Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Evaluasi Kemampuan Deteksi DBD untuk Turunkan Angka Kematian

Despian Nurhidayat
10/11/2024 19:35
Evaluasi Kemampuan Deteksi DBD untuk Turunkan Angka Kematian
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) di Lumajang, Jawa Timur, Kamis (7/11/2024).(ANTARA/Irfan Sumanjaya)

PAKAR Kesehatan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus Epidemiolog, Masdalina Pane mengatakan bahwa angka kematian demam berdarah (DBD) pada tahun ini memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, termasuk juga jumlah kasusnya. Menurutnya, banyak hal yang menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian karena demam berdarah.

“Titik kritisnya pada kemampuan mendeteksi dan mengendalikan demam berdarah. Walaupun DBD masuk dalam NTD (Neglected Tropical Diseases) yang biasanya Indonesia disebut penyakit tropis yang terabaikan. Penyakit-penyakit ini hanya ditemui di daerah tropis maupun subtropis, hanya diderita oleh orang-orang yang mempunyai taraf hidup yang rendah dan sering tidak mendapatkan perhatian yang sama jika dibandingkan dengan penyakit menular lainnya seperti Tb, malaria dan HIV,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (10/11).

Lebih lanjut, Masdalina menambahkan bahwa pada 2023-2024, DBD meningkat 2 kali lipat, tidak hanya di negara tropis saja, tetapi juga terjadi pada negara subtropis seperti Amerika dan Eropa, yang biasanya kasusnya sedikit dan sebagian kasus impor dengan riwayat perjalanan dari negara tropis.

“Cuaca yang lebih hangat dan basah (kelembaban tinggi) serta perubahan iklim diduga berkontribusi terhadap penyebaran dan perluasan demam berdarah di tahun ini,” kata Masdalina.

Berbeda dengan negara lain, selain kasusnya tinggi, di Indonesia kematian juga tinggi, sehingga Indonesia pernah menyumbangkan kematian hampir 1/4 kematian dunia. Padahal pemerintah menargetkan 0 kematian demam berdarah pada 2030 sesuai dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Demam Berdarah Dengue 2021-2025,

“Pada dokumen itu juga pemerintah menargetkan angka kasus demam berdarah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk pada 2024 untuk menuju nol kasus kematian pada 2030, faktanya sampai dengan november 2024 kasus demam berdarah Indonesia per Juli 2024 saja sudah mencapai 149.866 kasus yang tersebar di 465 kabupaten di 38 provinsi. Padahal maksimal kasus untuk penduduk 182 juta jiwa dengan indikator < 49 per 100,000 penduduk adalah < 138.400 kasus,” tuturnya.

Sementara itu, kasus kematian karena DBD di Indonesia dikatakan sudah lebih dari 900 kematian, maka dari itu dia menyangsikan target 0 DBD di 2030 yang tinggal 5 tahun lagi.

“Jika tidak sesuai indikator seperti ini, tiba-tiba pencatatan dalam surveilansnya tidak dilanjutkan atau tidak dipublish, tidak boleh seperti itu, karena data itu penting untuk komunikasi risiko, bukan sekadar pencitraan pejabat saja, karena yang menjadi korbannya adalah masyarakat luas yang harus dilindungi,” tandasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya