Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
BEKERJA adalah salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Dengan bekerja, seseorang bisa mendapatkan gaji atau uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli barang yang diinginkan.
Namun, ternyata ada beberapa orang yang memiliki fobia terhadap pekerjaan atau tempat kerja. Kondisi ini dikenal dengan istilah ergophobia. Jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini dapat menyebabkan masalah keuangan dan stres pada penderitanya.
Baca juga: Dokter Onkologi di Indonesia Masih Sedikit dan tak Merata
Karena itu, ayo ketahui cara mengatasi ergophobia.
Ergophobia adalah ketakutan yang tidak normal dan terus menerus terhadap pekerjaan. Orang yang memiliki fobia ini mungkin mengalami kecemasan yang sangat besar hanya dengan memikirkan pekerjaan atau lingkungan tempat kerja mereka.
Ketakutan yang dimiliki pengidap ergophobia mungkin merupakan hasil kombinasi dari ketakutan, seperti takut gagal dalam mengerjakan tugas yang diberikan, takut berbicara di depan kelompok di tempat kerja, atau takut bersosialisasi dengan rekan kerja.
Istilah ergophobia sendiri berasal dari bahasa Yunani, “ergon: dan “phobos”. Ergon punya arti “pekerjaan”, sedangkan “phobos” berarti fobia atau ketakutan.
Orang yang menderita fobia ini umumnya sadar bahwa ketakutan yang mereka rasakan tidak rasional, tetapi kesulitan untuk mengontrolnya.
Seseorang yang mengalami Ergophobia memiliki beberapa gejala-gejala. Namun, tingkat frekuensinya akan bervariasi ketika memikirkan pekerjaan.
Gejala yang umum dialami oleh seseorang yang mengidap Ergophobia adalah kecemasan yang intens saat bekerja, enggan memegang pekerjaan tetap, sulit mengatasi emosi, dan cemas saat memikirkan tentang pekerjaan.
Selain gejala tersebut, seseorang yang menderita phobia ini akan merasa sesak nafas, panik, hiperventilasi, detak jantung tinggi, nyeri dada, keringat dingin, gemetar, serta insomnia.
Tidak ada pengobatan yang dirancang khusus untuk ergophobia. Namun, beberapa terapi dan pengobatan berikut ini mungkin bisa membantu pengidap untuk mengatasi fobia akan pekerjaan yang mereka miliki
1.Terapi Paparan
Bentuk terapi ini adalah salah satu bentuk perawatan yang paling umum dan paling efektif bagi sebagian besar fobia.
Sesuai namanya, terapi eksposur melibatkan terapis untuk secara perlahan mengekspos ketakutan pengidap dari waktu ke waktu. Tujuannya adalah untuk membuat pengidap semakin tidak peka terhadap ketakutannya dengan cara berulang-ulang memaparkan pengidap terhadap ketakutannya tersebut
2.Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
CBT merupakan intervensi psikososial yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mental seseorang. Ini adalah terapi yang sering digunakan untuk mengobati orang yang mengidap gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum dan OCD.
CBT juga bisa memberi manfaat pada pengidap fobia terhadap pekerjaan dengan membantu mereka untuk memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang mengapa mereka berpikir, dan berperilaku seperti yang mereka lakukan sehubungan dengan ketakutan irasionalnya.
3.Obat-obatan
Selain terapi, mengonsumsi obat-obatan, seperti obat anti kecemasan atau obat antidepresan juga sangat membantu bagi orang yang memiliki fobia terhadap pekerjaan.
Obat antidepresan bisa membantu mengurangi beberapa gejala ergophobia, sementara itu obat anti kecemasan membantu mencegah serangan panik.
Namun, minum obat saja tidak bisa memperbaiki ergophobia dalam jangka panjang. Pastikan juga kamu membicarakannya terlebih dahulu dengan dokter sebelum meminum obat-obatan tersebut. (OL-1)
Ingin minta maaf dengan tulus? Ini panduan minta maaf dari para ahli.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Perasaan sedih dan stres saat harus kembali ke rutinitas usai liburan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah post holiday blues.
Pondok Pesantren Darunnajah menghadirkan Darunnajah Assessment and Development Center (DADC), sebuah pusat asesmen dan pengembangan psikologis bagi santri, pendidik, dan masyarakat umum.
Pentingnya peran psikologi sebagai disiplin ilmu dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa, terutama dalam menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan berdaya saing.
Saat ini, timnas U-20 sedang menjalani pemusatan latihan di Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung sejak 5-30 Januari sebelum tampil di Piala Asia U-20 di Tiongkok.
SAINS tidak harus rumit, teknologi tidak harus mahal, dan matematika tidak harus menakutkan. Justru sebaliknya, semua itu bisa dekat, terjangkau, relevan, dan menyenangkan.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
KEMENTERIAN Agama terus memperkuat kajian terkait integrasi Islam dan sains, terutama dalam konteks kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Pelajari induksi elektromagnetik: prinsip dasar, hukum Faraday, dan aplikasi revolusioner dalam teknologi modern.
INOVASI berbasis sains dibutuhkan untuk mencapai kemajuan di bidang pertanian dan kesehatan Tanah Air. Peningkatan pengetahuan petani akan teknologi pertanian terkini jadi salah satunya.
Jika generasi muda Indonesia tidak tertarik pada sains, tentu akan membuat semakin tertinggal dalam persaingan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved