Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
GELOMBANG ketiga Covid-19 dinilai sebuah keniscayaan. Kapan akan terjadi dan seberapa tinggi serangan Covid-19 tergantung dengan situasi yang berkembang di masyarakat.
Hal itu diungkapkan epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad dalam siaran Humas UGM, Jumat (22/10). Riris mengatakan, munculnya gelombang Covid-19 ketiga atau gelombang-gelombang berikutnya sangat tergantung pada kondisi di masyarakat.
Menurutnya mobilitas, interaksi sosial, dan kepatuhan dalam implementasi 3 M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker di masyarakat merupakan situasi bisa memicu gelombang Covid-19 ketiga nantinya.
Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini menyampaikan bahwa virus Covid-19 masih terus ada dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan. Sementara, pada orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, kekebalan yang didapat akan menurun seiring berjalannya waktu.
"Jadi tidak hanya satu kali gelombang tiga lalu stop, tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global," terangnya
Riris menambahkan, saat ada varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi membutuhkan cakupan imunitas yang lebih tinggi dalam populasi. Misalnya, sebelum adanya varian Delta, untuk mendapatkan kekebalan kelompok, sekitar 70% populasi harus sudah divaksin.
Namun, sejak adanya varian Delta, cakupan vaksinasi ditingkatkan menjadi 80%. Kondisi tersebut dengan anggapan bahwa vaksin yang diberikan memiliki efektvitas 100%.
Artinya, vaksinasi di Indonesia untuk bisa mencapai 80% mensyaratkan sekitar 230 juta penduduk harus divaksin. Dalam pelaksanannya, vaksinasi tersebut sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 6 bulan agar bisa terwujud kekebalan kelompok "Kalaupun sanggup, kekebalan kelompok hanya bertahan beberapa saat dan akan terus berkurang," ucapnya.
Karena itu, Riris meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak lengah. Meskipun saat ini kondisi membaik, tetapi pandemi belum usai. Sebab risiko penularan masih ada, terlebih saat adanya pelonggaran aktivitas di masyarakat.
"Saat penularan tinggi dilakukan intervensi besar-besaran dengan PPKM. Begitu terkendali, aktivitas dilonggarakan karena tidak mungkin terus PPKM karena akan melumpuhkan perekonomian. Namun, pelonggaran ini berisiko penularan akan meningkat lagi," papar dia.
Riris kembali mengimbau, masyarakat tetap patuh menerapkan protokol kesehatan. Sementara itu, pemerintah diminta untuk memperkuat 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. (OL-15)
Epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security, Dicky Budiman, mengatakan bahwa sebetulnya hal tersebut tidak mengagetkan karena covid-19 kini sudah menjadi endemi.
Melonjaknya angka covid-19 di negara-negara tetangga perlu menjadi sinyal kewaspadaan yang bukan hanya harus direspons otoritas kesehatan tetapi juga masyarakat.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran pada 28 Mei lalu mengenai kewaspadaan lonjakan covid-19.
Cuaca yang lebih hangat dan basah (kelembaban tinggi) serta perubahan iklim diduga berkontribusi terhadap penyebaran dan perluasan demam berdarah.
MASALAH utama menghadapi covid-19 kali ini yakni meningkatkan kesadaran masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan membiasakan protokol kesehatan (prokes) kembali.
EPIDEMIOLOG Gilbert Simanjuntak mengatakan penyakit cacar monyet atau monkeypox bukanlah penyakit baru, termasuk di Indonesia karena itu mitigasinya tak mendesak.
PEMERINTAH Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, masih menunggu instruksi Pemerintah Pusat untuk melakukan penanganan Covid-19.
KETUA Satgas covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Erlina Burhan, menyarankan masyarakat untuk tetap melaksanakan vaksinasi ke-4 atau booster ke-2.
Achmad menyebut bahwa pemberian uang jasa pelayanan medis Covid-19 tidak berpedoman pada aturan yang berlaku
Presiden Joko Widodo akan membubarkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 setelah pemerintah resmi mencabut status kedaruratan pandemi di Indonesia.
Kasus covid-19 di Indonesia bertambah 565 pada Minggu, 9 April 2023. Total kasus konfirmasi positif di Indonesia mencapai 6.751.168 orang.
Coba ingat-ingat lagi wajah orang terdekat kita yang telah tiada. Begitu pula deretan angka yang hingga kini masih terpampang di laman situs covid19.go.id. Mereka bukan statistik belaka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved