Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TINGKAT keterisian tempat tidur atau BOR (bed occupancy rate) pada sejumlah rumah sakit di sejumlah daerah terus melonjak seiring dengan bertambahnya jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Tanah Air.
Kasus positif paling banyak dalam beberapa hari terakhir terjadi di Provinsi DKI Jakarta, yang bertahan di atas 2.000 kasus per hari. Namun, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) melihat kenaikan BOR kini semakin banyak dialami oleh sejumlah daerah dan kondisi ini perlu diwaspadai.
"Kami prihatin dan tentu tidak berharap angka BOR RS terus menaik dan semakin merambah ke provinsi lainnya," ungkap dr Lia G Partakusuma, Sekjen Persi saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (13/6).
Dari pengalaman sebelumnya, kata Lia, semakin tinggi jumlah kasus positif tentu akan berpengaruh dengan semakin tinggi juga persentase pasien covid-19 yang akan dirawat.
“Sebelumnya, rata-rata 20% dari total pasien positif covid-19 itu perlu dirawat di rumah sakit, dan 5% diantaranya harus dirawat di ruangan isolasi,” terang dr Lia.
Namun, ia mengingatkan, bahwa kapasitas tempat tidur di masing-masing rumah sakit berbeda-beda, tergantung dari jenis dan lokasi rumah sakit. Beberapa provinsi bisa jadi memiliki jumlah rumah sakit dan kapasitas tempat tidur yang lebih besar dari provinsi lainnya.
Sesuai anjuran Kementerian Kesehatan, anggota Persi sudah mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur bagi pasien covid-19. "Jika BOR-nya telah terisi lebih dari 80% dari peruntukan untuk covid-19, maka kapasitas akan ditambah lagi menjadi 40%. Dan 25% dari tempat tidurnya harus menjadi ICU khusus ruang isolasi covid-19," urainya.
Oleh sebab datanya terus bergerak, sergah Lia, setiap rumah sakit harus bersiap dan bergerak cepat serta bekerja sama jika terjadi lonjakan kasus.
Sinergi RS-pemerintah
Terkait dengan laporan membeludaknya pasien di beberapa rumah sakit, Lia mengatakan, kondisi itu memang benar adanya. Dari laporan rumah sakit para anggota Persi untuk yang kapasitas tempat tidurnya tidak banyak, kata Lia, memang pasien sudah mulai membeludak.
“Karena pasien harus di skrining terlebih dahulu, dilakukan tes covid-19. Pada saat menunggu hasil tes, ini yang menyebabkan antrean pasien menjadi panjang. Hal ini sebenarnya tidak kita inginkan. Kita maunya pasien cepat masuk, dan cepat juga keluar. Agar tidak berkerumun di RS,” ujar dr Lia.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dr Lia menambahkan bahwa sinergi antara rumah sakit dan pemerintah sangat dibutuhkan. Kondisi di lapangan, setiap rumah sakit pasti memiliki titik batas, dari sisi tempat tidur, obat-obatan, APD, dan tenaga kesehatan.
Persi meminta masyarakat bisa memahami bahwa kemampuan rumah sakit itu memiliki batas sehingga tidak lalai dalam menjalankan protokol kesehatan dan melaksanakan himbauan Pemerintah untuk vaksinasi.
"Karena semakin banyak masyarakat yang positif covid-19, maka kebutuhan rawat inap di rumah sakit juga akan semakin meningkat. Jika kapasitas rumah sakit penuh, akan membuat kepanikan. Rumah sakit juga akan semakin sulit untuk membantu pasien,” pungkasnya. (H-2)
Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di empat tower ini terdiri dari 2.455 laki-laki dan 2.398 perempuan.
Tercatat ada pengurangan 9 orang pasien. Dari total 815 pasien yang dirawat, mencakup 493 pria dan 332 perempuan.
Jumlah pasien covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet bertambah 15 orang. Sedangkan pasien sudah meninggalkan Wisma Atlet sebanyak 17 orang.
Pangkogabwilhan I Laksamana Madya TNI Yudo Margono menyampaikan hari ini (6/5) ada 916 orang yang keluar dari Wisma Atlet. Sebelumnya pada (5/5) ada 818 orang.
Sejak 23 Maret, sudah 2.119 orang terdaftar sebagai pasien covid-19 di Wisma Atlet.
Adapun pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit darurat bertambah 2 orang menjadi total 885 orang.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved