Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Riset Jadi Potensi Selamatkan Jakarta dan Pantura dari Penurunan Permukaan Tanah

Faustinus Nua
06/10/2021 22:40
Riset Jadi Potensi Selamatkan Jakarta dan Pantura dari Penurunan Permukaan Tanah
Kawasan rawan banjir rob akibat penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (3/9/2021)(ANTARA/Indrianto Eko Suwarso)

ISU pemanasan global telah mengemuka di beberapa tahun terakhir. Salah satu dampak yang mengancam yaitu tenggelamnya pesisir utara Jawa, termasuk Jakarta.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa riset dapat menjadi potensi solusi untuk menyelamatkan pantura dan Jakarta dari laju penurunan permukaan lahan. Dunia riset Tanah Air diminta berkontribusi sebagai problem solver.

"Jadi tidak sekedar mengungkapkan masalah, tapi kita harus bisa menjadi problem solver," ungkapnya webinar Science Talk dengan tema Benarkah Jakarta dan Pantura akan Tenggelam?, Rabu (6/10). Periset yang ahli di bidangnya dapat terus berkontribusi aktif untuk memberikan solusi dan pencerahan terhadap masalah yang dihadapi.

Baca juga: Sulit Penuhi Passing Grade Seleksi PPPK, Butuh Afirmasi

Handoko menekankan bahwa setiap diskusi harus menjadi bagian dari upaya BRIN untuk memperkenalkan ide-ide kepada publik. Sehingga publik dapat memahami fenomena dari sisi scientific yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan.

"Science Talk ini tidak berhenti disini, namun dapat menjadi science based policy di masa yang akan datang. Ini menjadi langkah awal membuka komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan dari sisi regulator dan masyarakat untuk dapat mendiskusikan lebih detail dan menyamakan persepsi terkait laju penurunan permukaan tanah," imbuhnya.

Profesor Riset pada Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer, OR Penerbangan dan Antariksa BRIN, Eddy Hermawan mengungkapkan isu tenggelamnya Jakarta sudah mengemuka sejak tahun 2008. Prediksi itu jauh sebelum pernyataan Joe Biden. "Penyataan Joe Biden bahwa Indonesia harus memindahkan ibukotanya, karena akan berada di berada di bawah air tentu menjadi perhatian media massa," kata dia.

Dirinya mengasumsikan terdapat tiga faktor utama tenggelamnya Jakarta, yaitu meningkatnya sea level rise (SLR), menurunnya land subsidance (LS), dan adanya faktor lokal (daerah rawa/ dataran rendah).

"Langkah bijak yang harus dilakukan untuk menyikapi prediksi tenggelamnya Jakarta yaitu dengan menyiapkan skenario berbasis penggabungan SLR dan LS dengan berbagai kombinasi data SLR dan LS menggunakan teknik spasial-temporal analysis," ujar Eddy.

Tak hanya itu Eddy juga mengingatkan beberapa daerah di Indonesia juga terancam tengggelam. "Masyakarat harus seoptimal mungkin mencegah kerusakan lingkungan serta mempertimbangkan pembuatan bitting gesik dan hutan mangrove, karena telah terbukti cukup efektif dalam meredam laju masuknya Rob ke daratan," imbuhnya.

Selaras dengan pendapat Eddy, Robert Delinom, Profesor Riset bidang Geoteknologi – Hidrologi Air Tanah BRIN menyampaikan penyebab amblesan tanah di Jakarta. Hal itu disebabkan empat faktor yaitu kompaksi batuan, pengambilan air tanah secara berlebihan, pembeban bangunan dan aktivitas tektonik.

Menurutnya, solusi untuk mencegah tenggelamnya Jakarta dalam periode jangka pendek dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memahami masalah ini. "Sedangkan jangka panjang dengan melakukan integrasi secara tuntas terkait penyelesaian masalah yaitu dengan kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, zero run off dan no land subsidence city, serta merubah pola pikir masyarakat," jelas Delinom.

Selain itu, Delinom juga menyarankan perlunya upaya mitigasi dengan melakukan pembangunan ‘pertahanan’ di garis pantai, pembangunan ‘pertahanan’ di sungai dan bantarannya, membuat ‘tempat parkir’ air dan mengantisipasi penyebab penurunan tanah. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya