Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENAMBAHAN limbah medis yang merupakan kelompok limbah B3 terus meningkat di masa pandemi covid-19. Hal itu tidak diimbangi dengan kapasitas pengelolaan limbah medis, sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan lainnya.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan masalah tersebut menjadi perhatian bersama semua stakeholders. BRIN pun memberikan solusi dengan beberapa teknologi yang sudah proven karya anak bangsa untuk mengatasi kurangnya kapasitas pengolahan limbah medis.
"Ada beberapa teknologi yang sudah proven yang dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan. Khususnya adalah teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile," ungkapnya dalam keterangan resmi, Kamis (29/7).
Dijelaskannya, beberapa teknologi pengolah limbah ramah lingkungan yang sudah proven itu, bisa mengatasi limbah B3 khususnya limbah medis berskala kecil dan mobile yaitu teknologi pengolahan limbah cair dengan Plasma Nano-Bubble. Sedangkan untuk limbah padat dengan Plasma, pengolahan limbah plastik medis menggunakan teknologi Pelletizing dan Rekristalisasi dan untuk pengolahan limbah jarum suntik menggunakan mesin daur ulang APJS GLP Destromed 01 Needle Destroyer yang sudah memiliki paten dan izin edar.
Baca juga: BRIN: Hanya 4,1% RS yang Punya Pengolahan Limbah Medis
Handoko meyakini teknologi ini cocok untuk menjangkau daerah-daerah yang penduduknya relatif sedikit dengan skala limbah tidak banyak. Hak itu lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan membangun insinerator yang besar dengan harga mahal dan terkendala dengan pengumpulan limbah yang terpusat.
"Kalau kita harus membangun insinerator besar itu tentu akan jauh lebih mahal dan juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang terpusat juga menimbulkan biaya tersendiri," imbuhnya.
Selain mampu meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis, teknologi daur ulang limbah medis besutan anak bangsa ini berpotensi memunculkan nilai tambah dan ekonomi baru. Mengingat dalam rangka meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan, ada insentif finansial dari sisi bisnis yang dapat mengurangi biaya pengolahan limbah.
"Tadi kami menyampaikan contoh itu adalah alat penghancur jarum suntik yang bisa menghasilkan residu berupa stainless steel murni, dan juga daur ulang untuk APD (alat pelindung diri) dan masker yang bahannya adalah polypropylene, sehingga kita bisa peroleh propylene murni (PP), jenis plastik propylene murni yang nilai ekonominya juga cukup tinggi," tambahnya.
Lebih lanjut, dia juga mengungkapkan data, baru 4,1% Rumah Sakit yang memiliki fasilitas insinerator berizin. Selain itu, baru ada 20 pelaku usaha pengolahan limbah di Indonesia dan hampir semuanya terpusat di Pulau Jawa dan distribusinya pun tidak merata.
"Kemudian juga di seluruh indonesia baru ada 20 pelaku usaha pengelolaan limbah dan yang terpenting adalah seperti yang disampaikan Ibu Menteri LHK hampir semuanya masih terpusat di Pulau Jawa. Jadi distribusinya belum merata," kata dia.
Handoko berharap inovasi teknologi karya anak bangsa ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pengolahan limbah medis. Inovasi dapat memberikan motivasi untuk mengumpulkan dan mengolah limbah, meningkatkan kepatuhan, dan menciptakan potensi bisnis baru bagi para pelaku usaha skala kecil.(OL-5)
"Fasilitas layanan kesehatan sudah bekerja sama dengan perusahaan jasa pengelolahan sampah infeksius."
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengumpulkan 202,52 kilogram (kg) limbah medis selama pandemi covid-19.
Limbah infeksius virus korona mencakup masker bekas, sarung tangan bekas dan baju pelindung diri. Jakarta Selatan menjadi wilayah yang paling banyak mengumpulkan limbah medis.
"Limbah rumah sakit ini tidak boleh sampai tercemar di lingkungan warga. Kalau tiba-tiba ada limbah rumah sakit di masyarakat, rumah sakitnya bisa terkena pidana,” kata Nova
DINAS Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah menangani sebanyak 860 kilogram masker sekali pakai, yang dibuang selama masa pandemi covid-19 ini
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata total sampah infeksius di Jakarta selama pandemi Covid-19 di tahun 2020 menembus 12.785 ton.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved