Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Campuran Zeolit Jadikan Deterjen Lebih Ramah Lingkungan

Humaniora
26/10/2021 13:45
Campuran Zeolit Jadikan Deterjen Lebih Ramah Lingkungan
Warga mencari ikan di Situ Gunung Putri yang dipenuhi eceng gondok, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/8/2021)(ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA)

SUBURNYA eceng gondok menjadi pertanda adanya masalah lingkungan pada sungai yang tercemar dari penggunaan deterjen. Permasalahan ini menjadi ide utama gagasan empat mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) untuk membuat deterjen ramah lingkungan berbahan zeolit.

Zeolit ini digunakan sebagai pengganti senyawa fosfat dalam deterjen, yang dinilai dapat mencemari sungai.

Keempat mahasiswa UGM ini, antara lain Mutiara Selvina (Teknik Geologi), Aldian Fahrialam (Teknik Geologi), Leonardo Anthony Wijaya (Teknik Kimia) dan Aulia Rahmah Karunianti (Teknik Kimia).

Deterjen dibuat menjadi dua jenis, yaitu deterjen bubuk dan cair dengan bahan utama yang masih sama dengan deterjen umum, namun mengganti senyawa fosfat dengan zeolit. Masing-masing dengan campuran zeolit alam yang diambil dari tempat yang berbeda.

Baca juga: Kebakaran 29 Hektare Lahan di Sumsel Berhasil Dipadamkan

“Hasilnya ternyata deterjen dengan campuran zeolit alam tertinggi itu mencapai 300 persen lebih ramah lingkungan daripada deterjen tanpa penambahan zeolit,” tutur Mutiara, selaku ketua tim kepada Media Indonesia.

Jika dibandingkan dengan deterjen lain, deterjen ini dinilai lebih ramah lingkungan, tidak gatal jika bersentuhan dengan kulit, dan lebih murah. Bahan bakunya (zeolit) sendiri seharga sekitar Rp1.000 per kilogram.

Uji coba yang sudah dilakukan, antara lain uji toksisitas, uji organoleptik, uji stabilitas busa, dan uji karakteristik zeolit. Pada uji karakteristik zeolit, terdiri atas uji XRD (X-Ray Diffraction), XRF (X-Ray Fluorescence), dan KTK (Kapasitas Tukar Kation).

Deterjen ini, menurut Mutiara, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait biodegradasinya karena belum sempat dilakukan. Saat pembuatan deterjen cair pun terdapat kesulitan, yaitu zeolit mengendap dan harus dihaluskan lagi sampai ukurannya benar-benar kecil dan halus.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengurangi dampak dari pencemaran sungai yang disebabkan oleh deterjen biasa. Mutiara berharap semoga produk ini bisa diproduksi secara komersial.

Ia juga berharap semoga ada lagi mahasiswa yang meneliti mengenai deterjen zeolit dengan lebih lanjut, agar lebih yakin dengan kualitasnya. “Takutnya, kalau masih menggunakan deterjen yang belum ramah lingkungan, sungai-sungai kita makin tercemar di masa depan” jelas Mutiara. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya