, saat ini yang perlu dilakukan adalah percepatan vaksinasi usia 12-17 tahun. “Hal ini dilakukan agar tak menghambat pembelajaran dalam situasi covid-19 saat ini,” katanya ketika dihubungi.
Walaupun tidak memberi jawaban apakah setuju atau tidak dengan PTM 100%, dirinya meminta kebijakan ini harus dijalankan dengan hati-hati. “Protokol kesehatan harus tetap terjaga dengan baik,” pungkasnya. (OL-7)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi dua pasien covid-19 varian omikron dengan subvarian JN.1 dan XBB.2.3.10.1 meninggal dunia.
Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) diminta untuk melakukan PCR terlebih dahulu untuk mendeteksi virus korona varian teranyar, yani EG.1 dan EG.5.
Meski demikian, masyarakat diminta tidak perlu khawatir karena virulensinya rendah, kecuali pada kelompok risiko tinggi seperti lansia dan penderita komorbid.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan varian baru covid-19 XBB 1.5 dan XBB 1.16 berpotensi menurunkan kadar antibodi dari vaksinasi yang telah diberikan
Omikron jenis BA.5 pernah memuncak pada Juli 2022 di Jakarta.
Aktivitas masyarakat di Beijing mulai normal yang dapat dilihat dari situasi lalu lintas dan alat transportasi umum di ibu kota Tiongkok itu yang sudah mulai padat sejak Senin (19/12).
Roblox merupakan platform gim daring yang memungkinkan pengguna, termasuk anak-anak, untuk memainkan dan membuat gim sendiri.
Pada usia anak-anak, sebaiknya gim yang diberikan bersifat edukatif yang ringan, seperti puzzle, gim bahasa, atau gim strategi dasar yang dapat melatih konsentrasi dan logika.
Gim online atau produk elektronik yang lain memiliki dampak yang serius bagi beragam aspek perkembangan anak sejak dini, terutama jika terpapar secara berlebihan dan tidak sesuai usia.
Orangtua perlu membangun komunikasi dalam diskusi yang terbuka, tidak menghakimi, dan tidak langsung marah saat mengetahui anak mencoba merokok.
Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi publik, tetapi juga memfasilitasi jembatan langsung antara masyarakat dan ruang-ruang pengambilan kebijakan.
Virus yang menempel di saluran pernafasan juga dapat cepat terbuang saat cuci hidung dan diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved