Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Protein Hewani Bantu Atasi Masalah Gizi Buruk

Mediaindonesia.com
16/6/2021 17:54
Protein Hewani Bantu Atasi Masalah Gizi Buruk
Susu yang mengandung protein hewani memiliki kualitas lebih baik daripada protein nabati.(Ilustrasi/Istock)

SERIBU Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase penting bagi anak terhitung sejak anak berada di dalam kandungan hingga usia 2 tahun. 

Di fase ini lah terbentuknya jaringan otak, perkembangan tulang dan berbagai organ tubuh lainnya yang membutuhkan dukungan beragam asupan zat gizi, salah satunya protein hewani. 

Dengan kata lain, protein hewani merupakan salah satu zat gizi yang berperan penting dalam upaya peningkatan status gizi bagi anak dan sebagai bentuk investasi gizi di masa mendatang.

Pasalnya, protein hewani mengandung kebaikan asam amino esensial, zat mikronutrien yang berperan penting pada kehidupan manusia. Asam amino esensial bisa ditemui dari sumber protein hewani seperti daging, ikan air tawar, seafood, telur, serta susu.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan protein penting untuk memperbaiki status gizi anak dengan gizi buruk. Seperti diketahui, Indonesia masih berkutat dengan masalah gizi kurang pada anak.

Sejumlah penelitian di beberapa daerah menemukan hubungan yang erat antara kekurangan asupan protein hewani terhadap stunting dan masalah gizi kurang lainnya.  

Riset Kesehatan Dasar 2018 Kemenkes mendapati prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita yakni 17,7%. Adapun prevalensi stunting, yaitu masalah gizi kronis yang ditandai tubuh pendek, mencapai 30,8%.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari penduduk Indonesia sampai Maret 2020 adalah 2.112,06 kkal dan 61,98 gram protein. 

Lebih rinci, BPS menyebutkan untuk asupan protein hewani sebanyak 15,9 gram dari ikan/udang/cumi/kerang, daging, serta telur dan susu.

Hal ini lah yang mendasari studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS), studi mengenai gizi dan kesehatan di empat negara di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam) yang diprakarsai oleh FrieslandCampina, induk perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia.

Bekerja sama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, SEANUTS melibatkan sekitar 3 ribu anak di Indonesia usia 6 bulan–12 tahun di 21 kabupaten/kota pada 15 provinsi di Indonesia.

Advisor SEANUTS Prof.Dr. dr.Saptawati Bardosono M.Sc mengatakan studi ini sangat penting untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia dan memberikan informasi soal asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.

Saptawati mengungkapkan protein hewani memiliki kualitas lebih baik daripada protein nabati, sebab strukturnya mendekati struktur protein manusia.

“Manusia ini lebih mirip dengan hewani dibandingkan dengan nabati, sehingga kita lebih pro pada protein hewani yang lebih mudah dicerna mendapatkan asupan proteinnya, untuk kebutuhan zat pembangun itu di dalam semua metabolisme tubuh kita,” tutur Saptawati. 

Menurutnya, salah satu sumber protein hewani yang tak kalah penting ialah susu. Susu adalah sumber protein untuk melengkapi asupan macro dan micronutrient bagi anak.

Lewat kemajuan teknologi, susu diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan asupan protein sebagai selingan di antara waktu makan.

“Susu akan melengkapi asupan protein sehingga tumbuh kembang anak menjadi lebih baik,” tuturnya. 

Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F Saputro menilai studi SEANUTS merupakan salah satu langkah konkret bagi Royal FrieslandCampina dan PT Frisian Flag Indonesia yang bernaung di bawahnya dalam upaya menekan angka kasus malnutrisi di Indonesia sekaligus mewujudkan visi perusahaan Nourishing by Nature. 

“Melalui studi SEANUTS ini, Frisian Flag Indonesia sebagai perusahaan produk bergizi yang hadir untuk keluarga Indonesia selama hampir 100 tahun berharap bisa membuka peluang berkolaborasi bersama pemangku kepentingan termasuk pemerintah agar bersama-sama mengentaskan kasus malnutrisi dan meningkatkan literasi gizi masyarakat," tutupnya. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya