Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Cinta Kayla untuk yang Kehilangan Kerja

Fathurozak
17/6/2021 06:05
Cinta Kayla untuk yang Kehilangan Kerja
Kayla Nathin.(Dok. Pribadi)

SAAT pandemi covid-19 merebak pada Maret tahun lalu, Kayla Nathin sedang berkuliah di Adelaide, Australia. Perempuan kelahiran Bandung itu mengikuti perkembangan wabah tersebut dari hari ke hari. Kayla pun rajin membaca berita di berbagai media mengenai dampak pagebluk itu ke berbagai sektor, termasuk jumlah mereka yang harus kehilangan pekerjaan.

Namun, data statistik yang dipaparkan di media-media itu tidak memuaskan hatinya karena belum bisa menyajikan angka riil di lapangan. Ia pun lalu bertanya kepada ibunya yang bekerja sebagai pengembang dan banyak berhubungan dengan para pemilik bisnis di sektor perhotelan dan pariwisata. Tujuannya untuk memvalidasi dampak pandemi sesungguhnya terhadap para pekerja.

Dari situ, ia sedikit mendapat gambaran mengenai pemilik bisnis perhotelan yang terpaksa harus mengurangi karyawan. Ia bermaksud memublikasikan orang-orang yang terdampak pandemi ini kepada masyarakat luas lewat platform video yang diunggah di media sosial.

Para karyawan terdampak itu disuruh bercerita tentang pengalaman mereka yang kehilangan pekerjaan lantaran pandemi. “Yang ingin saya soroti saat itu ialah pekerja-pekerja yang kehilangan pekerjaan. Mereka ini bukanlah sekadar nomor atau angka, biar masyarakat tahu,” kata Kayla kepada Media Indonesia melalui konferensi video, Rabu (9/6).

Bagi Kayla, adanya ruang bercerita secara personal bagi mereka yang terdampak akan membuat orang lain menjadi lebih mengerti dan kemudian untuk ikut saling membantu. Ia pun mengontak beberapa teman SMP-nya, lalu lahirlah inisiatif gerakan Dibalik Pandemik.

“Jadi aku mengajak sekitar 10 teman SMP-ku, yang sudah kuliah di berbagai tempat, baik di kampus dalam negeri maupun di luar negeri. Kami berdiskusi via Zoom. Niat kami ialah agar orang benar-benar bisa mendengar cerita mereka yang terdampak pandemi. Kami ingin membawa cerita itu ke luar.”

Ia dan beberapa temannya kemudian bergerak dengan mewawancarai orang-orang terdampak yang ada di lingkungan sekitar terlebih dulu. Seperti tukang pijat salah satu langganan temannya. Dari sesi wawancara itu kemudian diolah menjadi tayangan video yang dibagikan di media sosial. Dengan begitu diharapkan bisa mendorong orang untuk membantu atau berdonasi.

Setelah tiga bulan berjalan, Kayla dan teman-temannya kemudian bekerja sama dengan beberapa organisasi, termasuk perhimpunan mahasiswa Indonesia di luar negeri seperti PPI London dan Permias New York, juga organisasi mahasiswa dalam negeri seperti Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UGM. Donasi pun terkumpul dengan cepat dengan jumlah yang cukup besar.

Namun, Kayla tidak ingin gerakan ini sekadar mengandalkan donasi untuk bisa membantu mereka yang terdampak pandemi covid-19. Untuk itu, ia dan teman-temannya juga menginisiasi kerja sama dengan para pebisnis kecil. Mereka juga berjualan baju bekas layak pakai (thrift shop).

Kerja sama dengan para pelaku usaha mikro pun dilakukan. Kayla dkk membantu mempromosikan barang dagangan para pelaku usaha itu melalui akun media sosial yang dimiliki anggota gerakan Dibalik Pandemik. Sebagian keuntungannya didonasikan untuk organisasi.

“Ada yang memang kasih 10%-nya, ada juga yang 100%. Tapi ada juga yang memang hanya ingin untuk dipromosikan jualan mereka. Tapi tidak ada ketentuan yang memaksa. Jadi ini semacam endorse gratis untuk pelaku usaha dan bisnis kecil mereka.”

 

Sektor wisata

Dalam penyaluran donasi, Dibalik Pandemik telah memerinci kebutuhan tiap individu yang terdata. Mulai kebutuhan dasar seperti sembako untuk satu bulan hingga jumlah tanggungan individu tersebut. Namun, dalam beberapa penyaluran bantuan mereka memberi nominal yang lebih besar dari kebutuhan dasar sebagai upaya untuk memberikan akses individu terdampak merintis sumber pemasukan baru.

“Di Sumba, misalnya, selain kebutuhan sembako, kami juga membantu para penenun yang selama pandemi sulit menjual produk dengan membuat peternakan ayam. Untuk beberapa individu di Jakarta, kami juga berikan modal untuk membuka warung atau untuk bisnis online,” kata mahasiswa kedokteran itu.

Salah satu fokus gerakan yang dibuat Kayla dkk ialah membantu para individu yang bekerja di sektor wisata. Untuk itu, beberapa bantuan juga disalurkan ke beberapa daerah yang menjadi destinasi wisata di Indonesia, seperti Sumba dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Sumba, Dibalik Pandemik membantu kelompok penenun.

Di Labuan Bajo, bantuan mereka tujukan bagi para instruktur selam, yang pekerjaannya turut terimbas lantaran turunnya pengunjung secara drastis. Mereka bekerja sama dengan P3KOM (Persatuan Penyelam Profesional Komodo). Selain di Labuan Bajo, bantuan untuk para instruktur selam juga diberikan di Maumere lewat komunitas Maumere Dive Journey, yang memiliki sekitar 42 pekerja terdiri atas instruktur selam dan bagian operasional.

Dibalik Pandemik juga turut membantu para pekerja kantin di beberapa sekolah swasta di Jakarta. Kegiatan sekolah yang hingga kini beralih daring membuat para pekerja kantin tidak memiliki pemasukan seperti sebelumnya. Mereka pun memberikan pendampingan agar para pedagang bisa berjualan secara daring. Bantuan lain yang juga diberikan ialah dengan memesan katering untuk kemudian disalurkan ke beberapa panti asuhan.

“Kami sadar, kami punya privilese tinggi. Ketika pandemi ini terjadi, dan semua orang susah, kami masuk persentase kecil yang masih bisa survive. Jadi ini semacam tanggung jawab besar kami juga untuk mereka,” ujar Kayla. (M-4)

 

_____________________________________________________________________________________________________

 

• BIODATA •
Kayla Nathin

Tempat, tanggal lahir

Bandung, 25 Maret 2000

Pendidikan
Jurusan Kedokteran, University of Adelaide, Australia

Karier
Founder dan Executive Manager Dibalik Pandemik



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya