Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Vaksin Nusantara, Epidemiolog : Vaksin Produk Biologis Bukan Politis

Mohamad Farhan Zhuhri
03/9/2021 21:06
Vaksin Nusantara, Epidemiolog : Vaksin Produk Biologis Bukan Politis
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman.(MI / ADAM DWI.)

EPIDEMIOLOG Dicky Budiman mengatakan vaksin yang merupakan produk biologis perlu adanya mekanisme dan standarisasi hingga prosedur seperti halnya uji klinis yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

"Ini untuk memastikan produk biologis ini aman dan terbukti efektif, tidak bisa berbasis keyakinan dan klaim yang tidak berdasarkan mekanisme," ucapnya saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (3/9).

Ia menekankan, vaksin bukan menjadi strategi utama dalam penanganan pandemi suatu negara, melainkan tetap digencarkannya 3 T yakni Testing, Tracing dan Treatment.

"Vaksin apapun saat ini , apalagi yang masih dalam uji, harus sangat hati hati dan tidak jadi prioritas ataupun andalan, itu menjadi salah ketika vaksin justru menjadi poin utama, dan saya bersyukur dalam hal ini BPOM masih terjaga integritasnya," Lanjutnya.

"Beberapa riset yang masih berjalan, masih terlampau dominasi klaim terlalu over optimisme yang belum berbasis sains yang kuat, harus dikelola dan sabar," pungkas Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia.

Sebelumnya dikutip dari laman sehatnegeriku.Kemenkes.go.id, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa vaksin Nusantara dapat diakses oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan berbasis penelitian secara terbatas.

Penelitian tersebut berdasarkan nota kesepahaman atau MoU antara Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dan TNI Angkatan Darat pada April lalu terkait dengan ‘Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2’.

“Masyarakat yang menginginkan vaksin Nusantara atas keinginan pribadi nantinya akan diberikan penjelasan terkait manfaat hingga efek sampingnya oleh pihak peneliti. Kemudian, jika pasien tersebut setuju, maka vaksin Nusantara baru dapat diberikan atas persetujuan pasien tersebut,” ujar dr. Nadia.

Selain itu, dr. Nadia juga menegaskan bahwa vaksin Nusantara tidak dapat dikomersialkan lantaran autologus atau bersifat individual.

“Sel dendritik bersifat autologus artinya dari materi yang digunakan dari diri kita sendiri dan untuk diri kita sendiri, sehingga tidak bisa digunakan untuk orang lain. Jadi, produknya hanya bisa dipergunakan untuk diri pasien sendiri,” tambah dr. Nadia. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya