Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Terapkan Komunikasi Positif dengan Anak 

Mediaindonesia.com
24/9/2021 10:19
Terapkan Komunikasi Positif dengan Anak 
(DOK Tanoto Foundation)

KELUARGA merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang, stimulasi, dan interaksi (komunikasi). Hal-hal fundamental tersebut perlu didapatkan anak sejak dini karena dapat memengaruhi tumbuh kembang dan membentuk karakternya di kemudian hari. 

Tentu sebagai orangtua tetap perlu tegas dalam mendisiplinkan si kecil. Namun, perlu dingat bahwa itu bukan berarti orangtua dapat melakukan pengasuhan yang keras hingga menyakiti anak baik secara fisik maupun mental. 

Dibutuhkan komunikasi positif di dalam keluarga agar anak-anak tumbuh dengan aman dan nyaman dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang. Komunikasi positif dalam keluarga tidak hanya sebatas komunikasi verbal saat berbicara saja, namun juga meliputi komunikasi nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, kontak fisik, gestur tubuh, sentuhan, dan nada bicara. 

Komunikasi secara positif perlu diterapkan baik di antara Ayah dan Ibu maupun antara orangtua dan anak. Karena, hal ini dapat menghindari terjadinya berbagai kekerasan di dalam keluarga, seperti kekerasan verbal. Hal ini merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan seseorang melalui kata-kata seperti memberi label atau panggilan buruk, manipulasi, merendahkan, ancaman, olokan, kritik berkelanjutan, dan masih banyak lagi. 

Tindakan kekerasan verbal sering tak disadari. Jika kekerasan fisik menimbulkan cedera yang dapat terlihat jelas, sebaliknya dampak kekerasan verbal tidak meninggalkan bekas luka kasat mata. Namun, keduanya sama berbahaya dan dapat mengakibatkan efek buruk berkepanjangan. 

Bahaya kekerasan verbal pada anak 
Golden Age atau periode emas merupakan waktu krusial, karena otak anak tumbuh secara maksmial dan berkembang dengan cepat. Di masa-masa ini, penting bagi orangtua untuk memberi anak stimulasi tepat dan kasih sayang yang berlimpah. 

Sebaliknya, jika anak kekurangan stimulasi ditambah dengan tidak terbentuknya komunikasi positif di lingkungan keluarga, maka anak dapat mengalami stress yang akan memengaruhi tumbuhkembangnya. 

Early Childhood and Education Development (ECED) Program Specialist Tanoto Foundation Arnoldus Paut menjelaskan bahwa kekerasan verbal merupakan salah satu penyebab anak mengalami stres. “Kekerasan verbal emosional dapat berupa cacian, umpatan, bentakan, dipanggil nama yang buruk. Hal-hal ini dapat menyebabkan anak secara tidak langsung merasakan stres akibat rasa takut dan cemas. Semua ini berpotensi membuat banyak sambungan sinapsis yang telah terbentuk di otak anak menjadi putus/mati, sehingga memengaruhi pertumbuhan otak mereka di kemudian hari,” papar Arnold.

Pertumbuhan otak yang terganggu akan berdampak buruk pada anak untuk waktu jangka panjang. Termasuk kemampuan belajar, memori, kemampuan memecahkan masalah, kesehatan mental anak, hingga daya tahan tubuh terhadap penyakit. 

Arnold menambahkan bahwa saat anak berusia 0-3 tahun, orangtua perlu memanfaatkan usia emas ini dengan sebaik-baiknya. Karena, di fase ini otak anak berkembang dengan sangat optimal dan mampu menyerap informasi dengan baik. 

“Kemampuan otak anak yang luar biasa ini tidak akan terulang lagi dalam tahapan usia selanjutnya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan komunikasi positif di keluarga. Karena amat disayangkan jika perkembangan otak anak terhambat karena sering terpapar kekerasan verbal,” tandasnya. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya