Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Kemenkes, Ayo Percepat  Distribusi Vaksin

Mediaindonesia.com
05/8/2021 11:40
Kemenkes, Ayo Percepat  Distribusi Vaksin
Penerima vaksin covid-19. Saat ini kalangan dunia usaha turut membantu pemberian vaksinasi bagi masyarakat.(Dok. Homecredit)

ANGKA Kematian akibat Covid-19 terus meningkat. Situs www.worldmeters.info mencatat per tanggal 3 Agustus 2021 jumlah kematian harian pasien Covid-19 di Indonesia mencapai +1.598 jiwa. 

Bandingkan dengan Amerika sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia angka kematian harian di hari yang sama hanya + 516. Demikian pula dengan India + 561 kematian.

Mengacu kepada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mayoritas pasien Covid-19 yang meninggal tidak mau atau belum menerima vaksin.  “Berdasarkan data dari Kemenkes, sebanyak 90 %pasien Covid-19 yang meninggal karena tidak mau atau belum divaksin," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan tertulis, Rabu (7/7) lalu.

Kesimpulan Menteri BUMN ini juga selaras dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan bahwa 99,5%  orang yang meninggal karena Covid-19 selama 6 bulan terakhir, adalah orang tidak vaksin. Direktur CDC Dr Rochelle Walensky mengatakan pada jumpa pers di Gedung Putih pada Kamis (4/7/), statistik tersebut menunjukkan bahwa setiap kematian terkait Covid-19 sekarang dapat dicegah dengan vaksinasi.

Tingginya tingkat kematian harian pasien Covid-19 memancing reaksi keras dari sejumlah pihak. Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva  mendesak Kementerian Kesehatan untuk mempercepat distribusi vaksin. 

“Syarikat Islam telah berkali-kali melakukan vaksinasi gratis bekerjasama dengan sejumlah lembaga. Kementerian Kesehatan perlu gerak cepat. Kondisi sudah sangat kritis. Kuncinya percepat distribusi vaksin ke berbagai daerah,” ujar mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini. 

Ia mengaku prihatin dengan banyaknya daerah zona merah yang belum mendapatkan vaksin, khususnya di Pulau Jawa dan Madura. “Namun kedepannya, distribusi ke luar Jawa – Bali juga perlu segera dilakukan. Herd Imunity seperti yang dicanangkan Presiden itu baru terjadi jika dilakukan secara serentak dan merata,” jelasnya.

Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Alifudin meminta Kementerian Kesehatan untuk mampu mengatasi persoalan kurangnya stok vaksin di sejumlah daerah. Ia menerima banyaknya keluhan kekurangan vaksin di sejumlah daerah.

"Jangan hanya di Pulau Jawa, atau dikelola juga oleh pemerintah pusat saja stok yang banyaknya. Daerah juga perlu melakukan vaksinasi," uja Alifudin.

Atas kendala kekurangan vaksin di dapilnya, Alifudin mengaku akan terus berkomunikasi kepada Menteri Kesehatan untuk mendorong keberadaan vaksin di daerah. Ia mengaku bakal mengoptimalkan tugas dan fungsinya sebagai anggota DPR untuk mendorong hal tersebut.

Nada pesimis dilontarkan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. “Kelihatannya agak absurd ya targetnya. Sekarang saja jumlah penduduk yang di vaksin dua dosis baru kisaran 7.7% untuk capai herd imunity kan harus  185 juta orang di vaksin. Masih jauh targetnya,” ujar Bhima. 

Distribusi vaksin menurut Bhima menjadi masalah serius yang harus segera dituntaskan. Kuncinya di Kementerian Kesehatan. 

“Kan presiden sudah bilang ada pasokan vaksin impor yang menumpuk masih banyak, sementara animo masyarakat untuk vaksin tinggi, terilihat dari kerumunan orang yang mau divaksin di beberapa tempat,” pungkasnya

Bhima menjelaskan, gap pasokan vaksin tiap daerah bisa menyebabkan pemulihan ekonomi tidak serentak. Daerah yang vaksinasinya lambat, maka pemulihan ekonominya juga lambat. (RO/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya