Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
PANDEMI covid 19 yang masih terjadi hingga saat ini, mendatangkan begitu banyak kesedihan, rasa takut dan kecewa di semua kalangan masyarakat, terutama bagi para pejuang di garis depan penanganan covid-19 atau para tenaga kesehatan (nakes). Menurut laporan Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah di acara webinar bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) awal Agustus lalu, para Nakes menjadi pihak yang paling banyak terinfeksi virus korona dan sebanyak 1.400 di antaranya meninggal dunia.
Dengan latar belakang tersebut, PT Inti Sasa (Sasa) berkolaborasi dengan Didiet Maulana, Desainer dan Founder IKAT indonesia, berinisiatif untuk menciptakan rasa optimis dan bahagia bagi para nakes lewat satu karya, yakni berupa masker dengan motif yang merepresentasikan kuliner Indonesia, dengan nama Kulinara (Kuliner Nusantara). Kulinara bukanlah masker medis, jadi dalam penggunaan adalah untuk masker kain yang dipakai di depan masker medis.
Baca juga: Tiga Ribu Nakes di Cianjur Telah Jalani Vaksinasi Tahap Tiga
Menurut Fenny Kusnaidy, Marketing Director PT Sasa Inti, pihaknya mempersembahkan Kulinara sebagai salah bentuk apresiasi pada para nakes - dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit, serta relawan. "Harapan kami, selain, Kulinara dapat menjadi bagian dalam pelaksanaan prokes yang salah satunya adalah memakai masker. Kulinara juga diharapkan bisa menyemangati para tenaga medis dan relawan tersebut, sehingga mereka terus optimis bahwa perjuangan mereka akan menyelamatkan banyak orang.”
Masker kain motif ini dirancang Didiet Maulana sebagai pengingat bahwa di saat seperti ini, makanan menjadi salah satu arti kebahagiaan dan memiliki arti tersendiri bagi setiap orang. Kulinara hadir dengan warna, motif dan cerita yang menggambarkan betapa banyak ragam budaya rasa Indonesia dengan satu tema yang sama yaitu kehangatan dan kebahagiaan.
Ketika ditanya kenapa mau berkolaborasi dengan Sasa, Didiet mengatakan hal itu tercipta karena mereka menjalani visi yang sama yakni sama-sama berkreasi untuk rasa. "Sasa berkreasi menciptakan rasa masakan dan membawa kekuatan citarasa lokal. Demikian pula saya yang memiliki visi untuk menciptakan desain bercorak Indonesia untuk menumbuhkan rasa bangga akan negeri."
Diakui Didiet, proses pembuatan masker ini berlangsung cukup singkat. Diawali dengan proses brainstorm dengan tim Sasa untuk desain KULINARA, kemudian masuk ke proses produksi yang ternyata memakan waktu cukup lama karena semua tim yang terlibat dalam pembuatan masker ini berusaha berusaha bekerja dengan mentaati peraturan prokes.
Sebagai desainer yang telah malang melintang di dunia desain, tetap saja ada hal yang menantang dalam proses mendesain Kulinara. “Bagian paling menantang dalam proses Kulinara adalah saat mendesain, kita harus berpikir ke depan. Bagaimana desain yang dibuat itu benar-benar bisa mendukung pemakainya. Ketika kita bicara masker, Kulinara bukan masker medis, namun ini tetap bisa mendukung para nakes dalam keseharian mereka. Saat mereka di jalan atau di luar area ruang kesehatan. Jadi hal ini harus bisa menjadi sesuatu yang dibanggakan, secara desain harus unik dan berbeda dari biasanya”, ujar Didiet. (RO/A-1)
Rendahnya literasi kesehatan di masyarakat juga menjadi faktor penyebab. Banyak warga tidak memahami siapa saja yang memiliki kewenangan legal untuk memberikan layanan medis.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Oloan menegaskan pentingnya menjaga integritas dan etos kerja selama berada di luar negeri.
Tunjangan sebesar Rp1,5 juta per bulan diberikan bagi guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di pulau-pulau yang lebih dekat.
Serenic.ai percaya teknologi harus meringankan beban tenaga medis, agar setiap detik kembali berarti untuk mengobati pasien dan menyelamatkan nyawa.
Peristiwa perundungan antar-dokter ataupun kasus pelecehan seksual oleh tenaga kesehatan beberapa waktu terakhir ini telah membentuk atmosfer sosial penuh prasangka.
Prefektur Mie di Jepang menyatakan kesiapannya menerima hingga 300 perawat Indonesia setiap tahun, dengan dukungan anggaran subsidi bagi institusi penerima.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved