Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Manfaat Satelit Satria untuk Kemajuan Bangsa

Mediaindonesia.com
01/12/2021 09:09
Manfaat Satelit Satria untuk Kemajuan Bangsa
Program Prime Time Metro TV membahas Manfaat Satelit Satria untuk Kita.(Dok/Metro TV)

PEMERINTAH terus melakukan percepatan pembangunan akses internet di seluruh pelosok Nusantara. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) tengah membangun Satelit Republik Indonesia atau SATRIA. Pembangunan satelit ini bertujuan memberikan akses telekomunikasi di daerah 3T (terdepan, tertinggal, terluar).

Satelit SATRIA sudah memasuki tahapan konstruksi dan akan menjadi satelit terbesar di Tanah Air. Ketika SATRIA telah mengorbit, nantinya akses internet gratis akan tersedia di 150 ribu titik di Indonesia.

SATRIA merupakan proyek strategis nasional (PSN) berskema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) dengan pola pembayaran ketersediaan layanan selama 15 tahun. Skema tersebut memiliki keunggulan jaminan proyek melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia.

Satelit ini sendiri menggunakan teknologi produksi Prancis, serta menggunakan peluncur roket produksi ­Amerika Serikat. Proyek SATRIA telah disiapkan BAKTI Kominfo sejak 2017, dimulai dengan tahapan penyiapan.

Kemudian diikuti oleh tahapan transaksi atau pengadaan yang berlangsung dari 2018 hingga 2019. Tahapan ketiga yaitu penandatanganan perjanjian pendahuluan yang berlangsung pada awal Mei 2019 antara badan usaha pelaksana PT Satelit Nusantara III yang merupakan bagian dari konsorsium, dan pabrikan satelit Thales Alenia Space yang berada di Prancis.

Pada akhir Maret 2021, financial close atau pemenuhan pembiayaan telah dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat. Satelit SATRIA ditargetkan akan beroperasi pada kuartal ketiga 2023.

Secara akumulasi, progres pembangunan satelit SATRIA sudah mencapai 46,2% per November 2021. Dalam tahapan konstruksi yang digarap sejak  2020, BAKTI telah melakukan sejumlah pembangunan. Di antaranya antena, pilot, satelit, dan ground critical design review atau CDR, serta membangun integrasi atau Hub CDR.

Selain itu, BAKTI juga membangun keterhubungan melalui hub rack equipment integration untuk RF gateway dan dilanjutkan dengan factory acceptance test. Hingga kini, BAKTI telah melaksanakan dry run test untuk sistem monitoring di 11 lokasi gateway.

Dari 11 stasiun bumi yang akan dibangun, 6 lokasi masih dalam proses pemagaran dan perataan tanah. Antara lain di Manokwari, Timika, Jayapura, Kupang, Ambon, dan Tarakan. Sementara lokasi di Manado, Batam, dan Pontianak telah selesai untuk pengetesan tanah yang selanjutnya akan dilakukan proses pemagaran. Kemudian untuk lokasi Cikarang dan Banjarmasin sedang dalam proses pengerjaan fondasi antena.

Satelit SATRIA I merupakan satu dari lima satelit terbesar di Asia dan dunia. Sebagai gambaran konektivitas digital di Tanah Air, sekitar 351.000 titik sudah memiliki akses internet gratis. Namun, 150.000 titik layanan publik belum memiliki fasilitas yang sama.

Jika SATRIA sudah beroperasi, sekitar 94 ribu titik akan dibangun untuk pendidikan, 48 ribu untuk pemerintah daerah, 3 ribu titik untuk sektor kesehatan, dan 4 ribu titik untuk administrasi pertahanan dan keamanan.

SATRIA I dirancang dengan kapasitas 150 GB per detik atau tiga kali lebih banyak dari 9 satelit yang saat ini digunakan. Secara bertahap, satelit SATRIA akan membangun kapasitas internet secara masif untuk memberikan layanan internet berkapasitas hingga 7,25 GB per detik di tahun 2023 dengan layanan SATRIA 2.

Diasumsikan, jumlah pengguna internet di daerah 3T adalah 26,5 juta orang. Dengan adanya satelit SATRIA, biaya internet diharapkan dapat dihemat selama 15 tahun dengan total nilai Rp29 triliun.

Selain itu, biaya electronic government bisa dihemat hingga Rp4 triliun dari APBN. Sedangkan dalam dunia edukasi digital, biaya yang bisa dihemat mencapai 15 tahun dengan nilai Rp59 miliar. Terakhir adalah fasilitas kesehatan digital yang bisa dihemat hingga 15 tahun senilai Rp59,3 triliun.

Selain manfaat ekonomi, konektivitas di wilayah 3T dan non 3T diharapkan mampu mengurangi kesenjangan sosial. Antara lain tercapainya masyarakat tanpa kelaparan, meningkatkan kualitas edukasi, meningkatkan kesetaraan gender, serta mewujudkan perdamaian, keadilan, dan lembaga yang kuat.

Indonesia yang memiliki 17.000 pulau tentu memiliki tantangan tersendiri dalam pembangunan sosial ekonomi yang merata, termasuk di dalamnya menyediakan la­yanan telekomunikasi. Untuk itu, BAKTI Kominfo memiliki peran penting untuk membuka akses telekomunikasi dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, lewat kehadiran SATRIA. (Ifa/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya