Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kelelahan Tak Hilang Pasca-Sembuh dari Covid-19, Kenapa?

Eni Kartinah
26/11/2021 16:58
Kelelahan Tak Hilang Pasca-Sembuh dari Covid-19, Kenapa?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Hikmat Pramukti, Sp.PD.(Ist)

BAGI para penyintas Covid-19, keinginan untuk pulih sepenuhnya terkadang perlu perjuangan, karena masih mengintainya kondisi post-Covid syndrome. Salah satu gejala yang kerap dirasakan adalah kelelahan atau fatigue.

"Post-Covid syndrome adalah kumpulan gejala, tanda, dan parameter klinis yang masih dirasakan lebih dari 2 minggu sesudah terkena Covid-19," kata dr. Hikmat Pramukti, Sp.PD pada keterangan pers, Jumat (26/11).

"Kondisi ini tidak kembali ke keadaan awal sebelum sakit. Ada lima gejala paling sering terjadi pada penyintas Covid-19," jelasnya.

Lima Gejala yaitu: kelelahan/fatigue (58%), sakit kepala (44%), gangguan fokus (27%), rambut rontok/hair loss (25%), sesak napas (24%), dan  gejala lainnya, seperti batuk, perasaan tidak nyaman didada, gangguan kardiovaskular (aritimia, miokarditis), neurologis (demensia, depresi, gangguan kecemasan, attention disorder, obsessivecompulsive disorders). 

Kelelahan atau atigue adalah gejala yang paling sering ditemukan pada post-Covid syndrome.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari RS Pondok Indah – Pondok Indah ini, beberapa studi menyatakankeluhan ini masih dirasakan penyintas Covid-19, bahkan setelah100 hari sejak terkena Covid-19. 

Pada pasien yang sempat mengalami kondisi gangguan paru berat saat terkena Covid-19, seperti acute respiratory distress syndrome (ARDS), dua pertiga dari mereka merasakan keluhan fatigue yang signifikan setelah setahun terkena Covid-19.

"Keluhan yang dirasakan sangat mirip dengan sindroma chronic fatigue atau kelelahan kronis, yakni terdiri dari kelelahan yang menjadikan tubuh tidak berdaya, nyeri, mengalami disabillitas neurokognitif, gangguan tidur, gejala disfungsi otonom, serta perburukan kondisi fisik dan kognitif," jelas dr.Hikmat.

Kondisi hipertensi, obesitas, serta gangguan kesehatan mental menjadi beberapa faktor risiko seseorang mengalami post-Covid syndrome.

Sementaraitu, penyebab pasti terjadinya post-Covid syndrome masih terus diobservasi.

"Ada pula yang menyebutkan bahwa post-Covid syndrome terjadi akibat kerusakan organ-organ yang disebabkan oleh virus dan sisa peradangan yang masih berlangsung walaupun virus sudah tidak ada," tutur dr.Hikmat. 

Mengatasi kelelahan atau fatigue

Hal pertama yang dapat dilakukan para penyintas Covid-19 adalah mencari tahu sumber atau organ mana yang mendasari keluhan ini.

"Apakah akibat gangguan kondisi di jantung, gangguan kondisi paru, gabungan gangguan kondisi keduanya, atau merupakan penurunan kapasitas fungsional tubuh karena infeksi Covid-19 yang berat," tutur dr.Hikmat.

Setelah dilakukanserangkaianpemeriksaan mendalam mengenai keluhan yang dirasakan, barulahpenanganan terhadap kondisi organ yang mendasaridapat dilakukan, sehingga tatalaksananyatepat sasaran.

Oleh sebab itu, beberapa penelitian merekomendasikan para penyintas Covid-19 yang sempat dirawat inap dirumah sakit, baik dengan komorbiditas maupun tanpa komorbiditas, untuk melakukan evaluasi seminggu setelah rawat inap.

"Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mendeteksi dan segera melakukan tata laksana apabila terdapat komplikasi yang terkai tdengan Covid-19," terangnya. 

"Sedangkan pada penyintas Covid-19 yang tidak dirawat inap sebelumnya, sebaiknya dilakukan evaluasi gejala setelah 3 minggu pasca-sembuh dari Covid-19," kata dr.Hikmat.

"Bagi penyintas Covid-19 yang masih merasakan gejala multisistem yang berlangsung lebih dari 12 minggu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter sesuai gejala yang dirasakan," sarannya.

Pada pemeriksaan lanjutan perdana, dokter spesialis terkait akan melakukan pemeriksaan komprehensif mulai dari anamnesis atau tanya jawab dengan pasien, pemeriksaan fisik, sertapemerikaan penunjang untuk menilai fungsi organ tubuh yang sering terdampak Covid-19 seperti jantung, paru, sistem saraf, ginjal, hati, hormonal, sistem pembekuan darah, dan kebugaran tubuh.

Pemeriksaan lebih spesifik akan disesuaikan dengan derajat keparahan gejala dan sistem organ yang mengalamigejalatertentu.

Data yang telah terkumpul saat ini menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang telah divaksinasi lengkap menunjukkan lebih sedikit kemungkinan terjadi post-Covid syndrome dibanding yang belum divaksinasi lengkap.

"Namun demikian, kemampuan seseorang untuk kembali pulih sepenuhnya seperti sedia kala seperti sebelum terinfeksi Covid-19 sangat bergantung pada kondisi dasar individu tersebut sebelum sakit, perjalanan penyakit saat terkena Covid-19, dan tipe serta berat komplikasi yang dialami," papar dr.Hikmat.

Secara umum, para penyintas Covud-19 disarankan untuk melakukan latihan fisik sesuai dengan kemampuan dan batas toleransi masing-masing,dan secara bertahap terprogram meningkat hingga dapat kembali ke kondisi semula.

Pada tujuh hari pertama, biasanya jenis latihan ringan yang direkomendasikan adalah latihan pernapasan dan fleksibilitas.

"Kemudian pada tujuh hari berikutnya ,intensitas latihan fisik bisa mulai ditingkatkan, misalnya dengan latihan berjalan cepat dan seterusnya, dengan tetap memperhatikan batas toleransi, tidak memaksakan diri, dan beristirahat apabila merasa kelelahan," dr.Hikmat.(Nik/OL-09) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya